"Dad, Haowen sudah boleh pulang besok. Apa bisa kita makan besar?" Jinyoung mendekati Sehun dan tersenyum sangat lebar. Ini kesempatanas bukan?
"Makan besar?" Ulang Sehun. Sehun masih belum memiliki akses internet dengan makan besar ini. Makanannya yang besar atau hidangannya yang banyak berlimpah?
"Yup, makan besar. Jika orang sakit sudah sehat bukannya selera makannya membaik lagi? Aku rasa Haowen juga seperti itu." Jelas Jinyoung. Mengorbankan nama Haowen sekali-kali tak apa bukan. Tabungan amal ibadah di Akhirat besok.
"Haowen atau memang dirimu yang ingin Baejin?" Jesper mengolok adiknya.
"Diamlah hyung. Jangan berisik." Dengus Jinyoung. Kelakuan Jesper ini memang sebelas duabelas dengan setan. Jinyoung sempat ragu bahwa Jesper hyungnya ini titisan langsung dari putra Demon. Kalian tau bukan? Iblis.
"Tak masalah juga, kita bisa meminta bantuan Jiyeon untuk memasak nanti." Ujar Sehun mengusap kepala coklat madu milik Jinyoung.
"Aunty bisa memasak?" Heran Jesper.
"Sudah lebih baik dibandingkan waktu senior high school." Sehun mengangguk-anggukan kepalanya. Meski ia sendiri kurang yakin, tapi mau bagaimana lagi. Setidaknya Jiyeon bisa membuat telur gulung.
**
"Telinga caplang! Cepat!" Baekhyun memekik gemas saat sepupu tiangnya itu hanya berjalan santai menuruni tangga. Apa tak bisa kali ini ini saja Chanyeol itu bergerak cepat? Baekhyun sungguh gemas.
"Sabaar! Ini hari libur Baek! Mataku masih menyesuaikan dengan keadaan sekitar." Chanyeol mendengus malas. Meraih jaketnya yang tergeletak tak berdaya di sofa ruang tamu. Maklum saja, kemarin malam ia rapat hingga pukul dua pagi. Salahkan klien sialannya yang terlalu banyak tanya. Membosankan.
"Jangan banyak alasan Chan! Haowen sudah menunggu!" Selalu saja seperti ini. Apa-apa Haowen. Selalu saja Haowen. Terkadang Chanyeol cemburu dengan keponakannya yang satu itu.
"Aku tau. Haowen juga bisa menanti!"
"Ck! Diam kau! Cepat!" Baiklah. Chanyeol hanya mampu menghela nafas lelah. Baekhyun itu dimana-mana menjadi kanjeng ratu teman-teman.
**
"
Haoooweeeeeen!" Baekhyun memekik senang. Membuat sang pemilik nama dan semua yang ada di sana menoleh heran padanya.
"Hei kau monyet hutan! Kondisikan suaramu!" Desis Jiyeon mendelik kesal. Telinganya terkejut bukan main Ya Tuhan!
"Diam kau bulu babi!" Balas Baekhyun tak mau kalah. Monyet hutan? Apa maksudnya wahai saudara-saudara? Ini pembunuhan karakter namanya.
"Ya! Haowen. Abaikan mereka. Ini pesananmu." Bisik Chanyeol di sebelah Haowen. Sedikit banyak ia kasihan melihat anaknya itu. Apa salah dan dosanta hingga mendapat paman dan bibi macam Jiyeon dan Baekhyun? Itu bukan pertanda baik.
"Tentu uncle. Haowen terlalu lelah dengan mereka." Haowen ikut berbisik di telinga caplang Chanyeol. Bukan hanya berbisik, sesekali Haowen akan menarik kecil kuping Chanyeol dan tersenyum lebar setelahnya. Mata bulan sabit Haowen itu sungguh menjadi magic tersendiri.
"Uncle, untuk Baejin?" Tangan siswa shs itu sudah menengadah sebelum Chanyeol sempat memberi alasan apa pun. Ini tidak adil, pelanggaran Hak Asasi Manusia. Jinyoung juga dalam masa pertumbuhan tapi kenapa hanya Haowen yang mendapat bingkisan?
"Ooh sorry son, uncle lupa." Kekeh Chanyeol merasa tak bersalah. Mau tak mau tentu itu membuat Baejin kesal. Lupa? Bagus sekali! Ingin perang dunia?
"Tidak usah berbicara denganku uncle." Dengus Jinyoung membalik badan dan.. mengadu pada Jesper tentu saja. Kakak tertuanya itu selalu punya jalan keluar yang mengerikan.
"Woow Baejin. Uncle tak sengaja sayang." Chanyeol memohon ampun.
"Hyuuung!" Lihat! Rengekannya mulai terdengar. Ini pertanda buruk.
"Minta saja Credit cardnya lalu belanja sepuasnya." Itu Jesper. Si setan kecil nomor satu yang selalu punya rencana busuk di balik otak pintarnya. Tipikal anak Sehun sekali.
"Oh ya ampuuuun. Kali ini saja Jespeeeer!" Dengus Chanyeol. Minggu lalu anak-anak Sehun itu baru saja menghabiskan uangnta sekitar tiga juta won dan sekarang? Sudah pasti Chanyeol akan bangkrut ini.
"Salahmu." Ujar Sehun membela putranya. Menunjuk masing-masing putranya dan berhenti tepat di Chanyeol. "Anakku ada tiga dan kau hanya membawa satu? Cih, uncle pantatmu!"
"Ooou yeay dad, i love u." Jinyoung memekik bahagia. Menerjang Sehun dengan pelukan erat pada leher daddy tampannya.
Jinyoung duduk diam di atas ayunan panti asuhan tempat ia tinggal. Dia memang pendiam dan tidak banyak akrab dengan anak panti lainnya. Sifat alaminya.
"Hai adik kecil." Suara berat itu membuat Jinyoung mengangkat kepala coklat madunya. "Sendirian?" Sehun kembali bertanya, mendudukan dirinya di samping Jinyoung, dan mengusap kepala surai madu yang akhir-akhir ini sering ia temui.
"Seperti biasa." Lirih Jinyoung sedih. Tak ada yang mau dekat dengannya dan tak ada yang berniat untuk mengadopsinya. Dan itu membuatnya sedih.
"Belum ada yang mau mengadopsimu?" Tanya Sehun pelan. Gelengan Sehun dapatkan seperti biasa.
"Tidak ada yang mau. Mereka bilang aku aneh." Lirih Jinyoung dengan mata berkaca-kaca. Penolakan ia dapatkan dan itu sudah biasa.
"Mau menjadi bagian keluargaku?" Tanya Sehun dengan senyuman manisnya pada Jinyoung. Membuat Jinyoung mengangkat kepalanya dengan mata yang membulat lucu. Antara heran dan bahagia.
"Sungguh? Apa hanya karena kasihan?" Tanya Jinyoung dengan matanya yang kembali meredup sedih. Dia tidak suka dengan belas kasihan orang padanya. Hidupnya baik-baik saja dan tak ada yang perlu dikasihani.
"Hahaha tentu bukan karena aku kasihan, aku benar-benar ingin Jinyoung." Kekeh Sehun seraya mengusap lembut kepala madu Jinyoung.
"Benarkah?"
"Tentu. Kau akan menjadi kakak dan juga menjadi adik nantinya."
"Benarkah? Terima kasih." Ujar Jinyoung senang. Sehun tau Jinyoung hanya butuh seseorang yang bisa mengerti dirinya, dia bukan sepenuhnya pendiam atau tertutup, Jinyoung hanya butuh seseorang yang mengerti bagaimana dia.
"Jesper hyung, ayo kita berbelanja. Gucci mengeluarkan sesuatu yang baru." Jinyoung memekik senang dan menyeret lengan Jesper untuk mencuri credit card milik Chanyeol. Chanyeol itu kaya sekarang.
**
"Haoweeeen. Selamat kembali kerumah." Jinyoung memekik senang dengan Jiyeon di sampingnya. Nama mereka sama, jadi.. tingkah mereka juga harus sama.
"Uwoaaa, ini benal-benal lual biatha." Haowen berseru tepat dipelukan Sehun. Tertawa senang dan mencium pipi Sehun kiri-kanan.
"Adik kecil, tolong perbaiki aksen cadelmu." Jengah Jesper. Mereka sudah berlatih lama dan kecadelan Haowen tak ada pengurangan barang sedikit saja.
"Ini ketulunan hyung, jangan mengejek! Wajah hyung juga datal thekali." Mendengus kesal dan menunjuk wajah Jesper tepat di depan hidungnya.
"Eyyy ini tampan adik kecil."
"Cih."
"Kau benar-benar titisan Oh Sehun." Jengah Jesper.
"Eyy itu daddymu juga hyung."
"Cih."
"Bisa kita makan sekarang tuan-tuan?" Tanya Jinyoung jengah. Dia lapar, Baekhyun juga menyenggol-nyenggol bahunya sedari tadi, dan Chanyeol juga sudah menarik-narik helai madu miliknya.
"Jinyoung hyung gendong." Tangan Haowen menjulur kearah Jinyoung hyung kesayangannya.
"Kemari adik kecil. Biar Jinyoung hyung yang menggendong adik kecil kesayanganku."
"Hyung, sosis." Telunjuk Haowen mengarah pada daging giling merah itu.
"Berapa Haowen mau?" Tanya Jinyoung.
"Semua. Jangan beli pada Jespel hyung." Delikan mata Haowen berikan pada Jesper yang sedang menatap datar padanya.
"Aku juga tidak mau. Sosis itu makanan anak kecil."
"Sok-sok besal."
Siwon menghela nafas lelah. Keluarganya setan semua, heran. Dari Sehun, Kris, Jesper, Jinyoung, dan yang terakhir Haowen. Setan sekali.
"Jesper, tolong mengalah kali ini." Mohon Siwon dengan tatapan memelasnya.
"Aku tidak mau granpa." Jesper mendelik lagi.
"Terserah! Terserah! Perang kalian semuanya peraaang!" Pekik Siwon lelah. Oh Tuhan, tabahkan hati kakek tua yang tampan dan sixpack ini. Tabahkan hatinya.
Save keluarga Oh.
TBC
THANK U
DNDYP