webnovel

Chapter 22 Dapat Kritik Dari Teman Sekantorku

Kerja kerasku akan sia-sia apabila berpikiran buruk padanya, padahal aku cukup yakin bahwa hal tersebut sudah enggak ada di dalam kehidupanku. Lalu, kenapa sampai sekarang masih memikirkan cowok tersebut? Tak bisa pungkiri kehadiran dia membuatku mengingatkan kejadian tiga tahun yang lalu.

Mungkin mestinya berikan rencana selanjutnya, jangan menyangkut soal masa lalu. Tetapi berpikir masa depan kita mau di bawa ke mana bersama pasangan. Tak ada gunanya apabila aku enggak mampu melupakan itu semua, padahal sangat penting agar tidak terjebak di masa lampau. Hah.... ya, sudahlah ini sudah resiko seorang perempuan harus menerima kenyataan.

Dibanding susah payah memikirkan dari hari kemarin, tapi berujung pertemuan antara aku dengan dia. Aku sih, enggak menyesal bertemu dengannya. Tapi, sahabatku cenderung membuatku berpikir menerima ajakan dari cowok kurang ajar. Apa gara-gara aku terlalu dekat sama dia? Bagi dia sudah terlalu over.

Mungkin suatu hari nanti, aku tak 'kan mengulangi lagi. Selama ini dia berusaha mencariku hanya saja, enggak pernah ketemu denganku. Sangat tegang ketika aku lagi melamun heh.... Putri berusaha mencari tahu isi pikiranku, dan anehnya kenapa enggak memikirkan pekerjaan sempat tertunda? Gara-gara ingin bertemu sama sahabatnya di Bandung.

Jika, hal ini dapat ketenangan dalam diriku mulai resah. Akibatnya, aku enggak bisa berikan alasan apa pun mengenai cowok tersebut. Pasti berusaha membawaku jauh darinya, karena dalam isi pikiran sahabatku bahwa cowok kurang ajar bermaksud ingin melukai hatiku lagi. Walaupun enggak ada bukti apa pun!

Jadi, serba salah deh aku harus mendengarkan siapa sahabatku atau cowok yang sekarang sudah pulang? Itu pun diberitahu oleh Putri. Hah.... sayang sekali kalaupun bertemu juga pasti dilarang oleh sahabatku. Ya, sudahlah paling penting hubunganku dengan cowok tersebut masih baik-baik saja. Meskipun aku tersakiti olehnya.

Tetapi tenang saja, aku mampu mengatasi itu semua. Keadaan sekarang sama yang dulu sangat berbeda, apalagi sikap cowok malah lebih kalem. Sedangkan, perlihatan dari sahabatku malah sebaliknya. Justru itu aku berjuang mencari tahu sikapnya berubah enggak? Mestinya, Putri berusaha berpikir positif sepertiku.

Jangan negatif mulu padanya! Seharusnya, kalau memang kenal dia. Bisa dong, pemikiran Putri berubah bahwa masa lalu dengan masa sekarang sangatlah berbeda. Aku begitu yakin bahwasanya cowok yang kumaksud, "Sikap dia sudah berubah, tapi pikiran kita harus positif. Jangan negatif ketika membuat satu kesalahan, itu sangat wajar menurutku."

Sayangnya, pemikiranku dengan pemikiran sahabatku enggak begitu sama. Hanya saja, aku tak usah terpancing oleh ngomongan dari Putri. Pasti nanti bakal terjadi keributan enggak jelas, bahkan sampai berpendapat persahabatan kita akan hancur. Cuma gara-gara satu kesalahan, tapi sebisa mungkin aku harus positif saja mengenai pendapat dari Putri.

Padahal aku sudah kangen suasana saling menghargai, tapi sekarang malah kerepotan menghadapi pola pikir Putri. Ya, bagaimanapun aku juga harus menjelaskan secara jujur? Kalau misalkan, dia cari informasi mengenai hubunganku dengan cowok tersebut. Pasti akan berikan satu nasihat selalu ingat, "Ngapain Citra, menerima berteman sama cowok kurang ajar? Memang enggak bisa nolak apa?"

Lalu, aku harus jawab apa? Karena, sudah terpaksa menerima pertemanan kembali. Setidaknya, dalam hal bersikap enggak seperti dulu lagi. Itu, sudah cukup buatku. Mungkin aku perlu kenalkan cowok di kantor, agar tidak kesepian selama berada di Bandung.

Semenjak putus sama mantan orang Tasikmalaya. Kelakuan dia mulai berubah drastis, dan berusaha memberikan penilaian selama aku dekat sama cowok. Kata Putri, "Citra, cari cowok tuh harus bertanggung jawab, dan konsisten sama pilihannya. Jangan sampai salah memilih pasangan kurang ajar, menyakiti hati kamu, dan satu hal perlu kamu terapkan."

"Apa?" tanya Citra begitu penasaran.

"Kamu harus berani mengambil keputusan,"

Entah kenapa aku merasa ragu selepas mendengar ia bicara barusan? Mungkin aku sudah ambisi ingin mengungkapkan perasaanku suka padanya. Kalau memang cowok yang di maksud oleh Putri sudah menyakiti hati puluhan perempuan, penyebabnya apa? Sehingga aku pun langsung percaya kepadanya.

Tak ada salahnya berikan sesuatu positif kalau keadaan sekarang enggak berarti, tapi persahabatan kita harus akur, dan pemikiran harus sama. Jangan sampai memberikan pengaruh negatif! Itu paling susah di terapkan olehnya, keadaan apa pun pasti pemikiran sebelumnya masih tersimpan dalam ingatan Putri.

Sedangkan, aku sendiri berusaha berikan pengaruh positif kepada teman sekantor. Setelah menceritakan bahwa dulu punya hubungan sebagai teman, tapi setelah lihat ekspresinya membuatku yakin. Bahwa teman sekantor percaya padaku. Tinggal satu lagi yang paling susah percaya yaitu Putri sahabatku!

"Citra, apakah benar dulu pernah punya hubungan sama karyawan baru?"

"Iya, pernah punya hubungan sebagai teman."

"Lalu, hubungan sekarang sudah sampai mana?"

"Tetap sama berteman," ucap Citra sambil tersenyum.

"Tapi, kenapa sekarang dekat lagi sama cowok kurang ajar?" tanya Putri dengan tatapan serius.

"Sttttt ....," kataku.

"Kenapa takut, Citra?" tanya balik padaku.

Sumpah dah, sahabatku mulai enggak waras. Sudah membuatku malu di depan teman sekantor, pasti mereka sudah berpikiran aneh-aneh. Selama bertahun-tahun menyimpan kenangan buruk, tapi semua orang pada tidak tahu soal ini. Kondisi apa pun pasti ada Putri selalu menyimpan kebencian, bukan itu saja sih masih banyak belum terungkap mengenai masa lampau.

Lagian aku pun sudah tidak berhak mencari kebenaran seperti apa? Karena, sudah pribadi dia. Kecuali, kalau memang ada sebuah makna sangat mendalam. Baru deh, ceritakan semuanya paling penting dengan ikhlas. Enggak boleh menyembunyikan apa pun lagi! Apalagi berkaitan dengan pasangan baru siapa?

"Heh.... Putri, kenapa sih selalu hadir ketika lagi bicara soal cowok yang kamu maksud?"

"Iya, karena gue peduli sama Citra. Jadi, kalian teman sekantor sahabat gue. Jangan berharap Citra, bakal jadian sama cowok kurang ajar!"

"Seharusnya, loe sebagai sahabat Citra. Mendukung pasangan apa pun itu, tapi enggak boleh ikut campur. Apalagi harus menuruti permintaan dari loe,"

"Sudah, sudah, sudah cukup! Tidak usah berantem di kantor. Lebih baik kalian pergi dari sini! Sebelum ketahuan oleh bos." ucap Citra.

"Lah, kalian takut hah!" ujar Putri berteriak ke arah teman sekantor.

"Cukup, Putri!" ujar Citra meminta untuk berhenti.

Beberapa menit kemudian, ada suara kaki dari belakang. Aku curiga pasti bos menghampiriku gara-gara terjadi keributan antara Putri dengan teman sekantorku. Mungkin aku perlu jelaskan kepada sahabatku, "Putri, tolonglah selama di kantor enggak boleh ribut. Apalagi sama temanku," hanya saja, dia berusaha menutup telinga. Lalu, berjalan ke arah keluar kantor.

Sudahlah, aku sudah kapok berikan nasihat padanya. Semua apa yang aku bicarakan enggak pernah di dengar? Apalagi mengenai pasangan masa depan kita berdua. Itulah, sikap sebenarnya aku enggak mau menjelekkan sahabatku. Apalagi hampir saja mendapatkan kritikan dari teman sekantorku, "Seharusnya, Citra punya sahabat saling mendukung satu sama lain. Lah, ini malah melarang segala enggak boleh sama cowok karyawan baru."