webnovel

Akhirnya Pergi

Aditya dan aku saling bertatapan, terkejut saat mendengar pertanyaannya.

"Bau apa yang kamu maksud?" tanya Aditya.

"Bau parfum Daddy berbeda," jawab Clarissa.

"Sebenarnya ini bau parfum mommy, nak. Apa baunya mengganggu? Kalau iya, mommy akan mengganti baju," kataku.

"Tidak, mom. Ini sudah malam, aku tahu mommy cape jadi ayo kita tidur saja," jawabnya.

"Baiklah putriku, good night," kataku sambil mencium keningnya.

"Good night mom, dad."

Aditya mengusap kepala Clarissa. Melihat Clarisa sudah tertidur, Aditya melihat ke arahku. Tak lama bertatapan kami tertawa kecil mengingat kejadian tadi yang belum selesai.

"Mau dilanjut yang tadi?" tanyaku.

"Tidur saja, lagi pula ini sudah malam, besok kita harus pergi kan?" kata Aditya.

"Baiklah, good night sayang."

"Good night."

Tak lama kami pun tertidur. Keesokan paginya. Aku menyiapkan sarapan dan dibantu oleh bi Laras. Kami pun makan bersama-sama. Untuk hari ini, aku merasa malas untuk pergi ke mana pun. Seperti biasa, Aditya berangkat bersama Clarissa. Sungguh membosankan ketika hari mulai terik. Aku pun menghubungi temanku dan berbincang di telepon hingga tak terasa Clarissa pulang dari sekolahnya dan aku pun menutup teleponnya.

"Mommy," sapa Clarissa.

"Ah, halo sayang. Gimana tadi sekolahnya?"

"Tadi di sekolah Ica menggambar, terus Cakra coret gambarnya Ica."

"Oh, terus?"

"Ica bilang ke Bu guru. Terus Cakra dimarahi sama Bu guru. Ica marah sama dia dan dia juga udah minta maaf karena udah jahil ke Ica."

Clarissa menceritakan kejadian yang terjadi di sekolahnya itu. Saat mendengar Ica tidak membalas kejahilan temannya itu, aku merasa senang karena kurang lebih apa yang aku ajarkan bisa menjadi sebuah sikap yang bijak yang dimiliki Clarissa. Gak mudah diumur tujuh tahun dia bisa mengungkapkan perasaannya terlebih mengungkapkannya kepada ibunya.

Kami pun pergi ke kantornya Aditya. Aditya mengajak kami untuk datang ke rumah orang tuanya untuk menghabiskan akhir pekan di sana. Hingga tiba di rumah orang tua Aditya.

"Oma, kakek," ucap Clarissa.

"Wah cucuku sudah datang rupanya," ucap kakeknya.

Aku dan ibu mertuaku bersiap untuk piknik di taman. Sementara itu Aditya hanya sibuk German ponselnya. Setelah semua siap, kami pun pergi ke halaman belakang.

"Biar ibu yang bawa yang beratnya," kata ibu yang membawa makanan.

"Padahal enak apa loh Bu," kataku.

"Gak baik, orang yang hamil bawa yang berat-berat, kamu siapin aja tempatnya ya?"

"Baiklah."

Aku pun menghamparkan karpet. Sebenarnya Aditiya mengajak ke tempat lain untuk makan bersama tetapi aku menolak dan ingin piknik di belakang rumah saja. Aditiya pun ikut membantu. Setelah semuanya siap, ibu memanggil suaminya dan juga cucunya yang masih berada di dalam.

"Ayo kita makan dulu," kata ibu.

"Wah udah lama Icha gak makan masakan Oma, pasti enak!" ujar Clarissa.

"Tentu saja, bahkan kalah sama masakan mommy kan?" kataku.

"Tidak! Masakan mommy enak juga, tapi Icha lebih suka masakan Daddy."

Ibu hanya tersenyum. Kami pun makan bersama. Karena hari semakin terik, ibu mengajak semua untuk masuk ke rumah. Perbincangan yang sangat menyenangkan karena sekarang keluarga Aditya sudah menerimaku dan menganggap seperti putrinya sendiri. Aku sangat bersyukur.

Seseorang datang yang membuat aku merasa tidak aman dengan sosoknya. Sherlin memberikan sebuah undangan dan meminta kami untuk datang ke acara pernikahannya. Karena acara pernikahan sebelumnya gagal. Dia mengaku untuk berbicara berdua saja. Kami pergi keluar untuk berbicara.

"Mungkin aku sudah tidak bisa merebut Aditya darimu. Sebab ayahku sudah menjodohkanku dengan yang lain gan aku tidak bisa menolaknya. Karena itu, aku datang untuk meminta maaf sudah mengganggu kalian selama ini," ucap Sherlin.

"Aku pun sudah melupakan kejadian itu, maaf jika ada perlakuan atau perkataanku yang tidak menyenangkan," kataku.

"Senang akhirnya aku bisa pergi tanpa rasa bersalah lagi. Karena setelah menikah dengan yang sekarang aku tidak akan tinggal di sini lagi," ucap Sherlin.

Aku hanya terdiam mendengarnya meskipun dengan rasa waspada karena takut dia akan mencelakaiku lagi. Tetapi tak lama setelah itu, dia pun pulang.

Hari pernikahan Sherlin. Kami pergi setelah Clarissa pulang sekolah. Di sana banyak kenalan Aditiya juga ternyata, yang mana aku juga harus ikut menyapa mereka.

"Sayang, apa ayah dan ibu akan datang?" tanyaku karena tidak melihat mereka.

"Mereka pasti datang karena sudah diundang. Kamu duduk dulu saja. Aku berkeliling dulu menemui rekanku yang lain," kata Asta.

"Baiklah," kataku.

"Icha temenin mommy dulu ya? Kakek juga akan datang sebentar lagi," ucap Aditiya pada Clarissa.

Hingga akhirnya mertuaku datang. Clarissa senang karena bisa bertemu lagi dengan mereka.

"Apa kamu sudah menemui pengantinnya?" tanya ibu.

"Belum, katanya pengantinnya lagi ganti baju jadi kami belum menemui penggantinya," jelasku.

Beberapa saat kemudian, Sherlin datang dengan menggunakan Harun pengantin berwarna merah muda. Ibu mengajakku untuk menemui pengantinnya. Dia juga memanggil Aditya untuk menemui pengantinnya.

"Terima kasih sudah datang," ucap Sherlin.

"Semoga pernikahannya langgeng," ucapku memberi selamat padanya.

"Fotografer tolong dong foto kita," kata Sherlin.

Kami pun foto bersama. Sherlin meminta kami untuk datang ke acara pernikahannya ingin memiliki foto bersama dengan Aditya. Meskipun perlakuannya kurang ajar pada kami, aku masih mendoakan dia supaya bisa berubah menjadi orang baik. Tidak lama kemudian, aku pun mengajak Aditya untuk pulang karena Clarissa pun sudah mengantuk.

"Aku harap perginya Sherlin ke luar negeri membuat hubungan kita semakin dekat tanpa ada gangguan," kataku setelah mengantar Clarissa ke kamarnya.

"Kamu sangat ingin dia pergi ternyata," kata Aditya.

"Mau gimana lagi, dia gak pernah berubah dan terus mengganggu kita," kataku.

"Iya, sekarang sudah tidak ada lagi yang mengganggu kita," kata Aditya.

Aku pun memeluknya dari samping kemudian menatap wajahnya. Aditya pun begitu, dia menyimpan ponselnya dan menatapku. Hingga akhirnya kami pun berciuman.

Ciuman kami terhenti saat terdengar suara pintu terbuka.

"Mommy Icha tidurnya pengen ditemani sama mommy," kata Clarissa yang ada di ambang pintu.

"Baiklah sayang, ayo kita tidur siang," kataku.

Saat Clarissa masuk ke dalam kamar, aku melihat kembali ke arah Aditya kemudian tersenyum menahan tawa begitupun dengan Aditya. Karena kejadian itu mengingatkanku pada beberapa hari yang lalu saat aku tidak bisa menikmati malamku bersama suamiku sendiri karena gangguan dari Clarissa.

Aku pun masuk ke kamar Clarissa dan ikut merebahkan diri di sampingnya. Setelah Clarissa benar-benar tertidur, Aditya masuk ke kamarnya.

"Apa dia udah tidur?" tanya Aditya.

"Iya kenapa?" tanyaku yang memang sudah mengantuk juga.

"Ayo kita tidur di kamar, aku ingin tidur sambil memelukmu," kata Aditya.

Mendengarnya senyuman terukir di wajahku. Aku pun mengangguk dan meninggalkan Clarissa sendirian. Di kamar Aditya benar memelukku dan tak lama kemudian dia pun tertidur lelap.

'Tak aku sangka orang yang sudah lama tidak bertemu akhirnya bersama juga. Cintaku lamaku telah kembali padaku.'

–––TAMAT–––