webnovel

NERD BE HARD

Belum ada babnya :(

Nurliza_Karen_Nita · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
2 Chs

Part 1

Di atas tanah merah, entah berapa banyak sudah air mata yang tumpah membasahi tanah merah tersebut. Isakan tangis menggema di sana, membawa duka yang begitu mendalam bagi siapa pun yang ditinggalkan.

Dua orang perempuan, dan tiga orang lelaki, kini hanya lima orang dari mereka saja yang bersimpuh di hadapan gundukan tanah merah bertabur aneka bunga bertumpu nisan yang telah diukir nama.

Air mata dan isak tangis itu tak kunjung berhenti meski lantunan do'a telah selesai, para pelayat telah kembali pada injakan rumah. Seorang wanita paruh baya begitu terluka akan hal itu. Seorang remaja perempuan, merangkul si perempuan paruh baya dengan kondisi wajah yang sudah berlinang air mata.

"Ibu.. Udah... kakak udah tenang di sana... hiks.." ucap remaja perempuan tersebut terisak. Wanita paruh baya itu mengusap batu nisan tersebut dengan isakan tangis dan air mata yang terus mengalir.

Terukir sebuah nama di sana 'Alena Ranzela'.

"Bu, udah.. Ayo kita pulang... Alena sudah tenang di sana.. Alena sudah tidak akan merasakan sakitnya penderitaan hidup lagi bu.." ucap Adran, suami dari wanita paruh baya tersebut. Adran menuntun istrinya itu untuk bangkit. Istrinya dengan nama Aretta tersebut lalu bangkit dari simpuhannya.

"Alena sendirian mas... hiks.. kasihan Alena.." ucap Aretta.

"Bu, udah... Kak Alena lebih baik berada di sana.. Jangan terus-terusan larut dalam kesedihan bu.." ucap Rafa.

"Iya bu, apa yang dikatakan oleh bang Rafa itu benar.. Kita harus tetap menjalani hidup kita meskipun kak Alena udah gak ada.." ucap Rafi.

"Ayo bu kita pulang.." bujuk Adara. Aretta pun mengangguk. Mereka pun akhirnya berjalan pulang.

......

Keluarga Adran pun telah tiba di rumah. Mereka duduk bersama di ruang tamu.

"Alena udah gak ada.. Padahal Alena adalah harapan di keluarga ini.. Hiks.." ucap Aretta meratapi kesedihannya.

"Masih ada aku bu.. Aku janji, aku akan membantu perekonomian di keluarga kita.. Aku janji bu.." ucap Rafa.

"Fa, kamu masih sekolah nak.. Ibu gak mau sekolah kamu kadi terabaikan hanya karena mencari nafkah.." ucap Aretta.

"Udah.. kalian semua jangan pikirkan soal itu.. Ayah masih bisa bekerja. Ayah masih bisa mencari nafkah untuk kita semua. Meskipun Aretta udah gak ada, tapi semoga ada rezeki dari yang lain." ucap Adran.

"Aamiin..." ucap Adara.

Tok Tok Tok....

"Assalamualaikum bu Reta.." ucap seseorang dari luar.

"Bu, biar Rafa aja yang buka.." ucap Rafa lalu bangkit dari duduknya. Rafa pun membuka pintu rumahnya dan menemukan seorang wanita yang seumuran dengan ibunya di sana.

"Ibu Ami.. ada apa ya bu??" tanya Rafa.

"Rafa, Ibu kamu udah ada uang belum buat bayar kontrakan? Soalnya anak ibu kecelakaan barusan.. Ibu butuh uang banget nak untuk bayar biaya pengobatan anak ibu di rumah sakit.." ucap bu Ami.

"Bu, saya minta maaf banget.. bukannya kami gak mau bayar bu.. tapi Ibu dan Ayah saya belum ada uangnya bu.." ucap Rafa sedih.

"Boleh saya masuk dan berbicara ke pada kalian semua?" tanya bu Ami.

Rafa pun mengangguk. "Iya bu boleh.. mari silahkan bu.." ucap Rafa mempersilahkan ibu Ami untuk masuk. Ibu Ami lalu masuk ke dalam rumah.

"Silahkan duduk bu.." ucap Aretta pada bu Ami. Bu Ami pun mengangguk.

"Maaf sebelumnya karena saya mengganggu waktu kalian.. tapi, saya sudah tidak punya pilihan lain, anak saya Sinta, dia kecelakaan dan saya membutuhkan uang yang banyak untuk pengobatan anak saya.. hiks.. Sinta ditabrak lari oleh orang yang gak dikenal.. Saya minta maaf.. karena dengan berat hati, saya harus meminta kalian untuk mengosongkan rumah ini, hari ini juga.. Maaf sekali.." ucap Bu Ami tidak sampai hati. Mereka semua pun terkejut mendengar hal tersebut.

"Tapi bu.. keluarga kita baru saja berduka.. Kenapa ibu tega??" tanya Adara dengan mata yang berkaca-kaca.

"Maafin saya Adara.. tapi situasinya benar-benar darurat.. Dan kebetulan sejak seminggu yang lalu ada yang ingin membeli rumah ini.. Jadi saya terpaksa harus menjual nya untuk pengobatan Sinta. Maaf.." ucap Bu Ami.

"Ibu gak salah kok.. Ini memang salah saya karena tidak bisa melunasi kontrakan ini selama tiga bulan. Maafkan kami bu.. kami akan segera mengosongkan rumah ini, hari ini juga." ucap Aretta.

"Sekali lagi saya mjnta maaf ya bu.." ucap Bu Ami.

Aretta pun mengangguk.

"Kemas barang-barang kalian nak.. Kita akan segera pergi dari sini." ucap Aretta pada anak-anaknya.

"Maaf.. kalau begitu saya permisi dulu.. Assalamualaikum.." ucap bu Ami pamit pulang.

Sepulangnya bu Ami, mereka langsung berkemas.

.......

Bu Ami pun pulang ke rumahnya dan ternyata sesuatu di luar dugaan terjadi.

"Bu, saya sudah menuruti semua kemauan ibu.. Tolong beritahu saya di mana Sinta bu?? Tolong jangan sakiti anak saya bu.." ucap bu Ami memohon.

"Oke bagus.. Sekarang artinya mereka sudah pergi dari sana kan??" tanya seseorang tersebut.

Bu Ami pun mengangguk.

"Sudah bu.." ucap Bu Ami.

"Bawa anaknya ke sini!" perintah orang tersebut pafa ajudannya.

"Baik bos.." ajudan tersebut lalu berlari ke mobil dan menyeret anak bu Ami lalu mendorongnya ke bu Ami.

"Jangan pernah macam-macam dengan saya atau saya akan membuat hidup kamu dan keluarga kamu menderita seperti mereka! Paham kamu?!" ucapnya mengancam.

"Iya bu iya.." ucap bu Ami ketakutan.

"Satu lagi, saya tunggu pelunasan hutang kamu minggu depan! Ingat Ami, suami kamu itu utang senilai sepuluh juta dengan saya untuk bersenang-senang dengan jalang!" ucapnya.

"Iya bu saya akan usahakan." ucap bu Ami.

"Bagus! Saya tunggu!" wanita itu lalu pergi dari rumah bu Ami. Bu Ami langsung memeluk Sinta yang usianya seumuran dengan Adara.

.......

Adara dan keluarganya telah berada di depan rumah. Mereka menatap rumah yang telah mereka tempati selama bertahun-tahun.

"Ada banyak kenangan di rumah ini.. tapi mungkin ini sudah saatnya untuk kita pergi dari sini.." ucap Aretta.

"Udah ta.. ayo kita pergi.." ucap Adran. Aretta pun mengangguk dan mereka pun berbalik untuk berjalan pergi dari sana.

Saat mereka akan melangkah pergi dari sana, sebuah mobil berhenti di depan rumah mereka.

"Aretta!!" ucap seorang wanita yang seumuran dengan Aretta memanggil Aretta dan turun dari mobil. Aretta pun menoleh.

"Ya Allah Rena..." ucap Aretta tersenyum. Rena pun langsung berlari memeluk Aretta. Suami Rena dan anak Rena pun ikut turun dari mobil dan menghampiri mereka.

Rena dan Aretta melerai pelukan mereka.

"Kamu mau ke mana ta??" tanya Rena pada Aretta.

"Aku dan keluarga aku harus pergi dari rumah ini karena kami gak bisa bayar kontrakan.." ucap Aretta sedih.

"Astaghfirullah ta.. Alena mana ta?" tanya Rena.

"Hiks.. Alena udah gak ada Ren.." ucap Aretta terisak.

"Innalillahi wa inna ilaihi roji'un.. Aku turut berduka cita ya ta.. terus sekarang kalian mau ke mana?" tanya Rena.

"Aku dan keluarga aku harus pergi dari sini Ren.. Mungkin kita akan pulang ke rumah ibu aku.." ucap Aretta.

"Ta, ini anak perempuan kamu?" tanya Rena menunjuk Adara. Aretta lalu mengangguk.

"Aku ada solusi untuk keluarga kamu ta.." ucap Rena.

"Solusi apa Ren?" tanya Aretta.

"Suami aku.. Mas Reza ini adalah seorang Pengusaha.. Kebetulan kan suami kamu dulu adalah manager marketing di perusahaan property kan ya?" tanya Rena.

Aretta pun mengangguk.

"Nah, mas.. coba diceritain gimana konsepnya.." ucap Rena.

"Mungkin kita bisa duduk dulu di teras." ucap Rafa.

Mereka pun mengangguk dan duduk di sana.

Mereka lalu berembuk.

"Saya punya apartemen yang baru selesai dibangun di Singapore. Nah, jadi saya belum ada orang yang bisa dipercaya untuk mengurus apartemen saya yang ada di sana. Bisa anda menjadi kaki tangan saya untuk mengurus apartemen saya?? Saya serahkan semua pemasaran apa pun itu termasuk harga, semuanya saya serahkan ke pada anda." ucap Reza.

"Jangan bercanda pak.. " ucap Adran tak percaya.

"Saya tidak bercanda pak.. Saya serius dan di Hongkong, saya punya hotel, kebetulan pengurus hotel akan resign bulan depan. Anak kamu yang paling besar siapa dan umur berapa ya?" tanya Reza.

"Ini Rafa.. Usianya delapan belas tahun, sama seperti Rafi. Mereka akan lulus SMA tahun depan." ucap Adran.

"Wah bagus dong.. itu artinya pas banget.. nah jadi jika kalian tidak keberatan, saya mau Rafa dan Rafi pergi ke Hongkong untuk mengurus hotel saya. Masalah pendidikan, saya akan membiayai kalian hingga lulus sarjana atau kalau bisa S2. Saya janji.. asalkan kalian dapat mengurus hotel saya dengan baik." ucap Reza.

"Om? ini serius?? gak bercanda??" tanya Rafa tak percaya.

"Iya serius.. kebetulan saya repot banget jadi gak sempet untuk mengurus bisnis di luar negeri. Jadi jika kalian tidak keberatan, saya mau kalian yang mengurusnya." ucap Reza.

"Saya mau om.. Rafi juga pasti mau .. ya kan fi?" tanya Rafa pada Rafi. Rafi pun mengangguk.

"Iya om kita mau.." ucap Rafa dan Rafi.

"Berarti gak masalah ya kalau harus pisah sama orang tua?" tanya Reza. Mereka mengangguk.

"Oke, saya akan langsung mengurus keberangkatan kalian. kalian tinggal di hotel dan pendidikan kalian bisa pilih sendiri. Dan Adran, gue mau lo langsung ke Singapore sekarang ya.. sejam atau dua jam lagi.. naik pesawat pribadi gue.. Dito akan mengurus semuanya. Oh ya, Dito adalah tangan kanan saya." ucap Reza.

Mereka pun mengangguk.

"Ta, kalian akan sangat sibuk di sana, boleh gak kalau Adara tinggal bersama aku, mas Reza dan Raja?" tanya Rena.

"Semuanya tergantung dari Adara sendiri Ren.." ucap Aretta.

"Adara, mau kan tinggal sama om dan tante beserta Raja?? Kalau Adara tinggal sama kita, orang tua Adara dan abangnya Adara akan bisa fokus untuk merintis karir di sana. Jadi gimana?" tanya Rena. Adara pun mengangguk.

"Iya tante Adara mau.." ucap Adara.

"Oke alhamdulillah kalau gitu."

........

Hola!!!

Part 1 guys heheh..

komennya dong ..

Thank You ❤❤❤