webnovel

Chapter 12 Undangan Acara Pesta

Tak bisa berpikir panjang berkaitan dengan kebiasaan dulu, selalu hadir setelah berunding sama teman sendiri. Meskipun aku tahu tujuan dari awal dia hanya bisa mengejek tanpa adanya, berikan solusi maupun jalan keluar. Ya, sudahlah aku hanya bisa berkhayal terlebih dahulu. Daripada nanti berdebat terus, yang ada malah enggak selesai.

Mungkin setiap orang punya cara masing-masing, tapi seharusnya sadar diri dong betapa susahnya menyusahakan berkumpul sama kalian, tapi setelah berkumpul malah saling mengejek satu sama lain. Walau dalam kenyataan malah terbalik, "Citra, kan bisa kumpul bersama teman-teman. Biarkan saja orang-orang mengejek kamu, tapi usahakan yang terbaik buat temanmu sendiri."

Padahal aku sudah berusaha mendengarkan ocehan dari kalian, tapi rada kurang yakin aku kembali ke teman lama. Mungkin semua orang berperilaku kurang adil, selepas itu baru deh menyusahakan kebaikan yang sudah di dapat. Asalkan, enggak boleh gegabah mengambil keputusan yang seharusnya dilakukan bersama.

Namun, akhir-akhir merasa terganggu oleh pemikiran kurang jelas. Bahkan sempat-sempatnya mengambil keputusan yang tepat lalu, menyalahkan orang lain. Padahal bersangkutan tidak tahu apa-apa. Wah... kalau aku sih, bakal senantiasa tidak saling membantu. Agar mereka bisa belajar dengan sendiri lalu, melakukan intropeksi diri.

Mungkin suatu hari nanti, mulai kelihatan bahwa sosok ini pernah terlibat ketika mengalami kesusahan. Namun, entah mengapa teman kantor selalu saja membahas berkaitan dengan masa lampau? Padahal aku sudah katakan sebelumnya, "Please.... jangan bahas mengenai masa lalu dong," heh... tetap saja membahas sambil lihat ke arahku sangat kejam.

"Iya, terserah kita mau bahas masa lampau kek, masa depan kek, dan seterusnya. Memang ini semua yang kita ceritakan ada urusan sama kamu, kan enggak kaitannya. Ouh .... sekarang tahu pasti kamu enggak bisa lupakan masa lalumu sering di ghosting ya, kan?" kalau memang kalian sudah tahu kenapa masih menceritakannya?

Seharusnya, sebagai teman kantor harus saling mengerti. Malah aku sempat lihat seorang anak lelaki meski punya kekurangan, tapi enggak pernah tuh membully kepada anak kecil tersebut. Malah selalu berikan dukung agar dia bisa lebih bersemangat! Lah, aku enggak pernah tuh mendengarkan ucapan dari teman bilang kepadaku 'Kita bakal selalu berikan dukungan!' tetap saja saling mengejek.

Bahkan sempat tuh, ada informasi kurang baik malah masuk ke dalam surat kabar. Contohnya, koran, dan majalah. Namun, pada saat itu aku tak tahu lagi harus bilang apa. Ya, sudah mengalir seperti air tetap tujuan ke arah sana. Asalkan, jangan pernah saling menghakimi kalau memang belum ada bukti sama sekali.

Meski pada akhirnya, aku sadar betul kehidupan kita dengan kehidupan dia sangat berbeda. Kalau memang masa lampau pernah terjadi salah paham, aku bersedia kok melakukan meminta maaf kepada orang-orang yang pernah tersinggung oleh ucapanku. Tetapi ada kalanya, melihat dulu situasi seperti apa? Jangan sampai terulang kembali kejadian menimpa kepadaku maupun orang lain.

Pada saat itulah aku langsung bersemangat! Mencari informasi keberadaan teman lamaku. Walaupun ada larangan dari sahabatku Putri, "Citra, lebih baik jangan deh daripada nanti kamunya yang kena imbas. Seharusnya, dari mereka dong janjian mau ke mana? Soalnya, aku punya firasat kurang enak. Apabila Citra, masih bersikeras mau ke sana."

"Lalu, aku harus bagaimana Putri? Jangan ngomong doang. Kasih solusi maupun jalan keluar," setelah bilang seperti itu, Putri langsung mencari solusi dengan cepat. Baru juga berpikir sudah menemukan solusi, kan luar biasa sekali. Namun, setelah berunding berbagai macam masalah. Pada akhirnya, sadar betul kehidupan kita kurang harmonis.

Tanpa adanya, berikan nasihat dari orang tuaku mengenai masalah yang sedang kualami. Orang tuaku secara jelas tidak suka apabila aku bekerja di luar Kota, harus berada di Kota asalnya. Hingga akhirnya, beliau selalu bilang padaku 'Kalau memang belum tersedia mau bekerja di Kota kelahiran, Bapak maupun Ibu hanya minta satu permintaan."

"Apa?" jawabku hanya singkat. Sayangnya, beliau mau mengeluarkan air mata bercucuran di pipi. Berhubung pada saat itu, aku masih berada di rumah orang tuaku. Ya, enggak jadi mengeluarkan air matanya. Bila kurang setuju mengenai keputusan dariku, aku harap jangan saling membully di sosial media.

Yang ada malah bakal terjadi keributan sangat kurang baik di tiru oleh generasi muda, tak ada salahnya mencoba berkegiatan secara positif. Itu pun kalau memang ada acara kegiatan positif, tapi di satu sisi malah pekerjaanku mulai menumpuk. Bahkan enggak sempat membiarkan rasa hormat terhadap sesama manusia.

Walaupun dalam kehidupan sekarang sangat mengganggu oleh pemikiran kurang jelas, tapi aku malah setuju apabila orang-orang sudah memahamiku. Meskipun tahu resiko sangat berat, bahkan sempat berpikir ke arah sana. Tak ada jaminan menyuruh orang-orang harus saling mengerti satu sama lain, walaupun aku tahu teman kantor banyak yang kurang setuju.

Jika, suatu hari nanti aku mampu menaklukan berbagai macam masalah, pasti setiap kalangan bakal terkena mental. Wah.... pokoknya hari ini, sangat bergantung sama hasil yang bakal di peroleh oleh pihak bersangkutan. Setelah menelusuri bersama-sama, ternyata ada orang lelaki sangat mirip dengan lelaki yang pernah di ghosting.

"Itu, kan yang pernah di ghosting. Ketika cowok berusaha mendekatiku dengan cara kurang ajar!"

"Citra, kenapa kok melihatnya seperti itu?" tanya Putri sambil pegang pundakku.

"Lihat deh, ke arah sana."

"Memang ada apa?"

"Lihat dulu, Putri."

"Hah? Itu, kan cowok yang membuatmu sakit hati."

"Makanya, aku bertanya-tanya kenapa dia ada di sini."

Sumpah tujuan dia datang ke sini untuk apa? Jangan sampai melakukan kesalahan begitu fatal, dan resikonya sangat tegang banget. Mungkin hari berikutnya perlu hati-hati supaya tidak bertemu sama cowok kurang ajar! Bahkan bertemu pun agak malas. Tak ada jaminan ketika menelusuri berbagai sumber informasi pasti jawabnya, "Kita kurang tahu soal itu,"

Lantas, aku harus bertanya ke siapa? Agar menemukan solusi paling tepat, akurat, dan senantiasa saling melindungi satu sama lain. Walaupun rada kurang menyenangkan apabila tidak saling mendukung satu sama lain, bahkan pernah ada kabar kurang baik. Apalagi ini ada kaitannya dengan cowok tersebut.

Tak selamanya kita merasakan kembali rasa kebahagiaan dalam diri kita, meski pernah punya pandangan kurang menyenangkan. Namun, aku malah berusaha berpikiran positif. Hah.... sebenarnya, rada memberatkan berkumpul bersama teman kantor. Apalagi persyaratannya harus bahwa pasangan.

"Citra, ini ada undangan untukmu."

"Undangan apa?"

"Biasalah, teman-teman mau mengadakan pesta di rumah jauh dari masyarakat sekitar."

"Iya, tahu soal itu."

"Lalu, kenapa anda bertanya 'Undangan apa?' ya, sudah aku jawab apa adanya."

"Maksudnya, gini kenapa mengadakan pesta harus jauh dari masyarakat sekitar?" tanya Citra sambil berusaha bersabar.

"Oh, masalah itu. Aku sama sekali enggak tahu,"

"Hemmm .... aku kira kamu tahu,"