webnovel

Melisa [Cinta Pertama]

Melisa Aurelie gadis remaja yang tak bisa melupakan cinta pertamanya. Dion, terpaksa harus pindah ke luar kota karena mengurus sang Ibu yang tengah sakit. Menjalani cinta jarak jauh terasa berat, tapi tak pernah menjadi beban bagi Melisa. Dia yakin bisa melewati semua ini. Tapi itu hanya berlaku bagi Melisa saja. Suatu ketika Dion menghilang tanpa kabar, membuat hati Melisa hancur, dalam ketidak—pastian, akan tetapi gadis itu tetap menunggu Dion kembali. Hingga datang seorang pria dari masa lalu, dan mampu mengobati sakit hatinya. Namanya, Bagas, dia adalah teman masa kecil Melisa. Tapi di saat Melisa mulai melupakan Dion, serta sudah menetapkan hatinya untuk Bagas, di saat itu pula Dion datang kembali, dan membuat hati Melisa dirundung dilema.

Eva_Fingers · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
93 Chs

Serangan Elis

Elis benar-benar syok mendengar Julian berkata dengan nada tinggi kepadanya.

Sebelumnya Julian selalu bersikap baik kepadanya, nada bicara selalu lembut, tak pernah membentak sama sekali, jangankan membentak marah saja tidak pernah.

Dan kini, Elis sudah mengetahui sifat asli dari Julian, Elis juga tahu jika ternyata Julian itu hanya memanfaatkan dirinya saja.

Dia mendekati Elis hanya untuk dijual kepada laki-laki hidung belang. Tentu saja Elis tidak terima akan hal ini.

"Lepasin aku, Kak Jul!" teriak Elis yang meronta.

"Aku bakalan lepasin kamu kalau kamu mau layanin Om Tito!" ujar Julian.

"Cih! Gak sudi!" sahut Elis.

"Kalau gak mau turuti perintah aku, kita putus, El! Aku tahu kamu itu sayang banget sama aku, 'kan?" ancam Julian.

"Silakan putuskan aku!" ujar Elis dengan suara menantang.

"Oh, tentu sudah pasti! Aku, 'kan memang pacarnya Sarah!" sahut Julian sambil tersenyum, "tapi kalau misal aku sakiti teman-teman kamu bagaimana?" Julian kembali mengancam lagi.

"Apa maksud ucapan, Kak Jul?"

"Ya aku tahu El! Kamu dan kedua teman-teman kamu itu sayang banget, 'kan?"

"...."

"Nah, gimana kalau misal kamu gak mau turutin aku, terus aku jual salah satu dari teman kamu itu?"

"Jangan macam-macam, Kak!" Elis membentak Julian lagi.

Tapi Julian sama sekali tak jera, dia malah tertawa selengean.

"Elis, Elis," Julian berdecak heran seraya menggelengkan kepalanya.

"Kamu itu tinggal nurut lo, dan setelah itu aku juga bakalan kasih bagian buat kamu kok, malahan aku kasih bagian yang gede banget buat kamu!" ujar Julian.

"Aku gak mau!" sahut Elis dengan tegas.

"Kamu yakin nih, gak mau?" Julian bertanya dengan nada menggoda Elis.

"Enggak!" jawab Elis.

"El, denger ya, kamu itu bakalan nyesel kalau sampai nolak tawaran aku! Karena kamu bakalan dapat duit puluhan juta dalam sekali main!"

"Diam! Aku bilang gak mau ya gak mau!" bentak Elis.

Tangan Julian masih menjambak rambut Elis, hingga kepala Elis sedikit menekuk kebelakang.

Dan kini dia semakin memperkencang tarikannya. "Sakit, Kak!" keluh Elis

"Makanya kamu jangan berani melawan saya! Apa lagi sampai berbicara dengan nada tinggi begitu! Gak sopan tahu!" ujar Julian.

"Aku mohon lepasin aku, Kak ...," pinta Elis.

"Sudah aku bilang Elis, aku bakalan lepasin kamu kalau kamu mau menuruti perintahku!" tegas Julian.

"Iya, El? Ikuti aja perintah Julian, aku yakin setelah itu kamu bakalan berterima kasih sama kita! Karena kamu bakal pulang dengan banyak uang!" ujar Sarah yang menimbrung pembicaraan Elis dan Julian.

"Diam kamu!" bentak Elis pada Sarah. "Jangan ikut campur!"

"Ih bentak-bentak aku lagi," gumam Sarah dengan bibir mengerucut, karena kesal dengan ucapan Elis.

"Tenang aja, Beib, cuman dibentak aja gak ngurangi kecantikan kamu kok," ujar Julian pada Sarah. Dan Sarah pun tersenyum seraya memegang kedua pipinya.

"Oh, masa sih aku cantik?" ucapnya dengan senyuman manja.

"Terus gimana dengan saya?!" teriak Tito yang mulai bosan, "saya udah gak sabar nih, kepengen main sama dia!" ucapnya lagi.

"Sabar, Om Tito! Ini saya lagi ngasih arahan ke Elis, biar dia mainnya lebih hot lagi!" ujar Julian pada Tito.

Elis benar-benar tak tahan mendengar ucapan Julian seakan-akan dia benar-benar mau menuruti perintahnya, padahal Elis sama sekali tidak setuju akan hal itu.

"Lepasin!" Elis kembali meronta dan kali ini dia menggunakan ujung sikutnya untuk menyerang anunya Julian.

Duak!

Julian dengan reflek melepelaskan tangannya yang menjambak rambut Elis, dan kedua tangannya beralih pada bagian alat vitalnya yang sedang dalam bahaya.

"Aduh sakitnya! Sialan lu, El! Awas aja kalau sampai kenapa-kenapa sama adek gue!" teriak Julian penuh emosi, dan dia masih peringisan mememagangi anunya.

"Sukurin! Emang enak!" ledek Elis.

"Eh kalian tunggu apa lagi! Ayo tangkap Elis!" teriak Sarah mengomando anak buahnya.

Dan ternyata orang-orang khususnya beberapa laki-laki berbadan besar itu adalah Anak Buah Sarah dan Julian.

Elis benar-benar kualahan melawan 3 pria sekaligus, meskipun begitu Elis tidak mau menyerah, dia tetap melawan dengan jurus karatenya.

Dan beruntung Elis menemukan sebuah tongkat besi yang sedang tergeletak, tanpa berpikir panjang Elis langsung menggunakan benda itu untuk menyerang ketiga pria yang ada di hadapannya.

Dengan tongkat besi berukuran panjang itu Elis bisa meluluhkan ketiga pria sekaligus.

Kali ini dia tidak menggunakan teknik ilmu bela diri sama sekali, hanya serangan asal-asalan yang ia layangkan secara membabi buta dan berulang kali.

Tapi hal itu malah berhasil membuat Elis menang. Tiga pria sudah tergeletak di lantai dengan kepala benjol, dan salah satu ada yang hampir amnesia.

Sedangkan Tito masih berdiri dengan raut wajah ketakutan dan dengkul bergetar, sementara pengunjung klub malam yang lainnya hanya menjadi penonton, dan memandang Elis dengan tatapan nanar bercampur takjub.

"Gimana, Om Tito! Masih mau main sama aku enggak?" tanya Elis dengan senyuman ala psikopat.

Tito semakin merinding, dia melirik kearah Julian yang masih kesakitan memegang anunya karena serangan Elis tadi.

Tito langsung melirik ke bawah sambil melihat anunya sendiri.

"Aduh saya gak aku impoten!" teriak Tito dengan lantang.

"Impoten?" Sarah melirik kearah Julian.

"Beib, kamu gak imp—" ucapan Sarah terpotong.

"Sarah! Tolong jangan tinggalin aku ya ...," pinta Julian.

"Tapi ... aku gak mau punya pasangan yang ...," Sarah melepaskan Julian, "gini lo, Jul, percuma, 'kan muka kamu ganteng tapi kalau kamu—"

Julian langsung berdiri dan berusaha untuk kuat.

"GUA GAK IMPOTEN, ANJIR!" teriak Julian penuh emosi.

Lalu matanya melotot tajam menatap Elis.

"SEMUA ITU GARA-GARA ELU, ELIS!" Dia memujuk Elis penuh emosi.

Elis mulai takut, dan Julian meraih sebuah botol minuman keras yang sudah kosong.

"Gue bakalan bunuh elu!" ancam Julian.

Pria itu berjalan mendekati Elis, dan kini Elis semakin panik.

Anehnya Elis malah menjatuhkan tongkat besinya ke lantai, padahal dia bisa menggunakan tongkat itu untuk menyerang Julian. Tapi dia malah membuangnya, entah apa yang ada di dalam tak Elis?

"Lu gak bisa lari sekarang," ujar Julian seraya menyeringai.

Elis langsung melihat ke atap ruangan sambil berteriak heboh, "WOY ADA BIAWAK!" teriaknya.

Dan semua pandangan langsung terarah ke atas.

"Mana gak ada?"

"Iya, gak ada tuh!"

"Dia, ngibul, Beib!" teriak Sarah menunjuk Elis.

Elis kembali panik, dan dia meraih sepatu hak tingginya, kemudian langsung menyumpal mulut Julian yang baru saja menengok kearahnya.

"Makan tuh sepatu! Bau kaki gue!" ujar Sarah puas.

Julian sampai sulit berbicara. "Ump! Ump! Fuaah ...!" Julian melepas sepatu dari mulutnya, "kejar dia!" teriaknya mengerahkan para Anak Buah untuk mengejar Elis.

Tiga pria berbadan besar itu mengejar Elis yang hendak keluar dari dalam ruangan.

Bersambung ....