webnovel

My Beautiful Pregnant Maid

Menjadi wanita terhormat dan terpandang ternyata tidak menjamin kebahagiaan seorang wanita. Hal itulah yang dirasakan oleh Phoebe Rae, menikah dengan pria kaya raya membuat statusnya sebagai gadis biasa berubah drastis. Terdengar bagus bukan? Namun tidak bagi Phoebe Rae, pernikahan itu adalah awal mula mimpi buruk dalam hidupnya. Di saat dia sedang mengandung anak pertamanya, suaminya berselingkuh. Meminta pisah? Tentu saja, namun tidak semudah itu. John Ricardo selaku suami Phoebe Rae tak ingin mencerikannya, dan pria itu juga tidak ingin meninggalkan selingkuhannya. Alangkah egois bukan? Semua hal itu membuat hatinya sangat hancur, tidak tahan dengan perlakuan suaminya, dia nekat meninggalkan rumah, kabur menuju ke kota lain bersama dengan adiknya yang juga merupakan satu-satunya keluarganya yang tersisa. Rela melakukan pekerjaan apapun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Phoeboe Rae menjadi seorang pembantu rumah tangga di rumah seorang dokter muda. Masalahnya tidak berhenti sampai di situ. Sebab, ternyata sang majikan adalah kekasih dari selingkuhan suaminya. Menjadi pembantu rumah tangga dalam kondisi sedang mengandung membuatnya tidak bisa menyembunyikan kehamilannya dari sang majikan. Apa yang akan terjadi sslanjutnya? Apakah John akan mencari keberadaan Phoebe? Bagaimana hubungan sang dokter dengan Phoebe setelah mengetahui kehamilannya? Jawabannya hanya ada dalam cerita ini. story by me art by pinterest

Nonik_Farellidzy · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
278 Chs

Tangis emosional

Terdiam sambil menangis di dalam sebuah taxi yang sedang melaju, menatap ke arah jalanan yang tidak terlalu ramai, itulah yang terjadi pada Phoebe. Dia masih terbayang-bayang oleh pemandangan yang barusan dia lihat di kantor, seolah bayangan itu tidak ingin enyah dari otaknya. 

"Ya Tuhan ..," lirih Phoebe kemudian memegang dadanya yang seolah terasa sesak karena hatinya begitu sakit. Dia menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskan dengan perlahan. 'Ternyata di balik sikapnya yang begitu manis, penuh janji, memperlakukan aku seperti queen, tidak menjamin kesetiaannya. Apa yang kulihat hati ini benar-benar membuatku jijik ... Aku sungguh tidak ingin melihatnya lagi ... Aku benci dia ... Aku benci mereka!' batinnya dalam tangis. 

"Nyonya, kita akan pergi ke mana? Sudah dua jam anda seperti ini, meminta saya untuk berkendara tanpa tujuan ..." Sang supir pun bertanya-tanya. 

Phoebe segera mengusap air matanya. "Antar ke alamat saya," ucapnya.

"Baiklah," sahut sang supir kembali fokus mengemudi.

Drett ... drettt ... 

Phoebe mendengar ponselnya berdering, namun tidak ingin memeriksanya samasekali karena dia tau mungkin saja itu John yang sejak tadi menghubunginya. Wanita itu merasa sangat malas mendengar penjelasan suaminya, karena baginya tidak ada yang perlu dijelaskan. Apa yang barusan dia lihat seperti sudah membuktikan bahwa suaminya bukanlah pria yang baik untuknya, bukan sosok yang setia, dan mungkin saja akan terjadi lagi dan lagi perselingkuhan semacam ini. 

___ 

Di dalam mobil, John sedang mengemudi dengan gelisah mencari keberadaan Phoebe. Dia bahkan sudah sempat pulang ke rumah, namun ternyata istrinya itu tidak pulang ke rumah, sehingga dia memutuskan untuk mencari dengan berkeliling di sekitar kawasan Ohio. 

"Sialan! Kenapa semua ketahuan begitu cepat!" geram John sambil memukul setir. "aku harus bagaimana sekarang? Aku tidak ingin Rachel menjauhi aku, aku juga tidak ingin Phoebe pergi dariku, apalagi dia sedang mengandung anakku!" 

Drett ... drett ... 

John segera menepikan mobilnya, kemudian menjawab panggilan yang ternyata dari Rachel. 

"Hallo, Rachel. Kamis udah sampai di New York?" 

"Iya ... Aku sudah sampai. Aku hanya ingin mengatakan bahwa kamu harus fokus memperbaiki hubungan mu dengan istrimu. Aku tidak ingin hubungan kita menghancurkan hubungan kalian saat ini juga ... Ini terlalu cepat, aku bahkan belum siap jika aku harus berpisah dari Travis. Jadi, kuharap kamu bisa menahan istrimu karena hubungan kita masih sekedar untuk bersenang-senang saja."

"Iya, Rachel, terimakasih sudah memahami aku," ucap John dengan gusar, merasa senang karena Rachel masih mau bersamanya meskipun sementara waktu harus saling menjauh. "Aku benar-benar tidak tau harus bagaimana. Aku cinta kamu ... Aku tidak ingin kamu pergi dariku, tapi aku juga tidak bisa meninggalkan istriku begitu saja karena ternyata ..," 

"Ternyata apa?" 

"Ternyata dia hamil. Dia datang ke kantor secara tiba-tiba untuk memberikan kejutan padaku ... Tapi akhirnya kita yang membuatnya terkejut dengan perselingkuhan kita," ucap John dengan gusar, tidak bisa berhenti memikirkan Phoebe.

"Ya Tuhan ..."

"Sekarang aku tidak tau dia ada di mana ... Aku mencarinya sejak tadi tapi aku tidak menemukannya," ucap John sambil melirik ke sekeliling, berharap menemukan Phoebe. 

"John ... Hubungan kita memang salah ... Tapi ... Tapi aku benar-benar tidak bisa jauh darimu. Aku menangis sekarang, aku di toilet bandara. Aku benar-benar sedih dengan situasi ini ..."

John menghela napas dengan gusar, merasa makin pusing hingga memijat keningnya. "Rachel ... Jangan sedih. Meskipun Phoebe punya anak dariku, itu tidak akan membuat aku berhenti mencintai kamu."

"Aku juga tidak bisa memaksa mu untuk meninggalkan dia karena aku juga belum bisa meninggalkan Travis, tapi aku sangat menginginkan kamu," ucap Rachel terdengar sendu. 

"Kita harus bersabar untuk saat ini. Aku akan lanjut mencari istriku sekarang. Aku benar-benar mengkhawatirkannya dan aku juga yakin jika orang tuaku tahu tentang masalah ini dan tahu dia sedang hamil, orang tuaku pasti akan sangat marah padaku. Semoga saja dia tidak mengadukan kejadian ini pada orang tuaku," ucap John dengan gusar.

"Baiklah kalau begitu ... Aku matikan dulu teleponnya," sahut Rachel terdengar sendu. 

"Rachel, Tunggu," seru John.

"Apa lagi?" 

"Jangan menangis ... Aku janji kita akan bisa bersenang-senang lagi. Ini bukan akhir dari segalanya," ucap John meyakinkan. 

"Kuharap ini bukan sekedar janji," sahut Rachel kemudian sambungan telepon terputus. 

John menghela napas, terdiam dengan tatapan lurus ke depan. Pria itu benar-benar bingung, berpikir harus mencari istrinya ke mana lagi. Dia sudah mencoba menelepon beberapa kali namun tidak mendapat jawaban, membuatnya benar-benar tidak tau harus bagaimana.

"Sebaiknya aku pulang. Mungkin saja dia sudah pulang sekarang," ucapnya kemudian mau belikan mobilnya kembali ke arah pulang ke rumah. 

___ 

Phoebe baru saja tiba di rumah. Dia langsung menuju kamar dengan langkah lambat, merasa lelah, lemas dan kehilangan semangat. Wanita itu juga merasa pusing, bahkan perutnya mulai tak bersahabat dengan situasi karena merasa mual, membuatnya segera ke kamar mandi saat tiba di kamar. 

"Ya Tuhan ... Aku harus bagaimana sekarang? Aku tidak bisa terus menerus begini ... Aku tidak ingin berbagi cinta." Phoebe berkata dengan lemas setelah muntah di kamar mandi. Dia menyandarkan tubuhnya pada dinding, lalu memejamkan matanya untuk sejenak seolah mencoba untuk menetralkan dirinya. 

Phoebe terdiam dan kembali teringat saat John begitu panas menggagahi Rachel yang mendesah begitu kenikmatan, membuatnya merasa jijik dan penasaran sejak kapan suaminya memulai perselingkuhan itu. 

"Dia menyentuh wanita lain ... Dia gunakan tangannya untuk meraba tubuh wanita lain, lalu setelah itu dia bersamaku lagi ... Ini benar-benar menjijikkan ... Aku tidak sudi disentuh dia lagi, aku tidak sudi!" Phoebe berteriak, lalu membuka pintu kamar mandi dan membuang tas nya ke ruang walk in closet. Setelah itu, dia kembali mengunci kamar mandi dan mulai melucuti pakaiannya hingga hanya menyisakan bra dan underwear berwarna hitam, lalu menyalakan shower. 

Phoebe duduk meringkuk, membiarkan tubuhnya terguyur dinginnya air sedikit membuatnya segar. Dia menangis, meremas rambutnya dengan frustasi, membayangkan bagaimana suaminya selalu bersikap manis padanya namun ternyata masih mau bercinta dengan wanita lain.

"Aku benci kamu, aku benci kamu ..!" ucap Phoebe dalam tangis begitu emosi, bahkan mulai menggosok tubuhnya dengan sangat kasar sambil berkata, "aku tidak sudi di sentuh kamu lagi, aku tidak mau ... Aku tidak mau mendapat sentuhan dari tangan kotormu. Aku benci kamu, John. Aku benci!"

Pusing, dingin, sakit hati, terus-menerus terbayang dengan apa yang dia lihat di kantor tadi, Phoebe semakin tidak bisa mengendalikan dirinya. Napasnya memburu, dia bersandar pada dinding dengan lemas menekuk lututnya. Wanita itu terlihat begitu menyedihkan, terdiam dengan tatapan kosong dan basah kuyup dengan rambut yang begitu berantakan, meratapi nasibnya yang begitu buruk. Tidak memiliki orang tua, tidak memiliki harta, membuatnya merasa seperti manusia tidak berguna, seperti manusia bodoh yang akhirnya hanya dikhianati.