webnovel

My Slave, My Servant, My Daughter

kisah tentang Pak Sumi, seorang intel kepolisian yang berhasil membuka kedok rumah Bordil dan menemukan hal yang lebih buruk daripada PSK (Pekerja Seks Komersial) yaitu menemukan seseorang yang akan merubah hidupnya untuk selamanya. kisah tentang keluarga, masa lalu, dan ambisi seorang anak. Kisah tentang suatu keluarga kecil yang berperan besar dalam beberapa kasus skala nasional, masa lalu yang penuh dengan intrik, persahabatan, juga kengerian dan kekejian, serta ambisi seorang anak untuk mendapatkan kepercayaan, cinta dan kasih sayang... ah dan juga tubuh. Cerita akan berkutat pada Marie dan Pak Sumi, lalu orang-orang yang terdekat seperti Bu Rati (Istri Pak Sumi), Tiga anggota daun Semanggi (Clover), dan tokoh antagonis. Apakah Marie bisa mendapatkan apa yang diinginkannya? berakhir bahagia atau tidak, itu semua pilihan anda, pembaca. *Penulis sangat tidak menyarankan untuk dibaca oleh anak-anak tanpa pengawasan Orang tua. Isi konten dan konflik cerita sangat mungkin TIDAK SESUAI untuk anak-anak (atau mungkin sebagian remaja baru). dimohon kedewasaan pembaca. **pict source: https://www.trekearth.com/gallery/Africa/photo1403560.htm

Cloud_Rain_0396 · Kinh dị ma quái
Không đủ số lượng người đọc
102 Chs

Awan dan Ternaknya

Ada beberapa hal di dunia ini yang tidak bisa kita nalar dengan akal sehat. Um, mungkin bukan tidak bisa, melainkan belum bisa. Berharap saja suatu saat kita akan mengerti... atau mungkin dibuat mengerti.

Sama seperti Marie. Awan makin tidak mengerti dengan semua yang dihadapinya. Marie bagaikan siput yang menjadi hama pada tanaman. Tapi meski sudah dibuang, lendir siput masih berserakan di seluruh tubuh tanaman. Hal ini membuat Tak ada satu pemilik rumah pun yang tak hilang ingatan akan hadirnya seorang anak kecil yang menghibur hati. Semua ternak Awan sudah terlalu terpatri dalam pikirannya akan hadirnya sosok Marie. Tidak ada yang benar-benar bisa melupakan Marie. Termasuk Awan sendiri, meski dalam konteks yang berbeda 180 derajat. (1)

Sudah 5 tahun sejak saat itu, saat Awan memutuskan untuk menggauli semua istri yang dia punya. Itu memunculkan perasaan yang baru kepada ternak-ternaknya

Terlepas dari semua itu, keputusan Awan untuk melakukan hal tersebut (menggauli ternak) dirasa tepat. Keempat ternak Awan secara berangsur-angsur menunjukkan perubahan pada psikisnya. Itu adalah rasa cinta. Hal ini berdampak pada mulai adanya bayi yang dihasilkan. Rasa cinta membuat para ternak mempunyai tujuan baru untuk hidup.

Hal baik ini berlangsung hanya sampai saat ini.

Semua berawal dari Tari yang tiba-tiba menangis dalam kamarnya, Awan berulang kali menggedor-gedor pintu kamarnya. Tapi tetap saja semua usahanya nihil. Ratu juga tidak tinggal diam dia mencari informasi dengan berkunjung ke tempat kedua ternak yang lain di ruang bawah tanah. Di sana Ratu mulai berbicara dengan para ternak yang lain.

Hal yang membuat bingung pun menyasar Ratu karena dari hasil penyelidikannya, Ratu tak mengetahui apa penyebab Tari seperti itu. Kedua ternak yang lain tidak tahu apa-apa dan tidak mempunyai kaitan apa-apa dengan penyebab tangisan Tari.

Maka Ratu menyimpulkan bahwa Tari mungkin cemburu. Mungkin di awal rasa itu tidak terasa dan juga sangat sangat kecil. Namun 5 tahun itu tidak singkat. Semua rasa cemburu berangsur-angsur tertimbun dan terus tertimbun hingga akhirnya Tari tidak sanggup lagi untuk membendungnya. Lalu hasilnya sekarang terdengar tangisan Tari.

Kemudian Ratu segera memberitahu Awan yang sedang duduk bingung di ruang tamu. Awan sedang duduk membungkuk memejam mata dengan telapak tangan menyentuh dahi. Orang itu sedang bingung.

Pintu depan rumah ditutup agar tetangga tidak mendengar tangisan Tari. Di tengah suara tangisan Tari, Ratu memegang bahu Awan. Awan melihat Ratu dan menanyakan kenapa. Lalu Ratu duduk di samping Awan.

"Bahkan selama ini semua tampak baik-baik saja, tetapi kenapa?" Tanya Awan.

Ratu diam mendengarkan.

"Apa Tari menyimpan rasa cemburunya hingga saat ini? dan sekarang menangis?" Tanya Awan tiba-tiba.

"Iya. Para ternak lain juga tidak tahu apa yang terjadi, jadi aku rasa memang begitu." Jawab Ratu singkat.

Ratu sekarang tidak perlu menjelaskan situasinya kepada Awan, karena Awan sudah mengerti. Awan makin bingung dengan apa yang terjadi sekarang, apa dia harus menghentikan perlakuannya kepada semua ternak dan kembali kepada Tari. Tapi jika Ia melakukan itu, bagaimana dengan nasib ketiga ternak yang lain. Pasti mereka akan mengalami kemunduran mental.

Di tengah kebingungan itu, Para ternak lain juga penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Mereka keluar dari ruang bawah tanah. Ratu sempat kaget dan beranjak dari sofa bermaksud akan membuat mereka masuk kembali ke ruang bawah tanah. Tetapi, Awan berkata lain. Awan tidak keberatan dengan tingkah mereka, apalagi di kondisi yang kritis seperti ini.

Kondisi yang kritis? Tari menjadi ternak utama dari semua ternak. Dia adalah orang yang pertama kali diajak oleh Awan disini. Tari menjadi panutan bagi ternak yang lain. Begitu pula Awan. Awan telah sepenuhnya percaya pada Tari untuk mengurus rumah bila Ia sedang bepergian ke Gresik atau ke panti asuhan yang lain. Sekarang sosok panutan itu sedang berada di kondisi terpuruk.

Kondisi Mbak Timan dan Warni sudah pulih seluruhnya berkat perlakuan Awan yang sangat berbeda dengan dahulu. Mulai 5 tahun lalu Awan memperkenalkan cinta yang lebih tulus daripada sebelumnya. Berkat hal ini, Mbak Timan dan Warni bisa pulih. Namun hal ini berdampak pada psikologis Tari. Selama 5 tahun ini Tari bisa menyembunyikan rasa cemburunya, namun sekarang semuanya terlalu berat untuk bisa dibendungnya sendiri.

Para ternak dan Awan kini berada di ruang tamu. Mereka duduk bersama disana. Ini adalah kali pertama Para ternak dapat duduk bersama Awan (kecuali Ratu). Mereka berempat diam disana tanpa berkata apa-apa. Sebelum akhirnya Ratu berkata,

"anak itu mungkin bisa menjadi pencair suasana disini, andai saja sekarang masih ada Marie."

Tamparan keras melayang ke wajah Ratu. Awan murka ketika Marie keluar dari mulut Ratu setelah sekian lama. Semua Ternak kaget atas perlakuan Awan. Awan yang bisa segera mengendalikan dirinya lagi pun kaget dengan apa yang barusan Ia lakukan.

"Ah! Ma-Maafkan aku Ratu." Kata Awan menyesali perbuatannya.

Pukulan itu sangat keras hingga terdengar suara keras. Ratu langsung diam dan menunduk setelah itu.

Di tengah suasana yang tidak mengenakan itu, tak butuh waktu lama tiba-tiba suara kunci pintu terdengar terputar. "Cklek". Semua orang menengok kearah pintu kamar ratu yang terbuka. Tari keluar. Dia keluar dan tersenyum. Semua orang kaget dengan Tari yang kemudian senyum dengan raut muka yang terlihat masih membekas jalan bekas air mata. Semua orang tidak ada yang berani bicara.

"Hahaha! kalian kena prank (2)" Kata Tari riang.

Awan menjadi orang pertama yang menghampiri Tari.

"Kenapa kamu?" Tanya Awan.

Awan memegang kedua bahu tari.

"Kan sudah ku bilang, ini hanya prank. Ayolah Aku hanya bergurau." Kata Tari sambil menyeka tangan Awan.

"Tari, Tari yakin tidak apa-apa?" kata Mbak Timan.

"Kalian khawatir kan? hahaha kena kalian." Kata Tari.

"Tari..." kata Warni.

"Ya maaf, kalau Aku membuat semua khawatir. Sudah, ayo kembali ke tempat masing-masing! Ratu, tolong segera siapkan makan malamnya." Kata Tari sembari membuang muka ke Ratu.

'Eh!? i.. iya." Kata Ratu lalu bergegas berlalu.

"Kalian semua, tolong segera kembali, Aku sangat minta maaf telah menggoda kalian semua hahaha." Kata Tari.

"I..iya sudah kalau kamu memang tidak apa-apa." Kata Mbak Timan.

Lalu Mbak Timan dan Warni kembali ke ruang bawah tanah.

"Tari, aku..." Kata Awan terpotong.

"Huh, apa? Ahaha, bapak tunggu saja di ruang makan ayo kita makan bersama, Ratu juga (ikut makan)." kata Tari.

"Kamu, benar-benar tidak apa-apa kan? apa ini karena ak-" Lagi-lagi kata Awan terpotong oleh Tari.

"Hus." Kata Tari sambil menempelkan jari telunjuknya ke mulut Awan.

"Aku benar-benar tidak apa-apa, jangan khawatir. Aku nanti akan menyusul, masih ada yang harus ku rapikan di kamar, ehehe." Kata Tari.

Awan masih bergeming, menatap Tari dalam-dalam dengan wajah sayu.

"Ayo, ayo!" Kata Tari sambil mendorong punggung Awan untuk segera menuju ke ruang makan.

Semua orang kini telah berada di tempatnya masing-masing. Tari menuju ke kamarnya lagi untuk merapikan selimut yang tadi menyelimutinya.

Lalu tiba-tiba Pintu tertutup. Tari kaget dan berpaling ke belakang. Siapa gerangan yang masuk, itu pikirnya. Ternyata Ratu yang masuk. Dia berdiri diam sambil memegang gagang pintu.

"Ratu? kenapa kesini?" Tanya Tari.

"Terima kasih." Kata Ratu.

"Terima-? jadi kamu tahu? oh, tentu, ahahaha, Aku tidak bisa terus menangis." Kata Tari.

"Bukan itu." Kata Ratu.

"Lalu apa?" Tanya Ratu.

"kamu telah menyelamatkan Peternakan ini. Kalau saja kamu tidak keluar waktu itu, aku yakin moral teman-teman yang lain akan turun. Kita telah bersusah payah untuk membuat mereka dan kita tetap waras." Kata Ratu.

"Ya. Memang itu tadi. Aku berpikir harus menyelesaikan tangisanku." Kata Tari.

Tari telah selesai dengan selimutnya. Lalu Dia berjalan ke arah Ratu.

"Ayo kita masak makan malam." Kata Tari dengan tersenyum"

Kemudian Ratu memeluk Tari.

"Tolong sebentar saja. Kita juga berhak untuk meluapkan perasaan kita." Kata Ratu.

Tari terhenyak dengan kata Ratu. Tari hanya tersenyum dan berbalik memeluk Ratu.

"Tari aku sudah menangis kan. Sekarang giliranmu. 5 menit saja ya." Kata Tari.

Ratu Menangis. Ratu juga menahan tangisnya sejak Dia ditampar oleh Awan.

Setelah itu Ratu, Tari dan Awan duduk bersama satu meja. 5 menit setelah berbincang santai dengan mereka berdua, Tari memilih untuk meninggalkan mereka dan makan bersama kedua ternak yang lain. Sebelum pergi, Tari memberi isyarat kedipan mata kepada Awan. Tari tahu jika Awan ingin minta maaf kepada Ratu. Tari hanya akan menjadi pengganggu jika Dia terus berada disitu.

Ketika Tari telah masuk ke ruang bawah tanah untuk makan bersama kedua ternak, suasana menjadi hening diantara Ratu dan Awan, kemudian Awan memulai pembicaraan untuk memecah suasana.

"Ratu." Kata Awan.

"Apa Pak?" Kata Ratu yang bertingkah seolah tidak ada apa-apa.

"Aku, Aku minta maaf." Kata Awan.

"Minta maaf untuk apa pak?" Tanya Ratu.

"Pukulan ku tadi, Aku... Aku tidak bisa mengendalikan tubuhku." Kata Awan.

"Bukannya tadi bapak sudah minta maaf? ya Aku maafkan, bahkan dari awal sudah Aku maafkan pak." Ratu.

Entah sejak kapan Ratu dan Tari berhenti memanggil Awan dengan sebutan 'tuan'.

Awan tidak bisa membalas perkataan Ratu. Butuh beberapa menit hingga Awan bisa berbicara lagi. Kali ini Dia menceritakan unek-uneknya.

"Aku tidak paham dengan kalian semua, kenapa kalian begitu baik terhadapku?" Tanya Awan.

"Tentu saja kami baik terhadap tuan kami, lagi pula kami ini kan ternakmu. Ternak harus baik kepada tuannya." Kata Ratu.

"Tapi, Aku masih tidak paham. Ini seperti... masih ada hal lain." Kata Awan.

Lalu Ratu berdiri dari tempat duduknya sambil membereskan piring dan gelas mereka berdua. Kemudian Ratu balik badan dan berkata sambil tersenyum,

"Kamu mengerti, tapi Kamu tidak mau mengakuinya, Tuanku." Kata Ratu.

Satu-satunya hal yang dapat terpikir oleh Awan adalah perasaan cinta dari Ternaknya kepadanya. Tapi apa perasaan itu tumbuh karena bersetubuh? Awan berpikir itu tidak mungkin. Tapi sebenarnya hal itulah yang terjadi disini.

(1) Para ternak mencintai Marie, sedangkan Awan membencinya.

(2) Prank: perbuatan jahil, ngerjain orang dengan tujuan guyon buat asyik-asyikan. (evanazka)

Cloud_Rain_0396creators' thoughts