webnovel

Mirror Seizes The Soul

horror, romance and family Vol. 3 (Secrets Of The Mirror Demon World) Membawa kisah 2 iblis yang terjerat ke dalam keterpaksaan untuk menjalin hubungan 1 makhluk serupa, salah satunya menginginkan penerus kekuasaan karena Lucifer memimpin kerajaan iblis. Di karuniai 2 anak iblis yang salah satu dari mereka tumbuh tanpa adanya hal selayaknya iblis, salah satunya itu adalah anak manusia. Vol. 1-2 (Mirror Seizes The Soul) TAMAT Mereka akan menarik mu masuk ke dalam dunia yang tidak pernah kamu kunjungi sebelumnya. Selamat membaca, jangan biarkan cermin di dalam kamar atau di beberapa bagian di dalam rumahmu, menarik mu masuk kedalam kehidupannya.

zakiasyafira · Kinh dị ma quái
Không đủ số lượng người đọc
306 Chs

Menjadi Sasaran Kedua

Alex berjalan menelusuri koridor kampus dengan kedua tangan yang di masukkan ke dalam saku celana. Telinganya tersumpal oleh earphone, dan kini mulutnya mulai menggunamkan lagu yang dia dengarkan dengan suara halus.

Mata kuliah ternyata belum di mulai, tentu saja. Ia datang lebih awal, lebih pagi, dari apa yang tertulis di jadwal.

Tadi, ia meminta izin kepada Nada untuk pulang dari rumah sakit terlebih dulu kerena memiliki perasaan yang kurang nyaman berada di sana. Terlebih lagi setelah insiden yang menimpanya saat berada di toilet, itu sangat membuat perasaannya terguncang cukup hebat.

Niatnya ingin pergi ke kantin, namun langkahnya terhenti saat melihat seseorang yang ia kenali.

Di saat itu juga, jantungnya seolah berhenti berdetak, napasnya benar-benar sangat tercekat. Ia merasa berhalusinasi, namun berkali-kali pula ia mengerjapkan kedua mata, berkali-kali itu juga sosok yang ia lihat tidak menghilang.

Dengan perlahan, Alex mematikan lagu dari ponsel dan menurunkan earphone-nya.

"V-Varo?"

Alex menggelengkan kepala. "Tidak, pasti apa yang aku lihat adalah sebuah kesalahan." ucapnya, dahinya kini juga mulai berkeringat.

Varo, ya, Varo. Mahasiswa yang mati dengan kejadian sangat teramat tragis. Tertabrak sebuah kendaraan truk kontainer yang melaju kencang. Entah bagaimana kejadian awalnya, namun berhasil menewaskan laki-laki itu.

Dan kini… hei, Varo terlihat sehat di hadapan Alex.

"You can see me?" lirih Varo, pandangannya berubah menjadi kelam, terlihat bola matanya menghitam pekat sampai seluruhnya.

Alex menaikkan sebelah alisnya. "Mengapa tidak? Kamu kini benar-benar berada di hadapan ku, bodoh." balasnya, kebingungan.

"Menepi, aku akan menjelaskan semua." ucap Varo. Ia tentu saja tidak dapat memegang lengan Alex untuk menuntun temannya itu karena akan menembus, maka dari itu, ia menuntun Alex dengan cara melangkah terlebih dulu dan membawa laki-laku tersebut ke ujung lorong yang jarang di lalui banyak orang.

"What's wrong with you, Varo?" gumam Alex, namun tak ayal ia tetap melangkah mengikuti temannya itu.

Ada rasa takut, bahkan tangannya terasa gemetar.

Kini merasa sudah berada di tempat tujuan, berhadapan satu sama lain dengan Alex yang menyimpan rasa penasaran sekaligus ketakutan.

"Sial, kamu terlihat sangat menyeramkan." ucap Alex, ia benar-benar mengutarakan apa yang dilihat.

Varo tersenyum miris, namun ini bukanlah hal yang pantas untuk di kasihani seperti dirinya. "How come you can hear and even see me? Since when?"

"Maksudnya? Apa yang kamu maksud sejak kapan?" Oke, Alex bingung. Jadi, yang kini berhadapannya adalah sebuah arwah gentayangan dari temannya?

"Oke, sebaiknya aku jelaskan hal ini. Tapi sepertinya akan lebih baik jika kamu duduk saja." ucap Varo sambil menghembuskan napas, ia tidak menyisahkan harapan untuk kembali di dunia yang serupa dengan Alex, Nada, atau bahkan orang-orang yang sejujurnya masih ia sayangi.

Alex mengikuti apa yang dikatakan oleh Varo, ia meletakkan bokong di atas kursi, duduk manis untuk menyimak apa yang akan dikatakan oleh laki-laki tersebut.

Varo melayang, tentu saja karena sekarang yang tersisa dari dirinya hanyalah arwah. "Semenjak aku dinyatakan wafat, aku keliling mencari seseorang dengan kemampuan khusus yang dapat melihat ku. Tapi entah kenapa, tidak ada yang dapat melihat ku, semua terlihat tidak peduli. Entah karena memang mereka tidak bisa melihat makhluk tak kasat mata seperti ku, atau.. memang mereka yang memiliki kemampuan khusus hanya berpura-pura tidak melihat." Ia mulai menjelaskan.

Alex menganggukkan kepala, mulai mengerti. "Aku seperti orang bodoh yang berbicara dengan hantu, pasti orang normal akan mengatakan jika aku gila." gumamnya, belum menanggapi.

"Kamu harus membantu ku, Alex." lanjut Varo.

"Untuk apa? Orang-orang akan mengatakan aku gila karena membantu sesuatu yang tak terlihat—"

"Nada."

Mendengar nama yang sangat tidak asing lagi di telinga Alex menjadikan dirinya kini memotong perkataan yang ingin di lontarkan untuk Varo, ia membungkam mulut dan kini menaikkan sebelah alisnya. "Apa maksudnya? Nada?" Alex mengulang apa yang dikatakan oleh Varo.

"Yes, I see that you and Nada are very close. Jadi, aku hanya ingin mengatakan pada mu suatu hal yang sangat penting, tolong jaga kekasih ku." Varo berkata, kini wajahnya terlihat damai.

Alex menggelengkan kepala dengan perlahan, merasa tidak bisa mengiyakan apa yang dikatakan oleh Varo. "Tidak, aku tidak bisa." Sejujurnya, ia baru tau jika Nada adalah kekasih dari Varo, temannya.

Selama mereka berteman, Varo memang menjaga dan tidak pernah menunjukkan jika ia dekat dengan seorang perempuan.

"Kamu harus, itu yang akan membuatku tenang dan beristirahat dengan rasa damai. Lakukan demi aku, ku mohon." Varo meraih tangan Alex walaupun tidak bisa menyentuh, ia menaruh segala kepercayaan tentang Alex yang memang bisa menjadi penggantinya untuk menjaga Nada.

Alex mengerjapkan kedua bola mata. "Kenapa aku bisa melihat mu? I-ini, ini pertama kalinya terjadi pada ku, sialan aku tidak ingin melihat makhluk menyeramkan setiap detik." ucapnya yang malah membahas persoalan lain.

"Kemungkinan kamu juga sudah menjadi penanda. Seharusnya 'mereka' tidak mengambil korban lebih dari satu orang dalam setahun, kamu dan Nada dalam bahaya, be careful in every step you take."

"What? Hey, I didn't do anything. Why am I also a victim? How do you know all this? Why don't you stop them?" Alex kalang kabut, tentu saja. Ia panik, bulir keringat terlihat di dahinya.

Varo tersenyum, sedetik kemudian terdapat cahaya yang sangat cerah mengelilingi tubuhnya. "Selamat tinggal, aku hanya ingin mengatakan itu pada mu. Aku mencintai Nada dan seterusnya, tapi aku juga ingin kebahagiaannya terjamin, dan ku rasa kamah orangnya."

"Tidak tidak tidak, jangan menghilang. VARO!"

Dan dalam sekejap dengan menghilangnya cahaya tersebut, kini arwah Varo sudah tidak tampak, meninggalkan Alex sendirian dengan pertanyaan yang menumpuk di kepalanya.

"Sialan, aku seperti gagak bodoh yang tertipu oleh peternak sayur." ucapnya sambil menendang angin, ia hanya ingin menghilangkan rasa kesal yang kini bersarang di hatinya.

Alex mengatur napas sedemikian rupa supaya emosi tidak terlalu terasa atau menghancurkan waktu yang seharusnya ia pakai untuk menyantai sebelum belajar.

"Jadi, aku ini apa? Semacam indigo, atau apa? Paranormal? Peramal? Orang sakti? Ya, mungkin aku akan menjadi sakit jiwa memikirkan ini."

Alex mengacak-acak rambutnya. Dan ya, ia memutuskan untuk berlari meninggalkan koridor yang sepi ini.

Jauh dalam batas pandang Alex, Varo melihat laki-laki itu dengan senyuman. Ia merasa lega karena bisa berinteraksi dengan orang yang ia kenal. Hatinya sudah tenang, begitupun dengan jiwanya.

"Goodbye, Nada. I love you, I hope you are always happy."

Terpaan angin pun lewat, dan disinilah adalah bagian kisah pengantar alur selanjutnya yang penuh dengan teka-teki.

Alex menjadi target kedua 'mereka', Nada yang sudah pernah memasuki dunia cermin, dan misteri mengenai Bela dan Mike. Semuanya sudah semakin jelas.

"Don't guess, I'm afraid your guess is wrong."

Next chapter