webnovel

Into the Illusion

Rey sepertinya tidak ingin kalah. Ia pun mencari-cari kesalahan Hana, sekecil apa pun itu. "Sepertinya kau lebih gila. Kau mengambil sandalmu, tapi kau hanya memegangnya di tangan. Apa kau berjalan dengan satu tangan dan satu kaki? Kau bahkan lebih gila dariku," pungkas Rey dengan senyuman liciknya dengan puas.

Perkataan Rey membuat Hana tersadar akan apa yang tengah ia lakukan. Mata Hana melirik ke arah lengannya yang masih memegang sandal yang ia ambil dari Rey.

Lalu ia menundukan kepalanya dan melihat sebelah kedua kakinya yang hanya mengenakan sebelah sandal, dan satu kakinya lagi tak bersandal. Nyeker, seperti ayam kesasar.

Roman wajah Hana berbuah menjadi kemerah-merahan. Hana yang merasa dikalahkan dan tidak ingin menanggung rasa malu pun mendapatkan ide cemerlangnya. Apa pun itu, asalkan ia tidak kalah dari Rey.

"Ah, ini. Aku sengaja tidak memakainya," cetus Hana.

"...?" Rey tidak menjawab dan merasa bahwa perkataan Hana terdengar sangat absurd.

"Aku akan memberikannya kepadamu," ucap Hana.

"Apa? Aku tidak butuh sandal kotormu itu!" ucap Rey dengan nada menyentak.

Hana tidak menjawab perkataan dari Rey dan begitu saja melemparkan sandalnya ke arah Rey.

Tuing . . . sandal melayang dengan senyuman dan lambaian tangan dan wajah gembira. Mengedipkan mata, lalu menabrak kening Rey dengan keras.

Sandal milik Hana menatap yang menghampirinya dengan bahagia, seperti memiliki wajah dan emosi. Sedangkan Rey menatapnya dengan wajah antusias dan mata yang juling. Adegan itu seperti sengaja dislowmo, atau diperlambatkan.

Sandal Hana yang menabrak kening Rey dengan keras pun membuat bola mata Rey juling berputar-putar ke atas dan tubuhnya terjatuh ke arah belakang tanpa sadar.

"Oops... sorry!" Hana hanya mengucapkan satu kalimat saja kepada Rey, seperti tak punya kesalahan dan dosa.

Lalu ia pun kembali berbalik. Kemudian ia melepas sandal miliknya yang masih terpasang di sebelah kakinya. Hana sengaja meninggalkan sandalnya di halaman rumah Rey dan kali ini Hana benar-benar nyeker, tanpa satu pun sandal di kakinya.

Hana membiarkan Rey sendirian di halaman rumahnya. Rey yang sudah tersadar akan apa yang menimpanya pun hanya memekik kesakitan, lalu ia pun bangkit. Rey menatap punggung Hana yang semakin menjauh dari pandangannya, dengan dipenuhi oleh dendam kesumatnya terhadap Hana.

"Aiisshh... sial! Tunggu saja pembalasanku!!!" teriak Rey dengan lantang.

Rey mulai memproklamirkan dendamnya terhadap Hana yang memperlakukannya dengan cara itu. Cara yang membuat dirinya berkali-kali kehilangan wajahnya.

Rey menghapus rintikan hujan yang menjatuhi wajahnya dengan kesal dan kasar. Hujan sudah lama berhenti, saat ini hanyalah gerimis yang tersisa.

Sebenarnya, Hana sangat khawatir dengan keadaan Rey. Dan Hana pun tidak sengaja melakukan hal itu kepada Rey.

Di dalam lubuk hati Hana sendiri, ia tidak bermaksud untuk melukai kening Rey dengan sandalnya, hingga kening Rey memar dan berwarna merah semu kebiruan.

Namun, Hana sudah tak bisa lagi mencurahkan rasa perhatiannya kepada Rey. Rey sangat membenci Hana. Hana tidak ingin menambah kebencian Rey terhadapnya lagi.

Kali ini Hana sendiri yang ingin belajar membenci Rey, seperti Rey yang selalu membencinya setiap hari. Every day there is only a feeling of hatred.

Hana membuka kunci pagar dan mulai masuk ke dalam halaman rumahnya. Rumah Hana dan rumah Rey berdekatan, hanya jarak halaman rumah mereka saja yang terlalu lebar, sehingga membuat rumah mereka jadi tampak tidak terlalu dekat.

***

Rey memperhatikan memar yang ada di keningnya, lalu Rey menyentuhnya sesekali dan menahan rasa sakitnya. Rey menatap wajahnya dirinya di pantulan cermin dengan kesal.

Tiba-tiba, Rey seperti melihat bayangan Hana di cerminnya. Seketika Rey terlonjak kaget dan melempar cermin yang ada di genggamannya ke atas kasur, tempat ia duduk saat ini.

"Aku akan membuatmu mencintaiku."

Rey terkejut karena merasa bahwa Hana sedang menggentayanginya. Rey berhalusinasi dan merasa bahwa Hana sedang membisikkan sesuatu di telinga kanannya.

Rey langsung bergeser dan melihat ke arah samping kanannya. Tentu saja tidak ada Hana di sana, karena Rey hanya berhalusinasi.

"Kau tidak akan pernah kabur lagi dariku. Rey, kau pasti akan mencintaiku."

Kali ini Rey berhalusinasi sekali lagi. Ia seperti mendengar suara Hana berbisik di telinga kirinya. Sama dengan pertama kali, Rey langsung terlonjak kaget dan bergeser ke samping kanan.

Rey terus terngiang-ngilang suara Hana di mana-mana. Rey melihat ke arah meja belajarnya dan berhalusinasi, melihat Hana tengah duduk di sana dengan tatapan genitnya.

"Apa kau berusaha menghindariku?"

Pikiran Rey terus berhalusinasi dan membayangkan Hana berada di sekitarnya dan terus menggentayanhinya. Tidak mungkin itu hantu, karena Hana sendiri masih hidup dan sehat walafiat.

Kenapa dengan Rey?

Kenapa dia terus-terusan merasa bahwa Hana berada di sekitarnya?

Pikiran Rey sudah kacau balau meracau, sampai-sampai ia terus membayangkan Hana berada di sekitarnya. Mengelilinginya, dan menggodanya, layaknya gadis penggoda dengan sikap genitnya.

Rey terus membayangkan Hana berada di sekitarnya, tiba-tiba Rey melihat sosok halusinasi berwujud Hana sedang berada tepat di depan wajahnya.

Sosok itu mendekatkan wajahnya ke depan wajah Rey dan mulai menjatuhkan tubuhnya ke dada Rey. Rey terhipnotis sejenak, lalu ia dengan cepat menyadarkan dirinya.

Rey menampar pipi bayangan halusinasi Hana. Seketika bayangan halusinasi Hana yang merajai pikirannya itu lenyap. Rey mencoba menyadarkan dirinya kembali, dengan menepuk-nepuk pipinya.

"Hei, Rey! Sadarlah!!! Apa yang kau bayangkan? Dia hanya seorang Hana, berhenti membayangkannya. Hana adalah Hana. Karena itu Hana, aku tidak akan pernah jatuh cinta kepadanya. Tidak sekali pun." Batin Rey meronta-ronta, berusaha menolak kenyataan bahwa ia memikirkan sosok Hana dalam pikirannya, sampai-sampai membayangkannya berada di sekitarnya.

Setelah Rey selesai berbicara, ia pun memejamkan matanya dan berusaha fokus akan dirinya. Lalu Rey berkata dalam hatinya, "Rey, sadarlah! Kau adalah musuh bebuyutan Hana. Kalian ditakdirkan untuk menjadi musuh di dalam kehidupan ini. Rey, Hana hanyalah curut. Curut yang bisa dimakan oleh kucing garong yang garang sepertiku," ucap Rey dalam hatinya.

Rey memfokuskan dirinya dan membuat dirinya serelax mungkin. Posisi Rey ia buat senyaman mungkin. Kedua kakinya menyilang, posisi duduknya bersila. Matanya terpejam dan hatinya ditata dengan naik.

"Baiklah, Rey. Kebencianmu adalah segala-galanya. Hana tidak akan pernah mengalahkanmu," batin Rey.

Kemudian Rey mulai membuka matanya. Rey pun sudah mulai tenang, karena bayangan halusinasi Hana tak muncul lagi.

Rey pun bangkit dari ranjangnya dan berencana mandi. Rey mengambil handuknya, tetapi handuknya meleset dan tiba-tina jatuh.

Ketika Rey menundukkan kepalanya dan berencana mengambil handuknya, tiba-tiba Rey mendengar kembali suara halusinasi Hana.

"Kau mau kuambilkan? Setelah itu, kita bisa mandi bersama."

Rey pun terlonjak kaget dan langsung meluruskan tubuhnya. Rey menolehkan kepala ke sekelilingnya dan melihat banyak bayangan halusinasi Hana di mana-mana.

"Hana gila! Kenapa kau terus mengganggu?!!" ucap Rey dengan kesal.