webnovel

Berkunjung ke Rumah Vina

POV Kayla

Aku sangat senang karena bisa menghabiskan waktu lagi bersama Aditya. Dan itu adalah kesenangan tersendiri bagiku. Aku menyiapkan makanan untuk sarapan. Clarisa sudah memakai seragam sekolahnya begitu pun juga dengan Aditya. Beberapa saat kemudian, Aditya menghabiskan makanannya lebih dulu. Aku mencium tangannya begitu juga dengan Clarisa.

"Jangan keluar! Kalau mau keluar bilang, Clarisa nanti diantar oleh Bayu," ujar Aditya.

"Baiklah. Kalau ada apa-apa nanti aku akan menghubungimu," kataku.

Aditya mengangguk. Aku mengantarkannya sampai depan rumah. Lalu aku kembali ke dalam. Begitu aku masuk, Clarisa juga sudah selesai makannya. Kemudian aku membantunya menyiapkan sekolahnya. Hingga beberapa menit kemudian, Bayu datang menggunakan motor.

"Tumben enggak pakai mobil, Bay?" kataku.

"Iya. Jam segini masih macet jadi saya datangnya menggunakan motor biar bisa lebih cepat," katanya.

"Bawa anakku dengan hati-hati loh, jangan kebut-kebutan bawa motornya!"

"Siap."

Mereka pun pergi. Aku melambaikan tangan pada Clarisa. Enaknya aku melakukan apa ya di rumah sendirian seperti ini. Sekarang aku tidak bisa meminta Vina untuk datang karena

Sekarang dia tengah hamil besar. Aku mengambil ponselku. Melihat-lihat kolom beranda media sosial. Sungguh membosankan. Aku mengambil tab yang biasa aku pakai untuk menggambar komik. Jam sebelas siang. Terdengar suara penjual bakso di luar. Aku langsung bergegas pergi keluar. Ternyata masih belum jauh. Aku memanggilnya untuk datang ke sini.

"Aku mau satu ya bang? Jangan pakai sambal," kataku.

"Siap," kata abang tukang bakso.

Saat sedang menunggu pesanan terlihat sebuah motor berhenti di dekatku. Aku tersenyum begitu melihat Clarisa pulang.

"Mommy sedang beli apa?" tanya Clarisa.

"Bakso. Kamu mau?"

Clarisa mengangguk dengan antusias. Setelah pesanan siap, aku mengajak Clarisa untuk mengganti pakaiannya terlebih dulu. Dia pun kembali dan sudah mengganti pakaiannya. Kami pun makan bersama. Tak lama kemudian.

"Wah, kenyang juga," kataku.

"Mommy sekarang tidak akan pergi ke kantornya daddy?"

"Astaga! Kamu benar. Kita tanya dulu daddy dulu ya?"

Clarisa mengangguk. Aku mengirimkan pesan pada Aditya, tapi tidak ada balasannya. Aku pun mencoba untuk meneleponnya. Kemudian dia angkat.

"Ada apa? Aku sedang rapat sekarang," tanya Aditya.

"Oh, maaf. Aku enggak tahu kalau kamu sedang rapat. Aku hanya ingin, apa makan siangnya mau aku antar?"

"Enggak usah. Aku sibuk," katanya lalu menutup teleponnya.

Aneh dengan sikapnya seperti itu. Bukankah aku tidak melakukan kesalahan, tapi nada bicaranya seperti itu. Aku berpikir mungkin dia seperti itu karena rapat dan ada orang lain jadi tidak bisa bersiap seperti biasanya.

"Kita akan ke sana mom?" tanya Clarisa.

"Tidak sayang, daddy sedang tidak di kantor jadi kita tidak perlu mengantarkan makanan untuknya," jelasku.

Clarisa pun bercerita bahwa dia ada tugas dari sekolahnya. Aku pun menemaninya mengerjakan tugasnya itu hingga selesai.

Notifikasi masuk ke ponselku. Aku kira itu adalah Aditya yang mengirimkan pesan padaku, ternyata orang lain.

"Apa kita bisa bertemu?" isi pesan Raka.

"Ada apa?"

"Mari kita berbincang bersama. Sudah lama kita tidak mengobrol bersama."

"Baiklah aku akan memberitahu kepada Aditya kalau aku akan pergi ke rumah Vina."

"Loh kok ke rumah Vina?"

"Bukankah kamu mengajak mengobrol bersama bertiga kan?"

Pesanku hanya di baca saja olehnya. Beberapa menit kemudian, Raka pun ada membalas pesan. Dia pun menyetujuinya. Aku mengirimkan pesan pada Aditya, meminta izin untuk pergi ke rumahnya Vina. Raka sudah ada mengirimkan pesan lagi padaku, menanyakan jadi tidaknya untuk datang ke rumahnya Vina.

"Mommy, Ica bosan di rumah," ujar Ica yang sudah berdiri di hadapanku.

"Sebentar ya? Mommy akan memberitahu daddy dulu," kataku.

Clarisa dengan wajah kesalnya melenggangkan kakinya dan mengitari ruang tengah. Akhirnya Aditya pun ada membalas dan mengizinkanku untuk pergi. Aku mengajak Clarisa untuk bersiap. Dia merasa senang saat aku memberitahunya akan pergi ke rumah Vina. Setelah itu, kami menunggu taksi online yang sudah aku pesankan lewat aplikasi. Tak lama, taksi online pun datang. Aku memesannya karena Aditya melarangku untuk membawa kendaraan sendiri. Sampailah di rumah Vina. Ternyata aku dan Raka datang bersamaan.

"Halo anak cantik," sapa Raka pada Clarisa.

"Hai om," kata Clarisa.

Kami berbasa-basi sambil menunggu pintu di buka. Ternyata masih ada mamanya Vina di sini. Kami pun masuk dan berbincang di ruang tengah. Sedangkan Clarisa bermain bersama mamanya Vina.

"Sekarang dilihat-lihat ternyata kita sudah tua ya?" ujar Vina.

"Iya, apa lagi aku melihat Clarisa sudah tumbuh semakin besar. Kita jadi enggak sebebas dulu. Yang ke mana-mana sendiri sekarang sudah ada anak yang mengikuti, ha-ha," kataku.

"Eh tapi tumben Raka ingin datang seperti ini? Memangnya tidak sibuk? Biasanya kamu selalu sibuk," kata Vina.

"Ada waktu senggang sekarang makanya aku isi dengan seperti ini. Jarang-jarang kan? Di tambah sekarang sudah pada menikah, jadi agak susah ada waktu seperti ini," kata Raka.

Kami pun berbicara tentang masa lalu, dan bercanda gurau. Karena aku duduknya menghadap mereka, entah kenapa setiap tertawa atau pun berbicara dia melihat ke arahku walaupun sebentar. Jangan bilang dia masih menyukaiku. Tidak lama, Raka pamit pergi terlebih dahulu. Aku dan Vina bertukar pandang setelah Raka pergi.

"Aku enggak salah kan?" tanya Vina.

"Apa?" kataku heran.

"Dari tadi dia menatapmu terus loh!"

"Oh, kamu menyadarinya ya?"

"Kok reaksimu seperti itu sih? Jangan bilang dia datang menjemputmu juga loh."

"Ya, enggaklah. Mana mungkin. Tapi iya sih dari tadi dia melihat ke arahku sesekali."

"Bukan sesekali! Berkali-kali tahu!"

"Mom, om Rakanya sudah pulang?" kata Clarisa.

"Oh. Apa daddy akan menjemput kita mom?"

"Kalau daddy sudah selesai pekerjaannya nanti akan dijemput, tapi kalau pekerjaannya belum selesai kita pulang sendiri ya?"

Clarisa menanyakan lagi pada Vina apakah bayi dalam perutnya sudah menendang lagi atau belum. Dia sangat suka mengelus perutnya Vina.

"Perut mommy juga elus dong sama Ica, nanti adiknya Ica sedih," ujar Vina.

"Perutnya mommy tidak sebesar perut tante, jadi belum ada bayi dalam perutnya," katanya. "Tante apa di dalam perut bisa mendengar suara?"

"Tentu saja," jawab Vina.

Clarisa menempelkan telinganya di perutnya Vina. Dia mencoba memanggil-manggil bayi yang belum lahir itu.

"Tante Na bohong, dia tidak bersuara sama sekali," kata Clarisa dengan kesal.

Aku tersenyum mendengarnya.

"Ca, bayi yang ada di perutnya bisa mendengar suara kita, terutama suara ibunya. Tapi dia belum bisa berbicara seperti kita," jelasku.

"Masih lama dong. Aku kan ingin main, enggak ada teman di sini," ujar Clarisa.

"Ya kan, apa mama bilang. Bikin saja, jangan terlalu jauh bikinnya. Biar ada teman mainnya. Di tambah anak sekarang kan jarang main seperti dulu, inginnya main ponsel saja terus," kata mamanya Vina.

Aku hanya terdiam. Tapi benar juga, terkadang Clarisa pun ingin memainkan ponselku.