webnovel

Chapter 10 Aduh Handphone Ketinggalan

Sumpah ketika sudah bertemu dengannya, membuatku makin terheran-heran apabila hidupku terpengaruh oleh rayuannya. Mungkin belum terbiasa melihat seorang cowok berusaha mendekatiku dengan berikan rayuan, tapi rada berat untuk menerimanya sebagai teman. Suatu hari nanti, pasti bakal tersadar apabila sudah jarang memberikan rayuan.

Nah, sekarang makin terasa getaran ucapan bohong dari cowok bernama Frendy. Sering kulihat ketika aku enggak bersamanya ternyata, dia sedang berikan rayuan sepertiku. Sayangnya, cewek tersebut malah tergoda dan mau pacaran dengannya. Wah... itu sih, parah menurutku percaya saja kalimat rayuan yang sudah tersampaikan.

Mungkin dari dulu enggak pernah ada orang yang suka memberikan sesuatu dengan cara rayuan, dan pada akhirnya terpaksa mendengarkannya. Kelihatan ketika aku lihat cewek entah siapa namanya? Kalau pun aku ke sana pasti ketahuan kegiatan Frendy selama tidak bersamaku. Melakukan apa saja sehingga ketika ada pertanyaan jebakan.

Pasti ia tak 'kan mampu menjawab, tanpa adanya reaksi seoalah-olah tidak melakukan apa-apa. Padahal mah sudah dari setahun yang lalu, tapi baru ketahuan ya baru kali ini, setidaknya sekarang tahu apa yang perlu kulakukan? Asalkan, perlu berhati-hati ketika memberikan ucapan yang terlontar dari bibir.

Mungkin semua cowok ada maksud tersendiri, tidak semua cowok cuma ada beberapa orang saja. Sayangnya, aku tak bisa menyebutkan nama-namanya. Apabila terdengar oleh orang bersangkutan, pasti terjadi pertengkaran melibatkan antara aku dengan dia. Meski melalui sebuah aplikasi WhatsApp.

Aku sih, sudah sering berantem mengenai hubungan pacaran. Hanya saja teman sekelasku pada saat itu, menemukan sebuah bukti bahwa calon cowokku ternyata jalan berdua sama cewek lain. Lantas, pada waktu itu aku langsung menolak tidak menerima cinta darinya. Walaupun dari lubuk hatiku, "Sumpah dia sudah menyakiti hatiku, padahal aku sudah sayang padanya."

Lalu, selama seminggu aku hanya bisa merenung, dan berpikir mengenai kehidupan sekarang. Misalkan, aku tidak memiliki pasangan yang mampu memahamiku. Namun, beberapa jam kemudian ternyata ada kedatangan cowok sebelumnya ia pernah ungkapkan perasaan padaku. Sayang sekali aku malah menolak cintanya.

Tak ada cara lain apa selalu saja menghampiriku ke rumah, sudah tahu aku tidak suka padanya. Tetapi masih saja bersikeras bahwa cintanya sangat tulus, dan sayang sekali kepadaku. Namun, rada berat apabila secara tiba-tiba mengusirnya tanpa adanya penjelasan dariku. Mungkin dia sendiri bakal kecewa padaku.

Aduh, bagaimana ya sumpah baru kali ini terasa berat mengambil keputusan? Kalau aku pilih A pasti dalam hatinya sudah yakin tidak menerimanya berada di sini. Keputusan kedua pasti sudah geer bahwa aku sudah menerimanya berada di sini. Jadi, serba salah kalau menurut hatiku bahwa seratus persen sayang padaku.

Walaupun sempat merasakan getaran bakal di ghosting olehnya, tapi secara perlahan-lahan coba dulu. Siapa tahu 'kan cinta sesungguhnya berada dalam diri dia? Mungkin belum saatnya, langsung menerimanya begitu saja. Tunggu beberapa bulan kemudian, itu pun kalau misalkan dia masih bersedia menunggu.

Heh.... ternyata, tak bisa berpikir ulang untuk menemui dia. Keadaan hatiku sudah rapuh setelah bertemu dengan cowok yang enggak bisa menghargai perasaan perempuan. Jangan sampai membuatku pusing melebihi memikirkan pekerjaan di kantor! Sebenarnya, dia sendiri sudah berusaha menunggu keputusan dariku.

Hanya saja, pekerjaan dia terpaksa harus pindah ke Kota jauh dari Kotaku. Pasti mengenai hubungan pacaran dengannya harus melalui jalan hubungan jarak jauh. Aku juga kurang yakin apabila dia mampu menjaga cinta kita, dan sampai sekarang tak ada kabar darinya. Misalkan, rindu padaku pasti bakal beritahu melalui pesan WhatsApp.

Tapi setelah menunggu dari semenjak pindah ke Kota tersebut, malah tak ada kabar sama sekali. Apa sibuk sama kesibukan pekerjaannya? Baru kali ini merasakan kekhawatiran padanya. Bukan itu saja, aku sampai rela memasangkan foto berdua dengannya di handphone jadikan sebuah wallpaper. Namun, teman kantor banyak bertanya padaku.

"Citra, foto cowok yang ada di wallpaper itu siapa?"

"Ouh .... foto ini cowok yang mampu membuatku bahagia, sayang sekali pekerjaan dia harus pindah Kota sangat jauh dari Kotaku."

"Memang Citra, enggak kangen?"

"Kangen sih, tapi sepertinya dia sibuk."

"Berarti belum pacaran sama dia?"

"Iya, belum pacaran masih sebatas teman."

"Oh, gitu."

Baru sekarang mereka tidak memberikan pertayaan yang membuatku terpancing, ingin sekali mengeluarkan kalimat kurang pantas. Pada akhirnya, sadar betul kejadian seperti itu. Membuat banyak orang bakal lihat tingkah laku aku seperti apa? Bila menusuri sejauh mana hubungan pertemanan selama berada di kawasan kantor?

Setahu aku ketika mendengarkan cerita mengenai sebuah hubungan pernah di ghosting, pasti mereka menyuruhku untuk berikan tantangan. Sayang sekali pada saat itu, aku memang berusaha tidak menerima tantangan tersebut. Itu pun sudah aku pikirkan sejak lama, walau pada akhirnya menyuruhku untuk mencari pasangan yang mampu memahamiku.

Namun, kenapa aku masih memikirkan para cowok yang sudah menyakiti hatiku? Padahal kejadian sudah lama seharusnya, sebisa mungkin melupakan kenangan buruk. Sayang sekali malah enggak bisa selalu saja, ingat terus ketika teman kantor tak ada di sini. Mungkin ingin sekali melakukan hal bodoh, tapi ujung-ujungnya malah enggak jadi.

Apalagi ketika bertemu sama cowok yang sudah membuatku jijik padanya, tapi rayuan lama masih mengalir dalam dirinya. Memang enggak kapok apa? Sudah puluhan kali di tolak. Masih saja mendekatiku dengan seperti itu. Wah.... seharusnya, tadi aku ikut sama mereka. Malah enggak mau jadi, ya begini ketemu sama cowok tersebut.

Sebenarnya, bisa saja menerimanya duduk bersamaku. Pasti pembahasan yang bakal tersampaikan padaku mengenai perasaan dia suka padaku, tapi ketika aku bertanya padanya mengenai siapa cewek yang sekarang sedang di dekati?

Heh.... malah terdiam seribu bahasa enggak bisa keluar dari mulut, sudah kehabisan kalimat apa? Lama sekali menjawab pertanyaan dariku. Seharusnya, bisa jawab dong karena pertanyaan sangat mudah. Tak perlulah berpikir lama padahal aku barusan hanya sedikit mengetahui sejauh mana rasa suka terhadapku? Apakah enggak punya perempuan lain?

Hingga akhirnya, sekitar pukul sebelum jam istirahat habis. Baru menjawab pertanyaan hanya saja, seperti mau menyembunyikan rahasia selama ini di sembunyikan olehnya. Secara tiba-tiba ada pegang pundakku dengan perlahan-lahan. Aku kira siapa? Ternyata, bos datang mau bicara denganku.

"Citra, lagi ngapain di sini? Kalian berdua pacaran?"

"Enggak, bos aku sama dia hanya berteman saja."

"Iya, benar apa yang dikatakan sama Citra."

"Kalian tahu 'kan peraturan di kantor ini enggak boleh ada yang berpacaran?"

"Ingat!"

"Ingat sekali mengenai peraturan!"

"Lalu, mengapa kalian tidak kembali bekerja? Kan, jam istirahat sudah berakhir."

"Oh, ya lupa mbak bos." ucap Citra sedikit gugup ketika bilang lupa.

Aku, dan cowok yang suka memberikan rayuan langsung berdiri. Untuk kembali bekerja! Hanya saja, aku sempat ketinggalan handphone di meja kantin. Pasti boss super dingin melihat seluruh isi chatting dengan cowok yang pindah ke Kota jauh.