webnovel

My Best Stupid Teacher

seorang Mantan Pemimpin gangster mewujutkan cita cita masa kecilnya menjadi seorang guru. ------------------------------------------ Dia ingin mengubah sekolah menjadi tempat terbaik didunia,namun perjalanannya ini tidaklah gampang,karena ada 1 kelas yang telah berhasil membuat setiap guru baru menyerah dan mengundurkan diri meladeni mereka,akankah guru kita ini menyerah juga? atau malah berhasil? ------------------------------------------ Dihiasi oleh kisah konyol,seru,romantis,sedih dan banyak lagi tentang hubungan disekitar sekolah, antara guru dengan murit,murit dengan murit lainnya,maupun hubungan dengan keluarga yang sangat rumit,namun entah bagaimana si preman yang entah datang dari mana ini dapat menyelesaikannya dengan gampangnya. #Follow dan vote ya,yang terpenting harus comen kasih saran atau kesan! karna apa? karna kita teman. "love your life,couse somebody love you"

Maruli_Simanjuntak · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
8 Chs

Kotak Musik

***

Sementara itu Ibu Kepala sedang berbicara dengan Pak Ruli, beliau menyarankan agar gudang kosong di lantai atas dijadikan sebagai ruangan seni oleh Pak Ruli, namun harus dengan kerja keras agar ruangan itu bisa digunakan kembali karena telah lama tidak di bersihkan dan cat di dindingnya juga telah terkelupas. Tapi Pak Ruli dengan senang hati menerimanya, dia berjanji akan menjadikan tempat itu menjadi salah satu tempat faforite para siswa.

Pak Ruli pun pergi untuk melihat ruangan tersebut, di perjalanan dia melihat Ibu Tesya dan Pak Burhan yang sedang berbincang-bincang. Karena penasaran, dia pun mengendap-endap berjalan mendekati mereka sambil menutupi wajahnya dengan pot bunga sekolah, tapi jelas saja Pak Burhan menyadarinya dan mengajak Ibu Tesya agar pindah, dengan cepat Pak Ruli memotong pembicaraan.

"Aduh gudang sekolah mana ya? eh ada Ibu Tesya sama Pak?....," ujarnya mencoba mengetahui nama guru itu.

"Nama saya Burhan, guru fisika dan kimia," jawap Pak Burhan ketus.

"Oh Pak Burhan, perkenalkan nama saya Ruli, panggil saja bro, dan maaf soal kemarin saya hanya terbawa emosi," ujar Pak Ruli sambil mengulurkan tangannya untuk berjabatan.

Namun Pak Burhan mengalihkan pembicaraan bahwa dia sedang ada jadwal mengajar sekarang dan harus segera pergi, diapun permisi kepada Ibu Tesya untuk pergi dulu dan sama sekali tidak menjawab Pak Ruli.

"Dasar burung!" geram Pak Ruli sambil mengepalkan tangannya, karena merasa sedang di acuhkan.

Sebenarnya dia ingin mengejar dan memukul pria itu tapi karna di sana ada Ibu Tesya dia tidak jadi melakukannya, dia pikir lebih baik menghabiskan waktu bersama wanita cantik dari pada memukuli wajah pria jelek.

"Bapak sedang mencari apa tadi?" ujar Ibu Tesya mencairkan suasana yang sempat kaku.

"Itu bu, bekas gudang sekolah, kata Ibu Kepala ada di lantai atas tapi saya tidak tau dimana," balas Pak Ruli.

"Hmmm setau saya ada di sana," Ibu Tesya menunjuk ke ruangan di bangunan lain di samping bangunan tempat mereka berdiri.

"Mau saya antarkan pak? sekalian lihat-lihat sekitar sekolah, soalnya saya sedang tidak ada mata pelajaran yang masuk," lanjut nya.

"Boleh," balas Pak Ruli sambil tersenyum.

Dengan diam-diam beberapa siswa membuntuti mereka sambil berbisik-bisik.

Sesampainya di gudang itu, Pak Ruli membuka kuncinya dan pintu pun terbuka, ruangan itu sangat kotor dan banyak debu dengan sarang laba-laba dimana-mana, dia pun mengankat beberapa kardus yang tertumpuk di depannya keluar agar jalan masuk tidak tertutupi, lalu dia masuk kembali untuk mengambil kardus lainnya dari dalam.

Sementara itu Ibu tesya yang berdiri di samping pintu berusaha meraih tombol lampu agar ruangan bisa terlihat jelas, namun tiba-tiba ada seseorang yang mendorong nya dari belakang, diapun tersungkur dan terjatuh di atas Pak Ruli, dan tiba-tiba ada kilatan cahaya beberapa kali sebelum pintu itu tertutup dan mereka terkunci didalamnya.

Mereka pun terkaget, siapa yang telah berbuat seperti itu pada mereka.

"A ada apa ini pak? kenapa kita terkunci disini?" tanya Ibu Tesya dengan nada takut sambil mencoba membuka pintu.

Pak Ruli yang juga kebingunganpun mencoba menenangkan Ibu Tesya, dia menyarankan agar mereka mencoba menelepon orang dari luar, tapi ternyata sama sekali tidak ada sinyal pada ponsel mereka, merekapun mencoba berteriak dengan harapan ada seseorang yang mendengar mereka dari luar, namun sama saja tidak ada yang menyaut, merasa semakin ketakutan Ibu Tesya pun menangis, Pak Ruli yang tidak tega melihatnya mulai mendobrak dan mencari segala cara agar pintu terbuka tapi sama sekali tidak membuahkan hasil.

Mereka pun terduduk lemas karena udara dan suhu di dalam sana sangat panas dan sesak, Pak Ruli yang tidak tega melihat Ibu Tesya mencoba menghiburnya.

Dia membuka kotak musik kecil kesayangannya yang selalu dia bawa, kotak musik itu adalah hadiah ulang tahunnya yang ke 7 yang dia dapatkan dari ibunya. Dia mulai memutar poros kotak musiknya dan lagu Put Your Head On My Shoulder oleh Paul Anka pun terdengar dan Pak Ruli mulai bercerita pelan.

"Dulu saat saya kecil, ketika ulang tahun saya yang ke 7 saya dapat hadiah ini dari seorang wanita yang sangat saya sayangi. Saya masih ingat dulu, saya pernah percaya bahwa perempuan itu bisa melahirkan bayi kalau dia perpegangan tangan dan berciuman dengan seorang pria yang mencintainya. Adik saya pun lahir, tapi saya bingung kenapa Ibu bisa melahirkan kalau Ayah saja jarang pulang dan tidak pernah mencium dan memegang tangan Ibu, saya pun mulai berpikir kalau sayalah yang telah membuat ibu melahirkan adik saya, dan saya pikir sebenarnya adik saya itu adalah anak saya karena setau saya hanya saya yang pernah mencium dan memegang tangan Ibu saya, dan saya memang seorang pria yang sangat mencintainya! Saya masih sangat ingat waktu itu, ketika Ibu menggendong adik saya dan saya tiba-tiba menangis sambil berkata bahwa sebenarnya adik saya itu sebenarnya anak saya, Ibu pun tampak sangat kebungungan saat itu hahaha, namun setelah mendengar penjelasan saya Ibu langsung tertawa lepas dan menciumi saya, Ibu pun menjelaskan kalau apa yang saya pikirkan itu salah, bayi bisa ada di dalam perut wanita karena seekor burung bangaulah yang mengantarkan bayi-bayi itu saat para wanita tertidur dan suami wanita itulah yang berdoa agar bayi itu tertidur pulas dan masuk ke perut istrinya. Mendengar cerita Ibu, saya pun merasa senang dan bahagia ternyata adik saya memang benar-benar adik saya hahaha, dan ibu memberi saya hadiah ini, saya sangat rindu saat itu," terang Pak Ruli untuk menenangkan Ibu Tesya.

Ibu Tesya yang mendengarkannya malah menangis karena merasa terharu dan rindu orang tuanya juga.

Pak Ruli yang kebingungan kenapa Ibu Tesya malah semakin menangis pun berhenti memutar kotak musiknya dan berusaha menghapus air mata Ibu Tesya dengan tangannya, dengan tidak sengaja dia menyentuh jepit rambut yang terbuat dari besi di balik rambut Ibu Tesya.

"Maaf bu bisa pinjam dua biji jepit rambutnya sebentar?" tanyanya.

"Jepit rambut yang ini maksud bapak?" jawab Ibu Tesya sembari menarik jepit rambutnya dengan suara yang masih sedih.

"Ia bu itu," balas Pak Ruli sembari menerima jepit rambut itu.

Dia pun meluruskan jepit rambut itu dan membengkokkan ujung salah satu nya dengan sudut 90 derajat dan yang satu nya lagi hanya membengkokkannya sedikit, dia pun mencongkel-congkel lubang kunci dan memasukkan kunci motornya lalu diputar,akhirnya pintu pun terbuka.

"Syukurlah kita bisa keluar pak," ujar Ibu Tesya merasa senang.

"Tapi kenapa kita bisa terkunci ya pak?" lanjutnya bertanya.

"Kita tidak terkunci dengan kebetulan, tapi ada seseorang yang dengan sengaja mengunci kita didalam, karena kunci yang saya gunakan untuk membuka dari luar tadi sudah tidak ada lagi, dia ceroboh tapi itu malah menguntungkan kita karena membobol pintu yang tertancap kunci akan lebih susah," jelas Pak Ruli sambil mengintip lubang kunci pada pintu.

Bell pulang sekolah pun berbunyi, dan Pak Ruli menyarankan agar mereka pulang saja karena Ibu Tesya sudah nampak lelah, Ibu Tesya pun mengiakan dan berterimakasih.

***

Di tempat parkir saat Pak Ruli menyalakan motornya untuk pulang, datanglah Angel meminta agar dia diantarkan kesuatu tempat di mana di sana Orang Tuanya sedang menunggunya dan dia sangat terburu-buru.

"Bapak ganteng, bolehkan saya minta tolong antarkan saya ke orang tua saya?please!...." bujuk Angel sambil memegang tangan Pak Ruli.

"Ia boleh saja, tapi saya hanya bawa satu helm, apa tidak apa-apa?" tanya Pak Ruli.

"Ia Pak tidak apa-apa kok, jaraknya juga deket kok pak...," jawab Angel dengan merayu.

"Oke deh bapak antar, kasihan orang tuamu kalau lama menunggu, sekalian saya mau kenalan," ujar Pak Ruli sambil membersihkan tempat duduk di belakangnya.

"Makasih...." potong Angel dengan cepat menaiki motor, dan memeluk Pak Ruli dari belakang.

"Ehh dek jangan begitu, tidak sopan, nanti orang kira kita ada apa-apa," tegur Pak Ruli sambil mencoba melepaskan tangan Angel yang memeluknya.

"Eh ia maaf pak, saya ngak sadar soalnya biasanya saya langsung peluk Lucy kalau naik motor hehe, maaf...." jawab Angel sambil tersenyum manis.

Pak Ruli hanya bisa menelan ludahnya karena jantungan.

"ok... berangkat!..."

Dalam perjalanan Pak Ruli bertanya arah tujuan mereka, dan Angel pun menjawabnya seperti asal jawab, dan tiba-tiba dia memeluk Pak guru lagi.

"Pak guru, apa bapak sudah punya pacar?" bisik Angel pelan.

"Ti tidak," jawab Pak Ruli sembari berusaha melepaskan pelukan Angel, namun Angel malah semakin kencang memeluk.

"Kalau begitu mau ngak jadi pacar aku pak?" lanjutnya merayu.

Pak Ruli yang terkaget-kagetpun menghentikan motornya tiba-tiba.

"Ada apa pak? kok tiba-tiba berhenti," tanya Angel.

"Sebaiknya kita duduk dulu di sana sebentar, biar bapak luruskan pikiranmu," terang Pak Guru sembari menunjuk ke kursi di kedai dekat trotoar.

Mereka berdua pun duduk di sana.

"Nama kamu siapa?" Tanya Pak Ruli

"Angel pak," balas Angel sambil tersenyum.

"Berhentilah tersenyum palsu begitu, saya tau kamu sedang ada masalah," tutur Pak Ruli.

"Tidak ada kok..." balas Angel tersenyum kembali mencoba meyakinkan Pak Gurunya.

Pak Rulipun mendekatkan wajahnya dan menatap tajam mata Angel," Jujur saja kepada saya, mata itu sama seperti mata saya dulu, mata yang penuh kesedihan dan kesepian," pinta Pak Ruli halus.

Angel yang merasa tiba-tiba malu pun membuang wajahnya yang telah memerah, dia pun memberanikan bercerita tentang dirinya.

"Sebenarnya saya selalu di tinggal kerja oleh Orang Tua saya, mereka hanya mementingkan uang dan uang tanpa pernah peduli pada saya, saya selalu kesepian dan merindukan mereka yang dulu dimana kami masih tinggal di kampung ketika kami masih kesusahan, tapi kami selalu bersama-sama karena itu lah saya sering berbuat kenakalan agar mereka melirik saya sekali saja, namun ternyata mereka tidak perduli sama sekali, mereka hanya memberikan uang sebanyak-banyak nya kepada sekolah agar saya tetap bisa bersekolah di sana," terang Angle mulai terbuka akan masalahnya.

"Terkadang orang dewasa memang menyebalkan ya, berpikir kalau uang bisa membeli segalanya tanpa memikirkan perasaan orang yang mencintai mereka, mereka bahkan bisa menjual apa yang berharga dalam hidup asalkan demi uang. Jangan bersedih begitu Angel, suatu saat akan tiba waktu dimana mereka tersadar bahwa untuk dirimulah mereka selama ini bekerja dan berjuang, dan tidak ada hal yang lebih berharga di banding dirimu," Ujar Pak Ruli sambil meletakkan tangannya di atas kepala Angel.

Merekapun melanjutkan perjalanannya sampai ke arah kota, di sana Angel meminta agar di turunkan dan akan menunggu orang tuanya di sana, Pak Rulipun mengiakan dan menurunkannya di depan taman kota lalu pergi berbelok untuk pulang.

Saat melihat ke belakang memastikan keadaan Angel, dia melihat Angel telah masuk kedalam mobil jip berwarna champagne, diapun berpikir kalau itu mobil orang tua Angel yang menjemputnya.

Merasa tugasnya telah selesai, diapun melanjutkan perjalanannya pulang.

***