webnovel

My Explosive Myth of the Potato Master

"Pahlawan biasanya datangnya belakangan, biar yang lain juga dapat jatah bertarungnya" Saat orang sedang menikmati masa muda mereka dengan bahagianya, aku hanya terduduk dikamarku, sendirian. Saat orang sedang menikmati bercengkrama dengan keluarga mereka, aku hanya dapat melihat mereka Saat mereka datang dan mulai meminta tolong kepadaku sedang mereka tidak pernah menolong saat aku membutuhkan, aku bungkam mulut hina mereka dengan bom Dan, itu hanya masa lalu. Aku masih dapat mengubah masa depan dengan tindakanku sekarang...... Dengan menyebar peledak keseluruh penjuru wilayah ini.... ===================== Terima Kasih kepada @Ryoid untuk covernya yang mengagumkan! (Special thanks for @Ryoid for his/her wunderbar cover!)

Comrade_Kazuya · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
6 Chs

{Chapter 3}

{Chapter 3: Balas Dendam}

"Berhasil?..... BERHASIL !!" Teriakku pelan agar orang sebelah tidak mendengarku berteriak sendiri.

Setelah satu jam duduk disini, melakukan semua yang disuruh diresep untuk menciptakan 'Kembang Api' yang diimprovisasi, akhirnya berhasil! Aku tidak percaya bom yang sudah aku inginkan untuk benar-benar nyata telah berhasil aku rakit dengan tanganku yang.... entahlah. Suci atau nggak, aku nggak tahu.

Kalau bisa dilihat 'Kembang Api'-nya, butiran-butiran yang bikin meledak dimasukan kedalam botol air mineral kecil, tapi menurutku daya rusaknya tidak akan besar. Jadi aku berencana membuat butiran-butiran itu lagi sebanyak tiga botol lagi.

Aku kembali membuatnya, dengan harapan 'Kembang Api' ini akan benar-benar menutup mulutnya untuk selamanya. Kegiatan seperti ini sulit untuk ditemukan karena, mana ada orang yang secara sukarela membuat sebuah 'Alat Diplomasi' ini. Hanya orang gila yang mau membuatnya dan orang gila itu adalah aku.

*smh*

*smh*

(A/N: efek suara waktu ngebuatnya :v)

Akhirnya, sebuah benda yang bagus. Aku menjumput butiran-butiran itu dan memasukannya kedalam botol-botol yang sudah kusediakan. Terus, SneakkyBoi bantuin apa? Dia bantuin meletakan bahan bakunya ditempat yang agak tersembunyi di laboratorium ini, beruntung karena laboratorium ini jarang digunakan karena banyak kesan mistis disini.

Karena bukan genre horor, tentu saja aku tidak takut. Aku kembali menyelesaikan tugasku disini. Entah sebagai apa, bisa dibilang sebagai 'Penemu' atau 'Perakit'.

"Selesai, tiga botol cap Torru siap dipasarkan-- maksudku siap digunakan" Ucapku pelan, supaya tidak ada cecunguk yang mendengarku berbicara....

Sendirian

Baiklah, tiga botol cap Torru akan digunakan sekarang. Aku mengambil sebuah Isolasi/Duct Tape, menyelotip tiga botol 'Kembang Api' tersebut menjadi satu. Dan voila! Jadilah sebuah 'Kembang Api' berkekuatan besar, setidaknya cukup membungkam mulut hina itu.

Baiklah, saatnya beraksi...

Aku sepertinya melupakan sesuatu. Dulu, sebuah dinamit digunakan untuk menambang emas, dan untuk meledakannya kita perlu sesuatu, dan itu adalah....

"Pemicu, aku lupa memberi pemicu pada karya seniku"

Aku langsung mencari sebuah pemicu yang bentuknya seperti jarum besar, digunakan untuk meledakan sebuah 'Kembang Api' berjenis Bom Plastik. Karena percikan api yang ditimbulkan oleh jarum itu dapat membuat ini meledak. Dan itu yang aku harapkan.

*kresek*

*krasak*

Ketemu!

Aku menemukan benda kecil itu berada didalam tumpukan plastisin bertuliskan 'Semtex'. Aku memungutnya, memasukannya kedalam salah satu botol, kembali menutupnya, dan alat 'Diplomasi'-ku kali ini benar-benar siap.

*****

Aku membuka pintu laboratorium dimana aku membuat 'itu' semua dan mengintip kelas laboratorium sebelah.

Kosong..

Kali ini aku berfikir, bagaimana jika ini tidak meledak? Menurutku, itu mungkin saja sejak aku baru pertama kali membuatnya TANPA ada kegagalan sedikitpun, Itu sudah termasuk beruntung, karena tidak sedikit orang yang gagal dan terluka bahkan kehilangan nyawa dalam proses pembuatan yang mereka sebut 'serbuk dari neraka' ini.

"Hei, itu si anak pungut!" Teriak seorang cecunguk dan membuat yang lain ikut-ikutan melihatku yang terkenal ini

'Wah, iya. Hei, kau bisa tidak mengerjakan tugas matematika dengan mata tertutup?"

"Sepertinya, dia tidak bisa, atau, tidak akan pernah bisa"

Seketika, semua orang rendahan itu tertawa mendengarnya. Hampir saja jari-jariku menekan tombol pemicu yang akan meledakan 'Kembang Api' ini, aku tidak mau mati dulu, ada gacha yang harus aku lakukan.

Aku kembali berjalan masuk kekelas, mereka benar-benar menggangapku seperti sampah masyarakat yang tidak layak untuk bersekolah. Karena, disekolah ini mereka memiliki sistem kasta, bukan sistem yang seperti MMORPG.

Mungkin seperti ini:

1- Idola

2- Murid terkenal (dibawah Idola)

3- Anak pintar berprestasi

4- Anak bengal/nggak ada adab

5- Anak pintar

6-Biasa aja

7- Memang ada ya?

Dan tepat, aku berada di nomor tujuh(7), Memang ada ya?

Kalau diibaratkan, bahwa aku berada di pangkat terendah disekolah ini. Dan hari ini, aku akan benar-benar mengubah cara pandang cecunguk-cecunguk ini yang mungkin hanya tahu bahwa, uang adalah segalanya.

Kita lihat, siapa yang nanti akan berteriak meminta tolong diakhir, aku atau kalian?

*****

"Itu si anak pungut, panggil Mei, pasti dia akan segera kesini" Ucap seorang lacu-- maksudku seorang murid perempuan kepada buda-- maksudnya temannya untuk memanggil si sialan itu.

"Tapi Mei kan sedang bersama lelaki itu, bagaimana?" Tanya orang yang mau disuruh tadi dengan menggaruk kepalanya jelek.

"Ada aku peduli? Cepat suruh dia kesini dasar tolol!" Teriak murid perempuan itu memaki orang suruhannya.

Si suruhan hanya mengganguk mengerti layaknya pelayan yang harganya lebih murah daripada 25kg beras. Itulah maksud dari sistem kasta ini, bahkan guru-guru tidak memberikan perhatian kepada orang-orang di nomer (7). Dan tidak peduli dengan perlakuan mereka yang semena-mena.

*gubrak*

Kalian tahu bukan? Orang dengan kasta tinggi seperti ini pun memiliki kekuatan untuk tidak sopan kepada yang dibawahnya, apalagi aku, tidak ada harapan untuk tidak dihina.

"Hah, kenapa kau duduk di kursi itu? Itu milik sekolah dan bukan milikmu. Pergi sana kepada keluarga yang kau sayangi itu" Ucap Mei penuh dan semuanya bermakna tidak bagus.

Apa balasanku? Aku hanya tersenyum tulus. Tentu saja aku tersenyum. Saat ia melihatku tersenyum seperti itu, mereka malah takut saat melihatku, karena aku hampir TIDAK pernah tersenyum setelah ditinggalkan keluarga asliku sebelum diadopsi.

"Apa arti senyuman itu?! Kalian yang dibelakangku! Dia ingin bertindak mesum kepadaku!" Perintah bodoh itu keluar dari mulutnya yang benar-benar hanya berisi ujaran kebencian, bahkan aku tidak memiliki masalah dengannya sejak dulu.

*buk*

*plak*

*gubrak*

"Baru tahu rasa si mesum ini, selamat, kau naik pangkat dari anak pungut menjadi mesum tak beradap" Ucap Mei.

Yah, memang sangat sakit, mereka memukuliku, benar-benar memukul, aku nyaris tidak bisa bernafas dengan benar. Tapi aku tetap tersenyum kepadanya.

Aku berdiri dari posisiku yang terbaring karena di gang sama tiga orang, dipukuli sampe bonyok, lebam, udah kayak tato saking banyaknya. Aku memasukan alat 'Diplomasi' itu kedalam tasnya secara diam-diam, bodohnya dia karena hampir tidak pernah menutup tasnya dan selalu terbuka lebar.

"Sial, ini benar-benar menyakitkan" Ucapku sambil tersenyum kearah Mei.

"Kau benar-benar tidak jera ya?! Beri dia pelajaran fisik!" Perintahnya lagi, dan ya, itu menyakitkan.

*buk*

*gedebuk*

*gubrak*

Mereka memukuli sampai terjatuh, aku menghilangkan senyum tulusku menjadi senyum senang, benar-benar senang. Tanpa melihat yang lain, aku langsung mengambil tasku dan pergi dari sana, secepatnya.

"Hah, dasar lemah, penakut, pecundang, dan tidak berguna" Ucap Mei kepada kumpulan kroninya dan tertawa, tertawa agar tidak bernasib sama denganku.

*****

Kalian tahu bukan? Jika ada sebuah pesta kembang api, kalian pasti akan mencari sebuah tempat yang cocok untuk menontonnya. Dan sekarang, berdiri didepan gerbang sekolah yang sudah dibuka kembali, aku mengambil tombol pemicu itu...

"Aku hanya tersenyum tulus kepada orang yang sudah wafat, dan kalian termasuk digolongan itu, bersyukurlah kalian masih mendapat senyumanku" Gumamku kepada mereka, pastinya tidak mendengarnya.

Tombol itu sudah siap untuk ditekan, aku menekannya tanpa ragu, dan aku teringat, bahwa ada sekitar berkilo-kilo 'Semtex' di laboratorium tadi. Aku pastinya berada di radius ledakan itu. Lari adalah pilihan terbaik.

"Sialan, aku belum sempat ngegac---"

*duar*

Tidak ada yang selamat dari ledakan itu, selain aku...

Halo dan salam sejahtera wahai penduduk website ini! Terima kasih sudah mau berkunjung ke cerita ini, sangat diapresiasi sekali. Maaf updatenya agak lama soalnya lagi tertunda sesuatu didunia nyata...

Goo Day dan Sampai Jumpa !

Comrade_Kazuyacreators' thoughts