webnovel

My Twins Lovers

Ice Preechaya Waismay, si gadis pengarang cerita profesional, seorang secret admirer yang ga pernah dianggap oleh Sea Grissham Aidyn, pria berkharisma yang berprestasi di sekolahnya. Sampai suatu saat Ice menerima beasiswa ke Korea dan ia bertemu dengan Aldrich Liflous Moonglade, pria dengan wajah yang sama persis dengan Sea. Dan saat saat di Korea inilah sosok secret admirer yang dulu menghilang. Ice menjalankan hari harinya bersama Aldrich. Tapi, cerita belum berakhir sampai disini. Karena, Sea dan Aldrich, satupun tak ada yang tahu jika mereka memiliki saudara kembar, eh.. kembar? Yakin kembar? Muka sama bukan berarti kembar, kan? Penasaran? Baca dulu dong, kalian yang suka romance dengan baper bapernya wajib baca. Eh, tapi kalo kalian gamau baca, its okay

Leenymk · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
30 Chs

26. VC dari Sea

"Iya.. gue mau bilang sesuatu sama lo"

'Mau nyatain cinta sama gue?? Aaaa, tunggu, gue.. gue belum siap, belum, belum siapppp' batin Ice.

"Ice, gue... gue.." kata Aldrich terhenti.

Ice sudah sangat serius mendengarkan Aldrich.

'Pasti, pasti dia bakal bilang suka sama gue, pasti' batin Ice lagi.

"Emm, g-gue... gue laper..."

What?

Ice sudah sangat serius mendengarkan, dan inikah yang sedari tadi pria itu mau bicarakan?? Menyebalkan.

Ice menghembuskan nafasnya kasar. "Laper ya makan, tuh restoran" Ice menunjuk restoran dengan dagunya.

"Ih, gue laper juga, duluan." Ice langsung berjalan ke restoran mendahului Aldrich, ia sebenarnya tidak lapar, ia hanya sangat kesal. Semua tak sesuai ekspetasi.

Aldrich masih terdiam memandang kepergian Ice. Ia menghela nafasnya.

"Bukan Aldrich. Bukan sekarang, kalo lo ditolak gimana? Kan sakit.." kata Aldrich kepada dirinya sendiri. Ia kemudian berjalan mengikuti Ice.

Aldrich dan Ice memesan makanan dan duduk hening. Tak ada satu pun yang berbicara, tak lama kemudian, makanan yang mereka pesan pun dibawa oleh petugas restoran.

Mereka berdua langsung menyantap makanannya dan tenggelam dalam pikirannya masing masing.

"Kapan mau nonton konser?" Akhirnya Aldrich angkat bicara. Ia sengaja mencari topik yang bisa  membuat Ice semangat.

"Lo bisanya kapan?"

"Kapan aja boleh, gye nganggur"

"Besok lusa?" Tanya Ice.

"Oke"

"Eh tapi emang bts ada konser besok lusa?" Tanya Aldrich.

"Ada, jam delapan malem, gue udah dapet cek." Jelas Ice.

Aldrich mengangguk.

"Ald" panggil Ice.

"Hm?"

"Gue sebenernya pertama bilang mau nonton konser tu bercanda aja, ga nyangka lo bakal beneran ngajak gue. Sebenernya kalo lo keberatan ga jadi juga gapapa kok, gue ga enak, kayak gue egois banget jadinya" kata Ice tiba tiba.

"Gue ga keberatan, mau lo apa, bakal gue turutin" balas Aldrich.

"Ngidolain seseorang memang pengen banget ketemu sama dianya, gue ngerti perasaan lo, kalo lo dapet ketemu idola lo, lo pasti seneng banget"

"Tapi lo juga ga perlu sepeduli itu sama perasaan gue, gue mau sedih atau bahagia juga ga berhubungan sama lo, jadi lo ga perlu ngikutin permintaan gue semuanya"

"Tapi kalo misalkan gue peduli sama lo?"

"Gue peduli sama perasaan lo"

"Ga kayak Sea, bisanya cuma nyakitin hati lo aja"

Deg.

Jantung Ice berdetak kencang. Apa yang barusan di katakan oleh Aldrich membuatnya salah tingkah.

"Gu-gue... makasih. Makasih udah peduli sama gue, setidaknya ada satu orang yang nganggep gue ada aja gue uda bahagia" Ice tak berani menatap mata Aldrich. Ia menunduk sambil tersenyum.

"Lo berharga bagi gue, Ice"

"Udah, cukup, kalo gue baper nanti lo harus tanggung jawab"

"Tanggung jawab apa? Nikahin?" Tanya Aldrich usil.

"Idiih, engga lah, udah cukup" Ice menoleh ke arah lain.

Aldrich terkekeh.

"Tapi kayaknya lo udah baper deh.. dari muka yang udah merah kayak kepiting rebus, hahaha" Aldrich tertawa renyah.

Ice langsung menutupi kedua pipinya kemudian menunduk lagi, ia kemudian mendorong pipi Aldrich dengan jari telunjuknya agar Aldrich tidak melihat ke wajahnya, "Jangan liatin gue" kata Ice polos.

"Malu banget ya?" Aldrich masih saja terus terkekeh.

"Dah lah males gue ngomong sama lo, cepetin makan biar bisa pulang" kata Ice yang melanjutkan makannya.

"Lah? Ga jadi sampe malem disini?" Tanya Aldrich.

"Gajadi, capek, pen istirahat"

"Capek?"

"Lo sakit?" Aldrich khawatir.

"Gatau, rasanya ga enak badan, dari waktu ada angin tuh"

"Kalo gitu selesai makan kita langsung pulang. Gue gamau lo sakit" kata Aldrich.

Ice hanya mengangguk.

Selesai makan, mereka pun keluar dari namsan tower dan segera kembali ke mobilnya.

Di mobil,

"Ice, lo dingin?" Tanya Aldrich.

"Dikit"

Aldrich melihat ke jok belakang mobilnya, ia mengambil jaketnya di mobil dan memberikannya pada Ice.

"Pake jaketnya"

Ice hanya menurut pada Aldrich, daripada nantinya ia mati kedinginan.

Aldrich pun melajukan mobilnya trun dari gunung.

12.14

Aldrich dan Ice sampai di asmara.

Aldrich menoleh ke kanan, terlihat Ice yang tertidur bersandar pada jendela mobil. Aldrich perlahan mendekatkan wajahnya pada Ice. Perlahan tangan Aldrich mengelus membawa serpihan rambut Ice yang menutupi wajah cantiknya ke belakang telinga Ice.

Aldrich terus saja menatap wajah Ice, ia merasa tenang menatap lama lama wajah gadis ini.

Beberapa saat kemudian, Ice mulai menggerakkan matanya, Aldrich yang menyadari hal itu pun segera menjauhkan wajahnya dari Ice.

Ice terbangun.

"Hm.. Ald, udah lama sampe? Kok lo ga bangunin gue?" Tanya Ice menoleh pada Aldrich dengan wajah lelahnya.

"B-baru kok.. gimana rasa lo karang? Masih dingin?"

"Masih, gue pusing" Ice memegang kepalanya, mangapa ia semudah ini sakit.

"Mending kita masuk ke kamar lo dulu, biar lo bisa istirahat"

"Kita?" Tanya Ice bingung.

"E-emm, ma-maksud gue, kita berdua masuk ke kamar masing masing" Aldrich membenarkan ucapannya.

Ice hanya mengangguk, mereka berdua pun keluar dari mobil.

"Lo gapapa kan Ice? Mau ke dokter? Gue tau klinik deket sini" kata Aldrich.

"Gapapa kok, istirahat sebentar aja gue sembuh kok" Ice tersenyum.

"Yaudah.. kalo ada apa apa cari aja gue ke kamar, atau ga telfon aja, dua puluh empat jam gue aktif" kata Aldrich.

"Iya.. makasih.." kata Ice, mereka berdua pun memasuki kamar mereka masing masing.

Ice mengganti bajunya, dan ia baru tersadar, ia lupa mengembalikan jaket Aldrich.

Ah sudahlah, nanti saja. Ice berbaring lelah di kasurnya, tak lama, ia pun tertidur pulas.

~~~

18.54

Ice terbangun.

Ice menoleh ke arah jendela

'Lah? Kok gelap?' Batin Ice.

Ice mengambil hpnya, jam enam lebih lima empat.

"Gila, gue sekali tidur hampir tujuh jam" Ice syok dengan dirinya, bagaimana ia bisa tidur malam ini jika ia selama ini tidur siang.

Ice mengecek notif hpnya, ternyata Aldrich dapat mengechatnya jam 14.23.

Ald_:

"Ice"

"Masih ga enak badan?"

Icepreechaya:

"Sorry baru bales ald"

"Gw baru bangun"

"Gw udh enakan kok"

Ald_:

"Kamar lo udh ada makan malem?"

"Mau dibawain?"

"Nanti gw beliin milmyeon"

"Atau kalo lo mau yang lain boleh juga"

Icepreechaya:

"Gapapa kok ald"

"Gw ngerepotin lo banget"

"Dikamar gw ada makanan kaleng"

"Makasih udh nawarin, tapi gapapa:)"

Ald_:

"Yauda klo gitu"

"Klo ada apa apa telfon gw ya"

"Gw aktif 24 jam"

Icepreechaya:

"Iyaa"

Read.

Ice meletakkan hpnya di atas meja samping kasurnya, ia berjalan ke arah dapur di kamarnya dan mengambil makanan kaleng disana, ia membuka makanan kaleng itu dan memakan isinya.

Tiba tiba hp Ice berbunyi tanda ada orang yang menelepon, Ice mengambil hpnya.

Betapa terkejutnya dia, ternyata Sea memvideo call Ice.

Deg.

Uwuuu, cukup segini dulu dehhh:") kapan kapan ku lanjut yaahh:)

-Eileen

Leenymkcreators' thoughts