Bukan perkara mudah untuk bisa menjadi seorang Polisi. Aku harus melalui ujian sebanyak tiga kali agar bisa menjadi seorang Polisi yang baik. Menurutku Polisi merupakan sebuah cita-cita mulia yang aku dambakan sejak masih kecil. Meskipun aku terlahir dari keluarga Tentara. Tapi aku ingin menjadi seorang Polisi, karena menurutku seorang Polisi itu sangatlah keren, di mana bisa memberantas kejahatan layaknya para 'Pahlawan Super' dalam film-film Hollywood.
Beberapa Polisi membawa seorang lelaki berbadan ramping dengan tahi lalat di wajah bagian kanannya. Lelaki itu segera dijebloskan ke penjara, hanya saja penjara itu terlihat berbeda dari penjara lainnya. Selnya tidak digembok, sementara sang tersangka hanya berdiri santai di balik jeruji layaknya seorang foto model yang tengah berpose di hadapan para Fotografer.
Ayip Rahwana terlihat kesal akan apa yang sedang terjadi pada instansi di mana dia sedang bekerja. Seorang Polisi berwajah Maluku berjalan menghampiri rekannya yang tengah duduk terdiam di pojok ruangan.
"Kenapa kau terlihat kesal, Yip?" tanya Thomas Kabauw, seorang Polisi dari Maluku.
"Jelas aku kesal, Bung! Lihatlah si Randy. Dia bikin malu instansi kita karena memperkosa pacarnya hingga mati!" teriak Ayip Rahwana.
"Lalu."
"Seharusnya dia dijebloskan bersama dengan para tahanan lainnya biar dia babak belur dihajar dan jadi samsak hidup. Aku kesal dengan anak pelacur seperti dia. Mentang-mentang anak orang kaya. Dia masuk Polisi lewat jalur spesial. Sedangkan aku yang berasal dari keluarga Tentara sampai harus mengikuti ujian sebanyak tiga kali baru bisa jadi Polisi."
"Terserah kau saja, Bung. Lagian kau itu keluarga Tentara dan Pamanmu itu Jenderal. Aku hanya Rakyat biasa," balas Thomas Kabauw. "Tapi aku juga iri dengan dia. Mengingat si Randy itu Supir Pribadi Pak Kapolres."
Ayip tertawa dingin atas kalimat yang meluncur dari Thomas.
"Terima kasih, Thomas. Kau telah memberiku sebuah ide," kata Ayip.
Thomas merasa sedikit ketakutan melihat wajah Ayip. Dia tersenyum layaknya seorang pembunuh di film-film horor yang begitu senang membunuh para korbannya.
Ayip segera pergi meninggalkan Thomas.
.
.
Di tengah malam yang begitu sunyi. Para Polisi berjaga sambil menahan rasa kantuk yang begitu berat. Dengan membawa peralatan tukang. Ayip berjalan memasuki Kapolres untuk mengeksekusi Randy.
"Ada apa kau ke sini, Yip?" tanya Bambang, salah seorang Polisi yang tengah bertugas.
"Aku ingin mengeksekusi Randy. Aku tidak terima dia tidak babak belur, mengingat dia itu tersangka pemerkosaan," jawab Ayip.
"Jangan begitu, Yip. Ini semua-" Bambang segera terdiam ketika Ayip memberikan uang senilai satu juta rupiah.
"Anggap saja kau tidak melihat apa-apa. Walaupun dia itu Supirnya Pak Kapolres. Akan tetapi, Pamanku yang seorang Jenderal sudah memberi pesan kepada Pak Kapolres untuk tutup diam," kata Ayip menatap tajam Bambang.
Bambang terkekeh pelan dan senyum-senyum tidak jelas.
"Maaf, Yip. Aku hanya bercanda. Ok, aku terima, yah. Semoga kamu sukses." Bambang segera pergi dan membiarkan Ayip untuk melakukan aksinya.
Ayip berjalan menuju ke arah utara menuju ke sel di mana Randy dipenjara. Berbeda dengan sel-sel pada umumnya yang para tahanan harus tidur berbarengan di sebuah sel yang sempit dan berlantai dingin. Randy tidur di sebuah sel khusus di mana dia tidur di atas kasur yang empuk dengan selimut yang tebal serta dilengkapi fasilitas seperti kulkas dan AC. Sebuah sel khusus untuk Polisi yang bermasalah.
Ayip membuka kunci pintu sel itu dengan perlahan sehingga membuat Randy terbangun dari tidurnya.
"Siapa itu?" tanya Randy yang setengah sadar.
Ayip berjalan perlahan menuju ke arah kasur dan dia segera melempar kotak besi yang berisi peralatan ke arah wajah Randy yang masih setengah sadar. Lemparan tersebut membuat beberapa luka pada wajah Randy.
"Sakit, asu!" teriak Randy yang kesakitan sambil memegangi wajahnya.
Ayip mengambil sebuah palu yang dia bawa pada tas ranselnya dan dia menghantamkan palu tersebut ke arah tempurung lutut bagian kanannya Randy.
Randy berteriak kesakitan setelah tempurung lututnya pecah dihantam palu oleh Ayip.
Ayip hanya tersenyum melihat Randy yang kesakitan.
"Anjing, apa yang kau lakukan?!" teriak Randy sambil memegangi tempurung lutut bagian kanannya yang telah hancur setelah dipalu oleh Ayip.
Ayip memalu tempurung lutut kirinya Randy sehingga membuat Randi tidak bisa menggerakkan kedua kakinya. Randy kembali berteriak kesakitan dengan wajahnya yang memelas dan air mata yang membasahi kedua matanya.
Randy masih berteriak kesakitan dan meneriakan kata "tolong" berkali-kali.
"Teriak minta tolong tidak ada gunanya, anjing!" gertak Ayip yang tengah mengambil gerinda yang ada di dalam tas ransel yang dia bawa. Dia mencolokkan kabel gerinda ke stop kontak yang ada di pojok. Setelah itu dia berjalan menghampiri Randy yang kakinya telah lumpuh. Dia menarik kaki Randy dengan begitu mudahnya tanpa adanya perlawanan, walaupun dia masih berteriak keras meminta tolong.
Dia menaruh Randy di pojok sel dan segera menyalakan gerindanya.
Randy mencoba melakukan perlawanan begitu dirinya merasa ada kesempata. Tapi itu sia-sia karena jari-jarinya segera ditebas dengan gerinda oleh Ayip.
Randy berteriak kesakitan menatap jari-jari tangannya yang telah dipotong oleh Ayip.
"Tolong!" Randy berteriak kesakitan. Dia terlihat begitu takut dan panik.
Lantai sel dan temboknya dibasahi oleh darahnya Randy serta potongan jari-jari yang telah ditebas gerinda.
Ayip tertawa dingin layaknya seorang iblis melihat Randy yang begitu menderita, kesakitan, dan takut akan kematian.
"Percuma kau meminta tolong, anak pelacur!" maki Ayip. "Di sini hanya ada aku dan kau. Sekarang kau akan menjadi potongan karena menyiksa dan membunuhmu itu terlihat menyenangkan!" sambungnya dengan nada dingin.
Ayip segera memotong kaki kanan Randy dengan gerinda sehingga dia menjerit sekeras-kerasnya. Suara gerinda yang memotong kaki itu terdengar cukup menyakitkan. Tetapi Ayip merasa senang mendengar dan melihat Randy tersiksa.
Genangan darah membasahi lantai di mana Randy berada. Randy berteriak keskaitan sambil memegangi kakinya yang telah dipotong dengan gerinda oleh Ayip.
Setelah memotong kaki kanan Randy. Ayip mematikan gerinda dan mencabut kabelnya. Dia mengambil pistol paku yang dia bawa. Randy yang ketakutan segera menggunakan kedua tangannya untuk menutupi tubuhnya. Sementara Ayip dengan santainya menembakkan beberapa paku. Paku-paku itu tertancap pada kedua tangan Randy.
Ketika paku-paku itu habis. Ayip mengisi kembali pistol paku tersebut dan kembali menembaki Randy hingga badan, kedua tangan, dan wajahnya tertancap puluhan paku yang berukuran cukup besar.
Teriakan Randy semakin menjadi-jadi dan Ayip tertawa begitu keras layaknya seorang iblis.
"Hei, anak pelacur jahanam. Anak anjing! Apakah kau ingin pergi ke neraka? Kalau gitu, aku akan menghukummu sekaligus mengirimmu ke neraka."
Randy hanya menjerit dan berteriak kesakitan.
Ayip menaruh pistol paku di lantai dan dia mengambil sebuah gegep pada tas ranselnya. Dia membuka secara paksa mulut Randy dan mencabuti giginya secara paksa saut per satu. Ayip terlihat begitu puas dalam mencabuti gigi Randy sehingga mulutnya Randy dipenuhi dengan darah. Setelah Ayip mencabut seluruh giginya Randy hingga dia ompong.
Genangan darah mengalir semakin banyak di ruangan sel.
Randy sudah tidak berdaya dengan darahnya yang mengalir semakin deras. Ayip berjalan membawa sebotol bensin dan menyiram tubuh Randy yang sudah tidak berdaya. Setelah itu dia melempar sebatang korek dan api itu langsung membakar tubuh Randy.
Ayip hanya tersenyum melihat kobaran api yang tengah melahap tubuh Randy. Lelaki itu hanya bisa menggeliat merasakan siksaan yang begitu berat. Dia tidak menyangka bahwa hidupnya akan berakhir begitu mengenaskan. Setelah karirnya sebagai Polisi habis karena terlibat kasus pemerkosaan. Kini Randy harus tewas secara mengenaskan.
"Keadilan itu harus ditegakkan. Manusia rendahan dan laknat seperti Randy yang telah memperkosa orang itu sangatlah pantas untuk dibunuh secara sadis," kata Ayip dengan nada dingin menatap datar tubuh Randy yang tengah terbakar. "Ah, ternyata membunuh itu menyenangkan," ungkap Ayip bahagia.
.
.
Pihak Polres segera menutupi kematian Randy dan menyatakan bahwa Randy telah diculik. Kapolres dan Humas Polres menolak memberikan keterangan lebih lanjut dari berbagai pihak. Pak Kapolres juga menyatakan pada konferensi pers bahwa pada saat hari penculikan, seluruh CCTV yang ada mati secara tiba-tiba tanpa adanya alasan yang jelas. Sementara para Polisi yang sedang bertugas pada hari itu diberikan cuti selama beberapa hari dan dimanfaatkan oleh mereka untuk berlibur.
Ayip tengah duduk di kursi meja kerjanya sambil mengetik sebuah laporan di laptopnya.
"Enak sekali yah kau ini. Mentang-mentang pamanmu itu seorang Jenderal," kata Thomas.
"Fiat justitia ruat caelum. Hendaklah keadilan ditegakkan, walaupun langit akan runtuh. Fiat justitia et pereat mundus. Hendaklah keadilan ditegakkan walaupun dunia harus binasa," balas Ayip.