webnovel

Kenangan

Putra om Abdul mendengarkan suara Azka ia merasakan walau tidak tahu artinya apa.

Lagu itu sangat pas dengan cerita Azka. Azka sangat menghayati lagu yang ia nyanyikan. pria satu ini sering mengungkapkan perasaanya lewat lagu.

Azka teringat masa Sabrina tinggal di rumahnya mereka berdua membuat vidio lagu Armada yang berjudul mau di bawa kemana.

Azka tersenyum mengingat kenangan manis di antara mereka. Gombalan Sabrina, candaan Sabrina, Sabrina terjebur di danau dalam rumah Azka, Azka ingat nasihat Sabrina untuk mencari tahu masala lalu Mami dan Papinya. Azka tersenyum tipis

"Kak Azka ..." panggil Sabrina, Azka tersadar dari kenangan indahnya dua tahun lalu. Azka meletakkan gitar lalu berlari ke Sabrina.

"Mas Akmal mau bicara," ucap Sabrina tak menghadap ke Azka, Sabrina mengangkat ponsel Azka, Aka menerima ponsel itu.

"Assalamualaikum ..." jawab Azka, Azka duduk di atas batu belakang Sabrina berjarak satu meter setengah.

"Wa'alaikumsalam Azka, aku akan atur pernikahanmu!"

Seketika mata Azka terbuka lebar dan sangat terkejut, Azka memutus telpon itu.

Azka menatap Sabrina lalu berjalan di depan Sabrina.

"Aku bersedia menikah karena aku tidak ingin merepotkan istri tuan Abdul!" tegas Sabrina, menatap Azka dengan tatapan yang tak bisa di artikan.

"Kau yang membawaku kemari, aku tanggung jawab mu, namun pernikahan ini hanya sampai Andre menjemputku," lanjut Sabrina. Azka meremat kepalanya dan membuang nafas.

"Dan aku mohon menyerahlah mencintaiku, aku tahu pernikahan bukanlah permainan, tapi kau yang memaksaku melakukan ini, jadi kau harus siap merasakan sakit yang lebih parah, sadarlah aku tidak akan

mencintaimu lagi, aku tahu aku akan dosa besar jika tidak menjadi istri yang baik, namun kau membawaku juga tanpa izin ku." Ucapan tegas Sabrina.

"Aku sudah terbiasa sakit, baiklah.

Aku setuju menikahimu, merawatmu dengan menutup kedua mata ku. Aku tak akan memandang tubuh mu," jawaban jelas Azka.

'Mencintaimu bukan lah kebodohan tapi anugrah dari Allah. Kau banyak mengajarkan hal penting dalam hidupku. Aku menyerah untuk mendapatkan hatimu, tapi aku menang jika membuatmu bahagia. Asal kau bahagia aku rela melepasmu, mungkin aku akan terluka sangat parah ketikaku berikan kamu kepada Andre. Namun aku harus terima jalanku.'

Ponsel Azka derdering menyadarkan ia dari kata-kata di dalam hati.

"Iya Mas Akmal ..." jawab telpon dari Azka.

"Kau cari imam yang bisa menikahkan kalian, aku udah mengurus surat-suratnya. Ingat Azka pernikahan bukanlah mainan, kau akan berdosa jika tidak tegas pada istrimu, apa kau mau? Sabrina tambah berdosa dan mendapat siksa neraka." Teguran Akmal membuat Azka bingung dan galau lalu berfikir.

'Menikah dengan Sabrina, Sabrina tidak bahagia, aku berpisah dengan Sabrina, Aku takut Allah membenciku, ya Allah ...Aku sangat takut kepada engkau aku seperti ada di dua jalan buntu, ini kesalahanku tapi ini ide Mbak Adiba dan Mas Akmal, Allahhurobbi ...'. Ia menatap Sabrina yang mengusap kuku ibunya ke bibir. Azka memperhatikannya.

"Azka, kau mendengarku? Azka!" Akmal sedikit teriak.

"Iya Mas, aku galau seperti Spiderman yang tak bisa mengeluarkan jaringnya, aku buntu fikiranku terbelah jadi dua, lalu berkata nggak nyambung puyeng tujuh kurcaci." Perkataan Azka kembali konyol, tanpa Azka sadari Sabrina menahan tawa sebab perkataanya ke Akmal.

"Kau akan di laknat!"

"Yah. Mas jangan di sumpahin dong!" Sahut Azka takut akan ancaman dalam agama.

"Dengar dulu. Adik ipar tidak sopan.

Jika suami takut istri maka berdosa laki-laki itu, Suami adalah pemimpin seperti imam solat, jadi jangan mau kalah sama Sabrina, karena ketika dua insan sudah dalam ikrar suci, surga istri di dapat dari ridho suami, Allah memberi kemulyaan pada suami, jika suami dapat membimbing istri ke jalan beribadah. Aku yakin kau sudah pantas menjadi imam untuk Sabrina. Kamu mau Sabrina bahagia di dunia yang sementara. Sedangkan di siksa di akhirat yang jelas abadinya?" tanya Akmal membuat Azka melongo dan berfikir.

"Sumpah bingung aku otakku di bekukan kartun frozen." Celetuk Azka membuat Akmal ketawa.

"Hehehe. Bicara apa kamu, kalau ada laki-laki yang mencintai seperti kamu tapi tidak sekonyol kamu ku berikan dia ke Sabrina, sayangnya hanya kamu yang di beri Allah, dengan terpaksa aku harus rela memberikan adikku ke kamu.

Hanya kamu yang mencintainya dengan tulus dan apa adanya. Jadi berfikirlah takut kepada Allah, karena. aku yakin cinta Sabrina akan ada lagi untukmu. Azka takutlah kepada Allah jadi jangan pernah ceraikan dia walai dia memaksa." Ucapan Akmal yang mengejek, memuji, lalu menasehati Azka.

"Ah ... aku berada di situasi gawat darurat, Masnya ngotot adiknya apa lagi! Aku bagai di serbu bumro(lebah). Aku tidak janji mas Akmal, jika aku melepas Sabrina untuk kebahagiaannya. Ah ... kenapa kau mengancam mas Akmal aku sangat takut di hukum Allah, aduh ya Allah gusti kulo nyuwun ngapuro (aku minta maaf)." Azka benar-benar bingung.