webnovel

Sikap Mengerikan

Feroza benar-benar terkejut dengan kehadiran asisten satu di tempat itu, ia tak bisa berkata sepatah kata apapun sebab pikirannya sudah kalang kabut begitu berantakan.

"Bukankah wanita ini adalah wanita yang menghampiri kita saat di bandara tadi? Mengapa sekarang dia bersamamu?" tanyanya lagi dengan wajah yang semakin mencurigai Feroza.

Sama halnya dengan Feroza, Natasya turut kebingungan dan tak tahu lagi harus berkata apa untuk melakukan pembelaan di depan lelaki itu.

Lagipula mereka berdua sudah tertangkap basah seperti ini, sehingga kecil kemungkinannya mereka bisa memberikan alasan yang masuk akal.

Asisten satu yang kesal karena tak mendapatkan jawaban apapun dari Feroza langsung memegang kuat bahu lelaki itu sembari terus menatapnya tajam, "Mengapa kau hanya diam saja? Ayo jawab pertanyaanku!"

"Di-dia--."

Belum sempat Feroza menyelesaikan ucapannya tiba-tiba saja Natasya sudah memotongnya lebih dulu dengan berkata, "Aku sengaja menyusulnya datang ke sini, karena aku ingin meminta maaf kepadanya."

Dengan keningnya yang berkerut kencang asisten satu merasa jawaban yang diberikan wanita itu sangatlah tak masuk akal, "Meminta maaf? Apa maksudmu?"

"Kau jauh-jauh menyusul ke tempat ini hanya untuk meminta maaf?" lanjutnya lagi dengan sangat kebingungan sekaligus penasaran.

"Tidak, maksudku sebelumnya aku memang berencana untuk datang ke sini lalu tak sengaja tadi kami bertemu makanya aku ingin meminta maaf pada Feroza dan Griselda hanya saja aku tak melihat istri Fero ada di sini." Natasya terus menerus berusaha mengatakan kebohongannya kepada asisten satu karena hanya hal itu yang bisa ia lakukan.

Tak ingin kekasihnya berusaha sendirian akhirnya Feroza segera ikut membuka suara untuk melakukan pembelaan, "Iya, apa yang dia katakan benar."

"Lalu minuman yang kau pegang itu untuk siapa?" tanyanya lagi yang masih mencurigai mereka berdua terlebih di tangan Natasya terdapat dua cup minuman yang ia yakini satunya untuk Feroza.

"Ini untuk sepupuku yang pergi bersamaku ke sini," sahut Natasya sangat lancar agar tidak dicurigai.

Lelaki itu merasa yakin jika dirinya sedang dikelabui oleh pasangan tersebut namun sayangnya ia tak memiliki bukti yang kuat untuk menunjukkan semuanya, sehingga lelaki itu memilih untuk diam dan hanya memperhatikan gerak-gerik keduanya.

Tak ingin terus menerus dicurigai oleh asistennya akhirnya Feroza memutuskan untuk mengusir Natasya dari dekatnya dengan berkata, "Lebih baik sekarang kau pergi dari sini karena aku tak mau membuat fitnah, dan aku juga sudah memaafkanmu atas kekacauan yang kau buat di bandara tadi jadi tak perlu meminta maaf lagi."

"I-iya aku akan pergi," ujar Natasya ragu-ragu karena sebenarnya ia masih ingin berada di dekat kekasihnya bukan malah kembali ke hotel.

Lewat tatapan matanya, Feroza memberikan isyarat agar Natasya bisa segera pergi dari tempat itu apalagi asisten satu masih terus memperhatikan mereka dengan sangat lekat dan tajam.

Mau tak mau Natasya mulai melangkahkan kakinya untuk pergi meski dengan perasaan yang sangat berat, hingga sekarang hanya tersisa Feroza dan asistennya di sana dalam suasana yang masih saling terdiam.

Sembari membalikkan badannya untuk beranjak asisten satu mengajak Feroza untuk segera pulang ke resort sebab yang ia pikirkan hanyalah keadaan majikannya, "Sekarang kau ikut aku untuk pulang! Nona Selda mengamuk, dan kau harus berada di sampingnya untuk selalu menemaninya."

Tanpa menunggu jawaban apapun dari Feroza, lelaki itu langsung pergi meninggalkan Feroza yang masih terdiam di tempatnya.

Pikiran Feroza saat ini sangatlah kacau, apalagi ia tak dapat membayangkan semengerikan apakah Griselda ketika sedang mengamuk. Bahkan Feroza merasa sangat malas kalau ia harus berada di samping istrinya dalam keadaan begitu, "Sialan! Mengapa Selda hanya bisa menyusahkan aku saja?"

Sedangkan Griselda yang masih berbaring di atas kasurnya, perlahan sudah mulai membuka kedua matanya walaupun kepalanya masih cukup pusing dan pandangannya sedikit samar.

Griselda dapat melihat asisten dua sedang duduk di sebuah kursi yang tak jauh dari kasurnya hanya untuk menemani wanita itu, namun tetap saja yang menjadi pikiran Griselda saat ini hanyalah suaminya seorang.

"Di mana Fero?" tanya Griselda yang langsung menanyakan keberadaan suaminya.

Wanita itu segera menjawab dengan ragu, "Sebentar lagi dia akan pulang, Nona."

"Cepat cari dia! Aku ingin dia pulang sekarang juga!" titahnya dengan suara yang lirih sebab masih merasakan lemas di tubuhnya.

"Iya, Nona. Asisten satu sudah mencarinya dan mereka berdua akan segera tiba," sahutnya lagi sembari berusaha menenangkan majikannya.

Untungnya saja, tak lama kemudian Feroza dan asisten satu tiba di tempat itu. Mereka sempat saling terdiam dalam beberapa waktu, apalagi Feroza yang begitu canggung dan tak tahu harus bersikap bagaimana.

Namun Griselda yang sudah merasa cukup senang melihat suaminya telah pulang langsung memerintahkan para asistennya untuk keluar dari tempat itu, "Kalian boleh keluar karena suamiku sudah pulang, lain kali jangan ada masuk tanpa perintah dariku."

"Baik, Nona!" sahut keduanya kemudian bergegas pergi meninggalkan pengantin baru di dalam kamar.

Kini hanya tersisa Feroza dan Griselda di sana, tak ada satupun yang bersuara dari mereka hingga tak lama Griselda segera bangun dari tidurnya dan duduk di atas kasur dengan tatapan yang tak berpaling dari sang suami.

Secara tak terduga Griselda tersenyum lebar dengan manis seakan tak pernah terjadi apapun diantara mereka berdua, "Suami, kau sudah pulang?"

Feroza saja sampai benar-benar tak mengerti dengan sikap istrinya saat ini, ia semakin meyakini jika Griselda memanglah tak waras.

"I-iya," sahut Feroza gugup.

"Apakah kau sudah makan? Aku bisa memesankan makanan untukmu?" tanyanya lagi dengan sangat perhatian lalu berniat beranjak bangun dari atas kasur.

Segera Feroza menahan keinginan Griselda untuk melakukan hal itu, "Tidak perlu, tadi aku sudah makan jadi kau istirahat saja."

"Apa kau yakin?"

Feroza menganggukkan kepalanya pelan membenarkan pertanyaan Viola kepadanya, "Iya, Selda."

"Kalau begitu, temani aku beristirahat!" pinta Griselda dengan nada bicara yang penuh harapan.

Sejujurnya Feroza masih enggan dan tak berani untuk berdekatan dengan istrinya tetapi ia juga tak punya pilihan termasuk menolak keinginannya hanya akan menimbulkan masalah baru, "Iya, aku akan menemanimu."

Tanpa berlama-lama lagi Feroza segera berjalan perlahan menuju kasur, ia duduk di samping tubuh istrinya sambil tersenyum kecil menutupi rasa takutnya saat ini.

Dan Griselda langsung mendekap tubuh Feroza saat lelaki itu sudah mendekatinya, "Aku mencintaimu, Feroza Kavi."

Melihat Feroza yang hanya diam saja dengan tatapan kosong membuat Griselda kesal dan ia membentaknya sedikit kencang, "Mengapa kau diam? Seharusnya kau menjawab perkataanku!"

"I-iya, aku juga mencintaimu. Maafkan aku, karena tadi aku hanya sedang sedikit tak fokus." Feroza menjawab ucapan istrinya dengan semakin gugup sebab ia juga cukup terkejut pada suara Griselda yang membentaknya.