webnovel

My Lovely Sister

Namaku Rui. Aku adalah anak adopsi di keluargaku yang sekarang, karena keluargaku yang dulu tidak mampu membiayai kebutuhan hidupku, maka dengan berat hati ibuku mengusulkan agar aku diadopsi oleh keluarga yang lebih mampu. Hari-hari yang kujalani bersama Kak Guin terasa menyenangkan hingga suatu hari sebuah masalah menimpa kami. Awalnya hanya masalah kecil namun menjadi masalah yang tak pernah terbayangkan akan terjadi ternyata terjadi juga. Segala rintangan dan halangan kami lalui bersama dan dari sinilah kisah petualangan ku bersama Kak Guin demi mencari sebuah jalan pulang.

Rachell_Aditya · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
29 Chs

Menginap

Keesokan paginya.

"Hoammm. Kak Guin sudah bangun belum ya?"

Mengucek mataku yang baru saja bangun tidur dan melihat jam yang menunjukkan pukul 8 pagi.

Aku segera membuka pintu kamar dan keluar untuk menemui kakak. Aku melihat kakak sedang duduk di meja makan sambil meminum segelas susu di depannya.

"Kakak tidak berangkat kuliah?" Tanyaku saat mendekatinya.

"Eh kamu sudah bangun Rui. Sepertinya tidak sayang, kepala kakak pusing jadi kakak minta izin ke dosen untuk tidak masuk hari ini. Oh ya maaf karena kakak baru bangun dan kepala kakak pusing jadi belum ada sarapan. Kamu makan seadanya dulu ya!" Jelas kakak.

"Tidak apa-apa kok kak aku juga tidak terlalu lapar." Jawabku.

"Atau kalau mau beli nasi bungkus sana di warung dekat pertigaan. Nih uangnya pakai punya kakak aja. Beli dua ya!" Ucap kakak sambil memberiku uang 20 ribu.

"Oke deh Kak kalau gitu aku berangkat dulu!" Pamit ku.

"Iya hati-hati!" Jawab kakak sambil menatapku dengan tatapan sayu namun dia tetap tersenyum.

Aku pun berangkat ke warung di pertigaan untuk membeli nasi bungkus. Tak lupa aku juga mampir ke apotek untuk membeli sesuatu yang bagiku lumayan penting. Setelah itu aku pulang.

Sesampainya di rumah.

"Aku pulang kak!" Teriakku mengucapkan salam.

Tidak ada jawaban dari kakak. Yah aku pikir kakak sedang di belakang dan tidak mendengar salam ku, jadi aku makan nasi bungkusnya duluan di meja makan. Saat baru menghabiskan setengah dari nasi bungkus milikku tiba-tiba dari arah dapur kakak memanggil dan menghampiriku.

"Rui!" Panggil kakak.

"Iya kak ada apa?" Jawabku.

"Yang mencuci pakaian kotor di kamar mandi kamu?" Tanyanya.

"Eh, iya kak." Jawabku spontan.

"Tumben kamu mau mencuci pakaianmu sendiri. Tidak tanggung-tanggung dengan pakaian kakak lagi." Celetuk kakak.

"Eh, I-itu karena aku sedang bosan saja." Jawabku malu-malu.

"Hmm, tapi makasih ya sudah meringankan beban kakak." Celetuk kakak dengan senyum yang membuatku lega.

"I-iya kak sama-sama." Jawabku membalas senyuman kakak.

"Kakak tidak makan?" Tanyaku pada kakak.

"Eh, ini mau makan." Duduk di depanku sambil membuka nasi bungkusnya bersiap untuk makan.

Suasana hening sejenak hingga akhirnya kakak yang memulai sebuah obrolan.

"Nanti temenin Kakak keluar mau tidak?" Tanyanya sesaat kemudian.

"Ke mana Kak?" Tanya ku.

"Ke kampus. Kakak mau mengambil barang Kakak yang ketinggalan di sana." Jawab kakak.

"Iya aku ikut!" Jawabku dengan semangat.

"Hihi semangat banget."

"Habisnya salah satu impianku dari dulu adalah ingin main ke kampus kakak. Jadi sekarang aku sangat senang diajak main ke kampus Kak Guin!" Ucap ku dengan riang.

"Ya sudah mandi sana. Gantian sama kakak!"

"Siap kak!"

Selesai mandi dan berganti pakaian.

"Ayo Kak berangkat!" Ajak ku.

"Kunci dulu semua pintu dan jendela. Kamarmu juga!" Perintah Kak Guin.

"Siap!"

Aku berlari ke kamar untuk mengunci pintu kamar kemudian kembali lagi ke Kak Guin untuk menyerahkan kunci kamarku.

"Kak aku titip kunci kamarku boleh?" Tanyaku.

"Boleh sini!" Jawab kakak singkat.

"Oke. Sudah semua kan Kak? Tinggal berangkat!" Celetukku dengan senang.

"Sepertinya sih sudah. Yaudah yuk berangkat!" Ajak kakak.

"Ayo Kak aku sudah tidak sabar!"

"Hihi kamu ini!"

***

Pulangnya kami kehujanan karena tiba-tiba hujan turun dengan derasnya sebelum kami menemukan taksi sementara kakak tidak membawa ponsel begitu juga aku, jadi kami tidak bisa memesan taksi online.

Alhasil karena tidak menemukan taksi offline satu pun sementara kami juga tidak bisa memesan taksi online, akhirnya kami terpaksa jalan kaki dari kampus ke rumah yang berjarak 3km dan tiba di rumah dalam keadaan basah kuyup.

Kak Guin membuka pintu depan dan segera masuk. Diikuti oleh ku yang berada di belakangnya. Kami berdua menggigil kedinginan dan hampir mengalami hipotermia. Kak Guin segera pergi ke dapur untuk memasak air hangat, untuk mandi kami berdua.

"Siapa dulu nih yang mau mandi?" Tanya kakak.

"Kakak aja dulu!" Jawabku.

"Oke!"

Setelah Kak Guin selesai mandi tinggal giliranku untuk mandi. Aku cepat-cepat melepas pakaianku dan segera menyiramkan air hangat ke tubuh. Rasanya nikmat sekali, yah meskipun sempat kehujanan tapi cukup menyenangkan juga bisa melihat kampus kakak secara langsung hingga masuk ke dalamnya.

Selesai mandi aku segera melilitkan handuk ke tubuhku lalu keluar dari kamar mandi dan pergi ke kamar untuk berganti pakaian. Sesampainya di depan pintu kamar aku baru ingat kalau kunci kamarku ada di kakak. Dengan segera aku langsung pergi menemui kakak yang ada di kamarnya bermaksud meminta kunci ku kembali.

'Tok..tok..tok'

"Kak aku mau ambil kunci kamarku!" Pinta ku.

"Masuk saja!" Sahut kakak dari dalam.

"Oke aku masuk!" Aku membuka pintu.

"Tuh kuncinya ada di dalam tas, ambil sendiri." Jelas kakak sambil berbaring di kasurnya.

Aku mengambil kunci di dalam tas yang ada di atas meja belajar. Kemudian saat aku membalikkan badan dan hendak keluar kamar aku sempat memperhatikan kakak yang sedang berbaring tengkurap di kasurnya memakai piyama berwarna pink dengan motif bunga. Aku berpikir, bagaimana seandainya jika aku tidak bertemu dengan kakak? Apakah hidupku tidak akan terasa semenyenangkan ini?

"Apa yang kamu lakukan di situ Rui? Kuncinya sudah kamu ambil kan?" Tanya kakak tiba-tiba yang mengagetkanku.

"Eh, s-sudah kok kak!" Jawabku gelagapan.

"Terus kenapa masih disini?" Tanyanya lagi.

"Ah, tidak kok! Ini aku mau keluar." Ucapku berjalan keluar dari kamar kakak.

"Rui!" Tiba-tiba kakak memanggilku.

"Iya kak?" Aku berhenti sejenak.

"Setelah ganti baju tolong pijitin kakak ya! Badan kakak pegal semua gara-gara kehujanan tadi!" Ucapnya.

"Siap kak!"

Aku segera bergegas menuju kamarku untuk ganti baju. Setelah itu kembali lagi ke kamar kakak.

Saat di kamar kakak.

"Jadi mana yang mau di pijit dulu?" Tanyaku.

"Dari kaki dulu habis itu naik ke pundak!" Jawab kakak.

"Oke!"

"Pijitnya pelan-pelan ya jangan terlalu kasar!" Pinta kakak padaku.

"Iya kak aku tau."

Aku mulai memijat kakak. Mulai dari kaki hingga pundak.

"Aww jangan keras-keras Rui!"

"Eh maaf kak!"

Tiba-tiba handphone Kakak berdering.

"Tolong dong ambilkan handphone kakak!" Pinta kakak.

"Nih kak!" Sembari menyerahkan handphone milik kakak.

"Oke makasih. Halo? Eh kenapa? Oh gitu ya. Boleh kok kesini saja. Oke aku tunggu!" Telepon di tutup.

"Siapa kak?" Tanyaku penasaran.

"Ini temen kakak katanya mau nginep di sini." Tutur Kak Guin.

"Eh, nginep?!"

"Iya nginep. Kenapa memang?"

"Tidak apa-apa kok. Ngomong-ngomong temen kakak cewek atau cowok?" Tanyaku memastikan.

"Cewek dong sayang. Kalau cowok tidak mungkin kakak kasih ijin untuk nginep di sini. Takut nanti berbuat macam-macam." Papar Kak Guin.

"Iya juga sih. Berapa orang kak yang mau nginep?" Tanyaku lagi.

"Katanya sih cuma dia seorang. Tidak tahu nanti kalau ternyata bawa teman." Jawab kakak.

Aku jadi penasaran seperti apa temen Kak Guin? Mungkinkah orangnya juga cantik dan baik seperti kakak?