webnovel

Di Balik Keluarga Jorell

“Apa yang mereka katakan itu benar, Soa. Keluarga Jorell sudah turun temurun bekerja sama dengan roh-roh leluhur mereka.”

“Ya Tuhan,” Soa langsung menutup mulutnya.

“Bantuan para roh dari Grazian-lah yang membuat keluarga Jorell bisa berkuasa dan bertahan dengan kejayaannya. Sebagai timbal balik itu semua, keluarga Jorell harus mempersembahkan jiwa-jiwa manusia yang kelak akan menjadi budak di Grazian. Itulah sebabnya, ada sebuah komunitas tersembunyi yang keluarga Jorell bangun, di dalamnya terdapat orang-orang yang berani menjual jiwa mereka.

“Keluarga Jorell akan memberikan apa yang anggotanya mau, memberi mereka kekayaan, pangkat tinggi, dan bahkan popularitas. Namun mereka juga harus mengorbankan jiwa orang lain lagi sebagai bayarannya. Tidak jarang yang dikorbankan adalah keluarganya sendiri.

“Hingga masa kesuksesan mereka berakhir. Waktu mereka habis, mereka akan menemukan kematian mereka sendiri, di mana jiwa mereka tidak kembali kepada jalan pulang sesungguhnya, tetapi kepada Grazian. Mereka abadi, dan mengabdi pada kekuasaan sang raja.

“Tibalah mereka mendapat gilirannya menjadi setan penggoda, mempengaruhi siapa pun yang kalah pada nasib buruk. Menawarkan mimpi-mimpi indah, menawarkan surga yang diidamkan seperti mereka dulu pernah mendapatkannya. Dan meminta orang tersebut untuk menumbalkan orang lain lagi sebagai bayarannya. Terus saja berputar lagi seperti itu.”

Soa tertegun mendengar cerita Aranda. Ia merasa air liurnya sulit ditelan.

“Tidak ada seorang pun yang dapat terlepas bila sudah mengikat perjanjian dengan mereka. Jorell dan Grazian adalah lingkaran setan sesungguhnya yang menjerumuskan manusia.”

“Itu... terdengar mengerikan, Arandra.”

Arandra tersenyum kecil kepada Soa. “Begitulah kenyataannya.”

Terlintas penasaran lain di hati Soa. “Arandra. Jika kau bilang itu sudah terjadi turun temurun, berarti... apakah dulu aku juga terlibat dalam lingkaran itu? Aku pernah menjadi bagian dari keluarga Jorell.”

Arandra terdiam sesaat seraya memandangi Soa. Ia berharap, hati Soa siap menerima kenyataan yang pernah terjadi.

“Kau benar, Soa. Kau pernah berada dalam lingkaran itu. Bahkan Sancho menikahimu, untuk menjadi korban persembahan pada raja Grazian.”

“Apa! Tidak mungkin, kau pasti salah Arandra. Sancho menikahiku karena hutang ayahku!”

Arandra menggeleng pelan. “Itu hanya jebakan yang dia buat. Memberi ayahmu pinjaman berbunga hingga ia tidak mampu melunasinya. Setelahnya, ayahmu dibuat tunduk untuk menyerahkanmu padanya.”

Tiba-tiba saja terlintas sebuah ingatan di pikiran Soa. Ucapan terdahulu, ucapan yang menyakitkan bagi Sancho, yang ia lontarkan dengan penuh kebencian sebelum peluru senjata pria itu menembus jantungnya.

“Kau sudah mengambil nyawa ayahku, dan sekarang aku tidak peduli kalau kau juga ingin mengambil nyawaku! Dalam sisa nafasku, sampai kau mengorbankan jiwaku untuk menjadi tumbal kekuasaan keluargamu, aku akan menjadi pelindung bagi Arandra dari dirimu! Ini adalah pengakuan, sekaligus penegasanku kepadamu bahwa aku membencimu! Aku membencimu!”

Soa tercengang mengingat hal itu. Kini ia paham, apa maksud dari ucapannya sebagai Molek terdahulu tentang menjadi tumbal kekuasaan.

“Jadi aku salah satu tumbal itu?” lirih Soa kepada Arandra.

“Ya, seharusnya.”

“Seharusnya?”

“Tetapi rencana itu gagal karena Sancho telah membunuhmu lebih dulu. Kau masih bersih, kau belum melakukan ritual pengorbanan jiwa, karena itu rohmu tidak terjebak ke dalam belenggu kerajaan Grazian.”

“Apa itu ritual pengorbanan jiwa?”

“Itu adalah sebuah upacara, di mana seseorang berjanji setia pada Grazian dan disaksikan oleh para petinggi klub keluarga Jorell.”

“Astaga! Ini betul-betul di luar nalarku. Tapi... apa yang sesungguhnya kerajaan itu cari? Kalau keluarga Jorell menginginkan kekayaan, aku paham hal itu, tetapi Grazian? Kalau mereka bisa membantu keluarga Jorell kaya, bukankah berarti mereka jauh lebih kaya?”

Arandra mengangguk pelan. “Kau ada benarnya. Akan tetapi... kekayaan sudah bukan hal utama bagi raja Grazian.”

“Benarkah? Lalu apa yang menjadi nomor satu baginya?”

“Keinginan menjadi Tuhan, Soa. Raja grazian ingin menjadi satu-satunya yang disembah manusia.”

“Di–disembah kau bilang!”

Soa terpaku oleh ucapan terakhir Arandra. Baru kali ini ia mendengar tentang sebuah obsesi untuk menjadi Tuhan. Tak mengerti bagaimana mungkin makhluk itu memiliki keberanian yang melampaui batas hingga menandingi penciptanya.

Mendengar semua cerita Arandra membuat Soa bertanya-tanya, bagaimana Arandra Bisa tahu begitu banyak tentang hal itu?

Muncul satu persatu memori tersimpan di dalam kenangannya. Soa ingat, Arandra pernah bilang ia tinggal di sebuah istana yang tak terlihat oleh manusia biasa. Ditambah lagi, pada masa lampau Arandra juga pernah ada di dalam keluarga Jorell sebagai seorang pengawal. Bahkan di dalam mimpinya, ia mendengar Sancho berkata bahwa Arandra sudah dianggapnya sebagai adik.

“Apa mungkin Arandra juga merupakan jiwa yang berjanji setia pada Grazian?” Soa bertanya-tanya di dalam hati.

Bukan Soa kalau tidak bisa memendam rasa penasaran. Meski agak ragu, tetapi keberaniannya mencari tahu tetaplah lebih besar.

“Kau tahu banyak tentang hal ini, Arandra. Apakah... dulu kau salah satu orang yang ikut dalam klub itu?”

Arandra langsung tersenyum tipis mendengar pertanyaan Soa yang terasa meragu. “Kau memang anak pintar,” ledeknya membuat Soa terheran-heran. “Kau benar, aku memang telah berjanji setia untuk raja Grazian.”

Tiba-tiba perasaan iba menyusup begitu cepat di hati Soa. Ia yakin, Arandra pasti merasa menyesal telah melakukannya.

“Andai aku bisa memutar waktu, Soa. Aku akan memilih berdamai dengan kemiskinan, bekerja sekuat tenagaku, dari pada mengambil jalan instan.”

“Kau pasti sangat tersiksa.”

“Lebih dari yang bisa kau bayangkan.”

“Itu berarti... kau dan Sancho... berada dalam satu tempat tinggal saat ini?”

“Tidak, Soa. Sancho tidak berada di Grazian.”

Soa tergemap mendengarnya. “Apakah jika masih berdarah Jorell maka dia tidak mengabdi di Grazian?”

“Bukan. Bukan seperti itu. Keluarga Jorell pada akhirnya tetap akan mengabdi dan kembali kepada Grazian, meski mereka lebih diperlakukan istimewa di sana. Hanya saja, soal Sancho bukan itu persoalannya.

“Setelah ia membunuhmu, ia menghilang entah ke mana, dan ternyata dia juga belum pernah melakukan ritual pengorbanan jiwa.”

“Hah?! Dia menghilang begitu saja?!”

“Ya, tanpa jejak sama sekali.”

Soa termenung mengarungi setiap kata yang terlontar dari bibir Arandra. Pikirannya lagi-lagi menggali tanya, tentang di mana Sancho Jorell kini terlahir kembali.

“Soa, aku sudah mengatakan banyak hal padamu. Tetapi... masih ada satu hal lagi yang ingin aku ceritakan kepadamu.”

“Apa itu? Katakan saja.”

Arandra terjeda, bersiap diri untuk mengatakan sisa rahasianya kepada Soa. Tekadnya sudah bulat, akan mengatakan apa yang raja Osbert inginkan darinya. Termasuk apa yang ayahnya lakukan untuk memutus kemiskinan di keluarga mereka.

“Hem... ini tentang masa lalumu sebagai Molek.”

“Ya, ada apa memangnya?”

“Hm, raja Grazian sedang–“

Tiba-tiba telepon genggam Soa berbunyi. “AW!” gadis itu merasa pengang seraya menggosok-gosok telinganya. “Astaga! Aku lupa mematikan suaranya.”

Soa lihat nama Gensi tertulis di sana. Ia angkat segera panggilan itu, dan terdengar suara keras Gensi yang penuh amarah memintanya untuk cepat-cepat kembali ke restoran karena terjadi keramaian pengunjung tiba-tiba.

“Baiklah! Aku akan segera kembali!” balas Soa balik keras kepada kakaknya. Arandra yang terduduk di sampingnya jadi merasa kikuk mendapati komunikasi jelek kedua kakak beradik itu.

Dengan cepat Soa memutus teleponnya, lantas mengarah kembali kepada Arandra.

“Maafkan aku, aku harus ke restoran sekarang. Sampai bertemu lagi, Arandra.”

Belum sempat Arandra menjawab, Soa sudah berlari cepat meninggalkannya sendiri. Kini tinggallah Arandra bersama sisa rahasianya, ia harus bersabar menanti Soa kembali, mengungkap apa yang sebenarnya sedang terjadi.