webnovel

part 9

Rayyan yang telah tiba di kamar apartemen nya segera menuju kamar mandi mengguyur badan di bawah aliran air shower sambil mengingat apa yang telah Ia lakukan swmalam.

jauh di lubuk hati Rayyan merasa sangat bersalah dengan Vanni.

"Bagaimana jika suatu hari Vanni tau apa yang telah aku perbuat! ah sudahlah toh semua juga sudah terjadi" Rayyan tak perduli kata hatinya.

melihat pakaian yang telah di siapkan Vanni di atas tempat tidur, Rayyan segera memakai nya, tak lupa juga Ia melingkarkan jam tangan mahal di tangan kanan nya.

Rayyan nampak terburu-buru sampai Dia lupa untuk sarapan, karena hari ini adalah hari pertama Ia bekerja.

Rayyan tak mau sampai sang papa marah hanya karena Ia terlambat.

__________

Tiba di sebuah perusahaan sang papa, Rayyan mempercepat langkah nya.

tok tok tok..

"permisi pa" Rayyan menyembulkan kepalanya di balik pintu kokoh tersebut.

"Rayyan, mari masuk, papa sudah dari tadi menunggu mu" ucap lelaki paruh baya yang masih tampan di usianya yang terbilang tak lagi muda.

Setelah sang papa menjelaskan semua isi berkas-berkas yang menumpuk itu, sang papa pun melangkah kan kakinya menuju pintu.

"Jangan sampai ada kesalahan, jika ada yang tidak kau mengerti tanyakan saja dengan Roxy, nanti Ia akan membimbing mu" ucap Tuan Dirga sambil membuka pintu.

"baik Pa"

perusahaan tuan Dirga bergerak di bidang pertambangan dengan anak cabang yang sudah tersebar di beberapa daerah, dengan berkantor pusat di kota Jakarta.

"ah aku sampai lupa mengabarkan Vanni, aku merasa sangat bersalah" Rayyan mengeluarkan benda pipih dari kantong celananya..

mencari nama Vanni di dalam ponsel nya, Rayyan pun segera menghubungi sang istri.

drrt drrt drrt..

ponsel Vanni bergetar di atas meja kerjanya, Vanni melihat nama sang suami tertera disana.

(assalamualaikum mas)

(sayang, maaf Aku baru sempat menghubungi mu, semalam ponsel ku batrai nya habis)

(Iya mas nanti saja kamu jelaskan di rumah, saat ini aku sedang bekerja)

(hmm baiklah, selamat bekerja)

(iya mas)

setelah obrolan singkat dengan sang istri, Rayyan pun menyandarkan kepalanya di kursi, memikirkan kata-kata apa yang akan Ia jelaskan pada Vanni nanti.