webnovel

Nancy

Perpisahan dengan Herman membuat Nancy pergi darinya untuk mendapatkan ketenangan jiwa. Hingga Ia bertemu dengan John, seorang pengusaha terkenal yang tinggal di sebuah Mansion mewah. Mereka saling jatuh cinta dan membuahkan anak bernama Chelsea. Suatu ketika Nancy menemukan diary milik John yang tertinggal di kamarnya, kemudian Ia menyadari bahwa John menyimpan rahasia yang sangat besar.

Aagiasi · Khác
Không đủ số lượng người đọc
4 Chs

Misery [END]

Aku hanya bisa menangis ketika mereka mendekatiku, Hamid kemudian maju dan menampar pipiku. Perih sekali rasanya pipiku, tak hanya itu, Hamid langsung menendang perutku hingga aku jatuh tersungkur.

Kemudian Karim menjambak rambutku dan menariknya sehingga aku yang jatuh terlentang terpaksa segera berdiri dan mengikuti arah Karim, karena bila tidak, mungkin tidak hanya rambutku yang tertarik melainkan lepas bersama kulit kepalaku. Mereka memaksaku kembali ke kamar.

Aku teringat dengan Chelsea yang tidur di kamar sebelah, supaya mereka tidak ke kamar sebelah dan menyakiti anakku itu, aku terpaksa mengikuti kemauan mereka.

Aku, Hamid dan Karim pun kemudian kembali ke kamar. Kami bertiga tidak berbusana sama sekali, penis mereka yang besar dan panjang bergelantungan seperti buah terong raksasa.

Mereka masih terus tersenyum senang karena mendapatkan mangsa lezat bagi mereka. Sebentar-bentar mereka menenggak liur dan memainkan lidah mereka seperta ingin melahapku.

"Argh...It hurts please stop"

Aku kesakitan ketika Hamid menjambak rambutku, ia bermaksud menyuruhku berjongkok dan mengulum penisnya. Cengkraman erat di kepalaku membuatku kesakitan dan aku terpaksa berjongkok untuk mengulum penisnya.

Hueeeek

Aku seperti mau muntah karena penisnya yang besar dan sedikit bau pesing.

PLAKKK...

Hamid menampar pipiku agar aku tidak menolak permintaannya. Dari belakang Karim memegang pinggangku dan menariknya ke atas, aku sudah tahu maksudnya, ia pasti ingin menyodomiku.

"No...!!!", teriakku sambil mencoba menggerakkan bokongku agar Karim tidak berhasil menusukkan penis jumbonya.

'It will be hurt a lot', pikirku dalam hati.

PLAKKK!!!

kini giliran Karim yang menampar pantatku, bergantian kiri dan kanan, perih sekali rasanya, kulit bokongku yang putih mulus pun sepertinya akan memerah.

Tidak depan mau pun belakang, aku terus ditampar agar melayani nafsu bejat mereka. Dan akhirnya penderitaanku pun dimulai

"ARGHHH....!!!"

Ujung anusku terasa sakit sekali, sebuah benda tumpul besar berusaha mengoyak liang anusku, sungguh menyakitkan apalagi dengan keadaan kulit kering begitu.

Saat aku berteriak, mulutku pun disumpal penis Hamid yang bau pesing itu.

Aku sungguh tidak tahan lagi, rasanya akan pingsan, badanku langsung lunglai, melihat demikian, Hamid berkata sesuatu ke Karim, dan Karimpun menarik kembali penisnya dari anusku.

Mungkin Hamid melarangnya menyodomiku, ia langsung kembali menampar pipiku untuk memastikan aku terus terjaga.

Tak mau sampai aku kehilangan kesadaran, mereka kemudian kembali menggiringku ke ranjang, aku kembali dihempaskan ke atas tempat tidur.

Karim yang sedari tadi tidak sabar langsung membuka selangkanganku, ia langsung menjebloskan penisnya ke vaginaku.

'What will be happen to me', pikirku dalam hati,

Karena Hamid pun tidak tinggal diam, ia naik ke atas tempat tidur dan melanjutkan kegiatan tadi, yaitu ingin aku mengoral rudal besarnya itu.

Tubuhku bergoncang kuat, vaginaku terus diobok-obok benda besar Karim, sedangkan mulutku tersumpal benda bau yang juga besar.

Bukan hanya itu, sambil menikmati vagina dan mulutku, tangan mereka pun menjahili payudaraku. Susu ku diremas dengan kuat, puting susu ku pun dicubit, diplintir dan ditarik ke atas dengan kasar.

"Oh yes... Oh no...", teriakan kegembiraan Karim yang semakin semangat memaju mundurkan pinggulnya.

Vaginaku sudah terasa sakit sekali, perih banget, dinding-dinding vaginaku mungkin koyak karena lubang vaginaku tidak muat dengan penisnya yang besar.

Satu jam mungkin sudah berlalu, mereka masih sangat kuat, apa mereka menggunakan semacam obat kuat aku juga tidak tahu, yang jelas tubuhku sudah letih sekali.

Karim sedari tadi terus memompa penisnya di dalam vaginaku dan belum sama sekali ia berejakulasi, mungkin karena sesekali ia memelankan gerakannya. Sedangkan Hamid sudah tidak mau aku sepong, sedikit lega untuk bernapas lebih segar, tidak menciumi penisnya yang bau itu. Hamid kini menyedoti ke dua payudara ku yang tidak begitu besar. Kulitku yang putih tampak semakin putih ketika dekat dengan dua orang berkulit hitam ini.

Karim kemudian menarik penisnya, ia sepertinya akan menyemprotkan spermanya, ia mengarahkan penisnya ke muka ku, lalu ia mengocok penisnya. Dan ternyata benar, spermanya banyak sekali menyemprot ke arah wajahku.

Belum berhenti penderitaanku, Hamid segera menggantikan posisi Karim tanpa jeda. Sungguh malang sekali nasibku, tak di kampung sendiri bahkan di negeri orang, aku tetap diperlakukan seperti ini.

Apa karena nasibku yang kurang bagus, diperlakukan kasar oleh teman bahkan suami sendiri, hingga John tega menjualku.

Karim kemudian meninggalkan kami, sepertinya dia sudah puas menyalurkan hasratnya.

Dengan penuh air mata yang bercucuran, tubuhku masih berguncang kuat, Hamid sangat semangat memompaku. Hingga penglihatanku sedikit kabur, aku melihat bayang-bayang sekitar dipenuhi pria.

Mungkin Karim memanggil teman-temannya yang tadinya sedang berjaga-jaga untuk masuk dan menikmatiku juga.

Samar-samar aku lihat mereka sudah telanjang bulat semua, mungkin ada belasan orang, sama seperti Hamid dan Karim, kulit mereka gelap dengan penis yang sangat besar.

Setelah Hamid menarik penisnya dari vaginaku dan menyemprotkan spermanya di wajahku, para gerombolan itu pun mendekatiku, senyum bringas mereka benar-benar seperti merontokkan semangat hidupku.

Aku akhirnya pingsan ketika seorang pria kembali memasukkan penis jumbonya ke vaginaku. Pandanganku gelap, tubuhku yang letih hanya terasa bergoyang sendiri. Banyak tangan yang menjamahi tubuhku, hingga aku benar-benar terlelap dan hilang kesadaran.

Saat aku terbangun, sekitarku sudah sepi, badanku sakit semua, tubuhku penuh dengan cairan sperma, hingga rambutku sudah acak-acakan.

Vaginaku yang paling perih, entah sudah berapa belas batang penis jumbo yang sedari tadi mengoyak-ngoyaknya.

Aku segera bangkit dan menuju kamar mandi, segera ku bersihkan diriku, aku sudah tak sempat bersedih, ini kesempatanku kabur, yang kupikirkan adalah untuk keluar dari rumah ini.

Cepat-cepat ku cari pakaian di lemariku, segera kupakai dan menuju ke kamar anakku, Chelsea, syukur dia masih baik-baik saja, tertidur dengan nyenyak. Aku segera membangunkannya dan mengajaknya keluar.

Rumah sepertinya kosong, entah kemana gerombolan orang berkulit hitam itu. Saat keluar dari pintu rumah, aku segera menelpon temanku yang bekerja di agen penerbangan, aku menyuruhnya menyiapkan tiket untuk pulang ke kampung halamanku.

Aku dan Chelsea berjalan menjauhi rumah laknat itu. Cara jalanku sudah berbeda, karena selangkanganku masih terasa sangat sakit. Chelsea sedikit keheranan melihatku, aku terus berbicara padanya agar ia tidak ketakutan. Sambil berjalan aku menunggu kabar temanku, dan ya, ada seat kosong, malam ini aku akan terbang kembali ke Indonesia, tempat kelahiranku.

Aku pun meminta temanku memesankan taksi untuk menjemputku di tempat yang sudah cukup jauh dari rumah. Ku sms Herman

'Aku malam ini pulang, tolong jemput'

Ia satu-satu nya teman yang bisa kembali aku berharap.

'Oke, sebelum check in, kabari saja' balas Herman yang kembali menyemangatiku.

Hingga aku pun sampai di airport dan segera lepas landas menuju asalku. Semoga aku masih diberi kesempatan untuk kehidupan yang lebih baik