webnovel

Api

Joachim membuang cerutu di tangannya ke dalam asbak di atas meja, "Kakak, apakah kamu sudah tidur?" tanya Isavuel masuk dalam kamar tanpa basa basi kemudian menghempaskan bagian belakang tubuhnya ke sofa.

"Darimana?" , menepuk sisa debu di tangan. Isavuel meminum isi gelas di meja milik Joachim dengan rakus.

"Periksa pasien"

"Siapa?"

"Tunangan mu"

"Ah, masih hidup. Membosankan, bisakah kamu buat dia mati"

"Kak! kamu gila atau apa. Neveah tidak bersalah dalam hal ini tapi kita. Kita, kak!"

"Isavuel..."

"Neveah telah berikan segalanya untuk kita. Kak, kamu jangan kejam seperti ini padanya"

"Isavuel, dia sudah tidak layak"

"Neveah layak menerima banyak hal kak"

Joachim mendengus dingin, beranjak dari duduknya. Isavuel memandang wajah Joachim dengan penuh tanda tanya.

"Kamu menyukai Sebastian hingga memihak Neveah tapi jangan lupa kalau kamu berasal dari keluarga Rouberio"

"Kak!"

"Isavuel, ini sudah menjelang pagi. Aku perlu istirahat, kamu pergi ke kamarmu, besok kita bicarakan lagi"

Isavuel cemberut seraya berdiri, "Aku tidak tahu apa yang membuat kakak berubah pikiran terhadap Neveah tapi kakak harus tahu jika Neveah tidak ada hubungannya dengan kematian kekasih kakak" ujarnya.

Joachim diam membisu, Isavuel pergi tinggalkan kamar Joachim dengan marah.

bum!

Pintu dibanting cukup berikan perasaan nyaman tetapi Isavuel melihat Isabel berdiri di pinggir pembatas tangga.

"Isavuel...."

"Apa mau mu?"

"Bersikap sopan, aku akan menjadi kakak ipar mu di masa depan"

"Mimpi! kamu adik angkat Joachim, selamanya tetap seperti itu. Apa kamu pikir, Joachim akan menerimamu? adik angkat saja sudah bagus"

"Isavuel, jangan kekanak-kanakan"

"Aku tidak kekanak-kanakan, kamu ingin mengambil alih hidup Neveah dan Joachim, aku tidak akan biarkan"

"Apa maksudmu? aku tidak lakukan apapun"

"Jangan kamu pikir aku tidak tahu apa yang terjadi malam ini Isabel. Aku akan membuatmu menyesal sudah berbuat jahat pada Neveah" kata Isavuel pelan kemudian pergi tinggalkan Isabel.

Tangan mengepal marah hingga kuku melukai, Isabel nyaris ingin mencekiknya tapi jarak kamar Joachim dengan Isavuel sangat dekat. Kemungkinan terdengar, dipastikan akan menambah masalahnya.

tap... tap... tap...

Joachim menunggu suara-suara depan kamarnya menghilang, iapun menghampiri jendela yang mengarah ke taman belakang.

"Neveah Hermione, apa yang harus aku lakukan sekarang?"

Suaranya jelas bercampur getir. Joachim mengeluarkan sebuah foto dari dalam dompetnya, terdapat seorang wanita disana yang tersenyum.

tok... tok... tok...

"Masuk!"

Pintu kamar terbuka, Anki masuk membawa sejumlah dokumen. Joachim tidak bergerak dari tempatnya, Anki menyerahkan dengan gugup.

"Nona Neveah mengalami lecet dan memar berdasarkan laporan di lapangan. Kondisinya tidak ada yang serius"

"Besok pagi siapkan mobil. Aku akan mengunjungi tunangan ku yang tercinta"

"Baik tuan"

Anki hendak berjalan pergi, "Pastikan Isavuel tidak mengetahui hal ini" kata Joachim padanya. Anki hanya mengangguk hormat lalu pergi dari kamar Joachim. Bertahun-tahun mengikuti sebagai orang kepercayaannya, Anki sangat paham sifat dan tabiat Joachim.

Tangan besar melepaskan dasi di leher. Joachim menggulung kemeja lengan yang dipakainya, berfikir untuk melewati malam ini dengan bekerja. Tempat tidur miliknya terlalu dingin, ia enggan menyentuhnya.

tok... tok... tok....

Isabel menunggu jawaban dari dalam kamar Joachim tapi tak ada pergerakan. Ekspresi tidak senang di tunjukan tapi sekejap menghilang.

"Joachim, apakah kamu sudah tidur?"

tok... tok... tok....

Isabel berusaha mendengarkan apakah ada suara dari dalam namun, tidak ada. Kesal, kaki Isabel menghentak ke lantai dengan keras pergi tinggalkan depan kamar Joachim.

Kamar Isabel dan Isavuel berada di lantai sama tetapi dibatasi sebuah ruang tamu kecil, Isabel berhenti sejenak. Tatapan matanya tajam melihat kanan dan kiri. Ingatannya terarah bagaimana Isavuel lebih membela Neveah daripada dirinya.

"Wanita jalang, kamu harus mati!" gumam Isabel mencari-cari kain dan korek api di pot tanaman hias palsu dekat kamarnya.

srek....

Isabel menyeringai, api kecil di dekat kamar Isavuel. Tak mau menjadi tersangka, Isabel masuk dalam kamarnya.

Rumah besar terlihat hening, sekecil-kecilnya suara apapun tetap terdengar nyaring menusuk telinga.

Isavuel berbaring di atas tempat tidur dengan mata mengarah ke atas langit-langit. Otak dan bibirnya berkedut seperti dikejar hantu.

"Neveah Hermione, apakah kamu akan memilih jalan sulit ataukah melepaskan jika tahu?" gumamnya. Isavuel bergerak turun, memutuskan untuk memberitahu Neveah sebelum fajar datang.

Namun, asap masuk melalui celah pintu. Isavuel panik. Buru-buru mencari handphone dan handuk untuk menutupi hidungnya.

"Uhuk....sial!"

Gagang pintu di goyang berulangkali tapi tak ada pergerakan. Isavuel berlari ke arah jendela kamarnya berusaha membuka, "Buka...." katanya panik tetapi jendela tidak bergerak sedikitpun.

Asap semakin tebal masuk demikian juga api, "Tolong...." teriak Isavuel dari dalam kamarnya. Isavuel berusaha keras berteriak tetapi ia lupa jika kamarnya ada peredam suara. Ia berlari ke arah kamar mandi dan menutup pintunya dengan harapan ada orang yang mencarinya segera.

Terdengar teriakan-teriakan para pelayan rumah di luar dan juga Joachim. Isabel menatap ngeri pada api yang menjalar dengan kecepatan tinggi. Ini musim kemarau, sekecil apapun api dipastikan bisa berubah fatal.

"Api..."

"Api...."

Joachim menemukan Isabel di luar kamarnya dengan wajah pucat ketakutan, "Kamu tak apa?" tanyanya panik. Isabel menoleh ke arahnya, menghamburkan dirinya dalam kedua tangan Joachim yang terbuka.

"Tidak apa-apa. Tenanglah, ada aku"

Beberapa pelayan membawa air dalam ember mengguyur api namun, api membumbung tinggi sampai langit rumah hingga sulit di jinakkan.

"Aku tidak apa kak, beruntung aku tadi sedang pergi ke dapur untuk minum tapi pas aku balik ke kamar, sudah ada api"

"Dimana Isavuel?"

"Kak Joachim, aku tidak lihat kak Isavuel pergi keluar rumah. Mungkin jalan-jalan di taman atau ada periksa pasien"

"Tuan Joachim, sebaiknya anda dan nona keluar dari rumah, apinya semakin besar"

Joachim ingin bicara lebih tapi dilihatnya Isabel meringkuk dalam pelukannya dengan ketakutan.

"Cari nona Isavuel. Kita keluar dulu Isabel"

Anki dan beberapa pelayan berlarian menyelamatkan diri sekaligus mencari, Joachim berjalan cepat dengan memegang tangan Isabel ke arah luar rumah.

Terdengar suara mobil pemadam kebakaran mendekat. Beberapa pelayan bernafas lega sambil memandangi rumah yang terus terbakar.

"Kak...."

"Tidak apa-apa. Ada aku, kita selamat. Tunggu kakakmu Isavuel di temukan, kita pindah ke villa"

Isabel diam mematung di samping Joachim, "Isabel, kamu nyakin tidak bertemu Isavuel di rumah" kata Joachim lagi menyakinkan dirinya sendiri.

"Aku bertemu kakak Isavuel dekat tangga. Aku baru saja pulang ingin ke kamar setelah itu, aku pergi ke kamar lalu pergi ke kak Joachim"

Joachim menghitung berapa lama perbedaan waktu antara kejadian. Isabel bergerak mendekati Joachim, "Kak Joachim, bisakah kamu memelukku. Aku takut terjadi sesuatu dengan kak Isavuel" ujarnya pelan.

"Kemari"

Joachim membiarkan Isabel masuk dalam pelukannya, menepuk pelan di punggung agar tenang. Pandangan matanya terus mengarah ke rumah yang terbakar berharap Isavuel tidak berada di dalam.