webnovel

t w o

— selalu ingat ini, sejauh apapun aku pergi, sejauh apapun takdir memisahkan kita, aku akan tetap kembali padamu. rumahku, cintaku —

Allardian Ganesha Grey.

— two: pembersihan selesai —

***

"Gak mau mampir dulu, Ver?" tanya Aster.

Setelah berteduh di cafe selama 30 menit, kini mereka berdua berada didepan gerbang rumah nenek Aster.

"Gue cabut aja ya. Mumpung gerimis kecil, keburu gede lagi ini hujannya."

"Oh yaudah hati hati."

"Besok gue jemput, jangan kemana mana oke?" peringat Veronica.

"Iya." jawab Aster dengan nada yang panjang.

Veronica pun pergi melajukan mobilnya. Aster pun bergegas masuk ketika mobil Veronica sudah tidak terlihat kembali.

Hendak membuka gerbang, dari kejauhan Aster melihat mobil yang tampak tak asing tengah melaju kencang hingga membuat genangan di jalanan mengenai Aster.

Lalu seorang perempuan seusia Aster membuka jendela mobil dan berkata, "Ups.. Sorry. Gue gak liat. Tolong buka gerbangnya yang lebar sekalian."

Aster yang mendengar itu pun memicingkan matanya, ia pun bergegas masuk. Alih alih membukakan gerbang agar mobil bisa masuk, Aster malah menguncinya dari dalam.

"Mandiri." ujar Aster dan bergegas masuk ke dalam rumah.

"Yak! Gue bakal aduin nenek!" teriak gadis itu marah.

Aster yang mendengar teriakkan gadis itu hanya menoleh dan mengacungkan jari tengah nya. Gadis itu pun tambah marah dan membunyikan klakson mobilnya.

Rumah besar keluarga Julian. Grace Kelly Julian, merupakan pemilik rumah saat ini. Yaitu nenek dari pihak ayah. Semenjak ibu Aster meninggal, Aster tinggal dirumah itu saat berusia 8 tahun.

Tempat yang lebih cocok disebut penjara dibanding rumah. Terasa begitu dingin, disiplin dan penuh konflik.

Untungnya Aster dekat dengan dua sepupunya itu. Rayhan dan Reyna, mereka dekat bahkan sebelum tinggal dirumah besar milik keluarga Julian.

Selain kedua sepupunya itu, yang tinggal di dalam rumah Julian terdapat paman Aster yang belum menikah, ibu tiri Aster serta saudara tirinya. Ya, gadis dengan pribadi kasar didepan gerbang adalah saudara tiri Aster. Feresya Catherine Julian.

Saat hendak menaiki tangga, Aster melihat sang nenek tengah memandang nya dari atas. Seakan tau apa yang akan dibicarakan, Aster pun bersuara.

"Maaf telah membuat keributan di luar, nenek."

Entah ekspresi seperti apa yang ditunjukkan sang nenek, Aster tak ambil pusing. Karena setelah berkata seperti itu, Aster pun melanjutkan langkahnya dan bergegas menuju kamar.

Setelah sampai kamar, Aster pun membersihkan diri dan membuka laptop nya untuk nge-Skype bersama Veronica. Setelah limat menit, akhirnya mereka pun tersambung. Terlihat Veronica tengah mengeringkan rambutnya.

"Lo diomelin gak, As?" tanya Veronica sambil meng hairdryer.

Aster yang tengah menulis di atas kasurnya menjawab, "Enggak. Tapi, gue ketemu manusia setengah iblis didepan gerbang."

Veronica pun membanting hairdryer nya dan melotot ke arah kamera, "Lo harus cepet cepet mandi kembang tuju rupa! Atau lo bakal mimpi buruk, Aster!"

"Hahaha! Tenang aja gue pake gelang jimat anti iblis."

"Sumpah ya, dari awal gue ketemu dia tuh gue udah benci banget. Bahkan, sebelum kita temenan. Gue harap kita gak satu kampus sama manusia itu!"

"Gue harap."

"Jadi, lo pilih univ mana?"

"Karna nilai ujian kita bagus, gimana kalo kita satu univ di Universitas Sayap Garuda? Gue mau ambil fakultas politik dan hukum."

"Gila?! Yakin lo?!" teriak Veronica sangking kagetnya mendengar pilihan fakultas Aster.

"Iya. Kenapa emang?" tanya Aster dengan polosnya.

"Nanti, gak lucu kalo gue jadi terdakwa ketemu lo yang jadi hakim nya!" jawab Veronica sambil tertawa.

"Dasar sinting!"

mereka berdua pun tertawa bersama.

"Nanti, lo penjarain tuh si cewek sinting! Karena melanggar hak asasi manusia!"

"Lo jadi saksi mata ya?"

"Hahaha! Bisa di atur!"

***

Lantai yang semula berwarna putih kini dipenuhi noda merah darah, di tengah ruangan yang begitu berantakan dan kacau, terdapat dua orang pria yang menjadi penyebab utama tengah berbincang.

"Udah beres semua?"

"Udah. Abis ini kita kemana?"

"Ketempat peniliti gila."

"Apa kita akan membunuh nya?"

Pria itu menggelengkan kepalanya, "Sudah lama kita tidak menyiksanya bukan? Anggap saja kenang kenangan sebelum ia mati dengan sendirinya." jawabnya sambil tersenyum.

"Lalu bagaimana dengan, Emma?"

"Dia sedang berlibur dirumah paman Seto."

Ia pun menganggukkan kepalanya, "Terus, ini gimana?"

"Bawa mayat itu ke kamarnya masing masing, lalu kita adakan upacara pembakaran."

Terdapat sekitar delapan mayat di ruangan tersebut, yang mati dengan mengenaskan.

"Gua yang ngangkat mereka semua ke atas? Sendirian?"

Pria itu hanya tersenyum, "Siapa suruh rumahnya di berantakin?"

Ia pun terdiam, "Tega lu sama gua, Lard?" meski kesal ia pun pasrah mengikuti perintah, meskipun sedikit ngedumel. Meskipun itu juga sebagian salahnya karna terlalu brutal membunuh manusia manusia itu.

"Jangan sampai ada kesalahan, Sa. Atau besok lu ada di balik jeruji."

"Iya."

Setengah jam pun berlalu, mereka berhasil menyembunyikan jejak dan bukti dengan rapih. Setelah semua selesai, pada hitungan ketiga rumah itu meledak dan menyebabkan kebakaran yang begitu besar.

Dari kejauhan mereka tampak menikmati ledakan rumah yang baru saja terjadi, seperti ada rasa puas di dalam diri mereka. Perburuan terakhir mereka telah selesai.

"Allard, setelah ini kita kemana?"

"Pulang."

"Ke pelukan tuhan?"

"Ananda Hersa, lu mau gua bakar hidup hidup sekarang?"

Pria bernama Ananda Hersa itu terkekeh, "Ampun lord Allardian Ganesha Grey. Hamba hanya bercanda." ujarnya.

"Ada informasi terbaru apa kali ini?"

Ananda Hersa, merupakan teman sekaligus kaki tangan Allard. Usia mereka berdua sama yaitu, 22 tahun. Mereka bertemu saat Hersa sedang di jadikan objek penelitian ayah Allard.

Franz Grey seorang peniliti gila yang mengenakan topeng dengan baik. Saat itu mereka berdua berusia 10 tahun.

Setelah menginjak usia 18 tahun, Allard pun memberontak dan mengurung sang ayah. Franz Grey, menjadi objek penelitian asal Allard yang dendam.

"Disekitar Asteria Amaryllis Julian, terdapat banyak hama. Kini, ia sudah selesai ujian kelulusan. Sabtu besok, Asteria bersama temannya Veronica akan pergi berlibur." jawab Hersa mode bawahan.

"Hama ya... Pasti sebagian hama itu, keluarga Julian itu sendiri. Lalu bagaimana dengan ayah mertua?"

"Emang anda sudah dapat restu memanggil tuan Julian ayah mertua?"

Allard yang kesal mendengar pertanyaan itu pun membogem Hersa.

"Ugh..." rintih Hersa kesakitan.

"Lanjutkan."

"Informasi tuan Julian sulit di tembus. Tapi yang pasti, beliau sedang bergerak. Musuh disekitarnya sangat banyak. Apakah setelah sampai disana kita akan berburu lagi?"

"Mungkin. Setelah semua selesai, kirim proposal kerja sama ke kantor Julian. Karna sekarang pemilik Grey Group adalah Allardian Ganesha Grey."

"Jadi sekarang, ngomongnya pake formal atau informal nih?"

"Rasanya gua pengen bunuh lu. Lakuin itu sesuai tempat."

"Soalnya dari tadi, bahasanya dicampur campur. Informal terus formal, kan bingung jadinya."

"Ananda Hersa." peringat Allard.

"Mari kita lanjutkan ke jadwal terakhir, Tuan."

Kedua pria itu pun meninggalkan tempat dan menuju lokasi selanjutnya, yaitu tempat Franz Grey berada.

Tempat yang dituju mereka memakan waktu sekitar setengah jam. Namun, dengan kecepatan Hersa berkendara mereka tiba sekitar sepuluh menit lebih cepat.

Ruangan kecil yang terletak dibawah tanah, terdapat seorang pria paruh baya yakni Franz Grey ayah Allardian, sedang di pasung. Tubuh yang kurus dengan kulit yang sudah mengeriput.

"Bagaimana rasanya jadi objek penelitian, ayah? Saya akan menyuntikkan obat terakhir ke tubuh ayah. Yang ini sedikit sakit, tidak masalah kan?"

Franz tidak menjawab. Dia hanya mengangkat kepalanya lalu menunduk kembali.

"Jawab ayah. Yang aku cabut kan telinga ayah bukan lidah ayah."

"Oh, astaga! Boleh saya berkata kasar? atau boleh saya berkata sebagai teman anda, tuan Allard?"

"Silahkan."

"Are you stupid he is deaf! How can he understand what you are asking?!"

Allard hanya terkekeh, "Mari kita akhiri disini. Saya harap kita tidak akan pernah bertemu di kehidupan selanjutnya, apa lagi menjadi keluarga."

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

rhyuhereecreators' thoughts