webnovel

Hantu Yang Terkurung Dalam Gelang Giok Darah (2)

Biên tập viên: Wave Literature

Aku menyelinap kembali ke dalam kamar asrama. Di sana aku melihat Liu Yingying sudah tertidur, sementara Hu Shan masih terjaga, tapi dia tidak terlihat peduli dengan keadaan Cheng Fengfeng sedikitpun. Cheng Fengfeng sedang berbaring di atas kasurnya ditemani oleh Mo Ya dan An Jing yang duduk di sampingnya. Saat melihatku kembali dengan tangan kosong, An Jing menatapku dan bertanya, "Ji Sixi, kau tidak jadi meminjam tang?"

"Hm, tidak ada orang di dalam ruangan penyimpanan."

"Kamu kan tinggal masuk lalu mengambil tangnya, setelah selesai menggunakannya akan langsung dikembalikan."

"Pintunya terkunci, lagi pula… gelang giok itu tidak akan bisa dipecahkan."

Cheng Fengfeng melihat ke arahku dengan wajah ketakutan, lalu dengan bersusah payah bangkit duduk. Wajahnya sudah tidak sepucat sebelumnya, itu berarti gelang giok itu sudah membesar sedikit. Gelang itu masih melingkar di pergelangan tangannya dan terlihat masih kesempitan hingga tidak ada ruang untuk bergerak.

Aku duduk di sebelah Cheng Fengfeng dan ingin memberitahunya semua yang aku dengar tentang gelang giok itu. Tapi semua orang sedang berada di sini sehingga aku tidak mungkin mengatakannya. Bisa-bisa mereka menyangka aku gila.

Ditambah lagi aku menyadari Hu Shang melihat ke arahku dengan tatapan sinis.

"Sixi, apa ada yang kamu ketahui?" tanya Cheng Fengfeng.

Aku menganggukkan kepala, "Iya, kita memiliki masalah."

Mo Ya dan An Jing saling bertukar pandang kebingungan dan bertanya kepadaku ada masalah apa, tapi aku tidak bisa mengatakannya pada mereka.

Cheng Fengfeng seolah mengetahui "masalah" apa yang aku maksud. Dia segera turun dari tempat tidurnya lalu berkata, "Sixi, aku perlu ke toilet. Bisa temani aku?"

Aku menganggukkan kepala.

An Jing dan Mo Ya bangkit berdiri, lalu mereka kembali ke kasur mereka masing-masing.

Aku membantu Cheng Fengfeng keluar dari kamar asrama lalu dia bertanya dengan suara sangat pelan kepadaku, "Jangan bilang ini ada hubungannya dengan hantu?"

Aku menoleh untuk melihat ke sekeliling koridor untuk memastikan tidak ada orang di sana, lalu membawanya ke dekat tangga. Aku baru memberitahu Cheng Fengfeng semua yang aku dengar dari Liu Ruoyi. Setelah mendengar ceritaku, wajah Cheng Fengfeng langsung menjadi pucat pasi karena syok. Tangannya gemetar memegang tanganku dan bertanya, "Apa aku akan mati? Sixi, kamu harus membantuku?"

"Tidak ada cara lain selain menggunakan darah manusia untuk membuat gelang giok ini membesar kemudian baru melepaskannya."

Kakinya langsung menjadi lemas hingga jatuh terduduk di atas lantai.

Dengan suara kecil dan gemetar Cheng Fengfeng berkata: "Darimana aku akan mendapat darah manusia sebanyak itu?Terlebih lagi darah dari orang yang seumuran denganku…"

"Itu… Aku juga tidak tahu harus bagaimana."

"Ji Sixi!" tiba--tiba aku mendengar seseorang memanggil namaku. Suaranya terdengar marah dan tidak asing di telingaku, itu suara kak Yang Qin

Saat menyadarinya aku sangat kaget. Kak Yang Qin bukan mencariku karena marah atas apa yang aku katakan kan?

Aku kan hanya bilang tidak ingin bertemu dengannya untuk beberapa saat, bukan untuk selamanya.

Aku melihat ke sekeliling, tapi aku tidak bisa melihat kak Yang Qin.

Cheng Fengfeng melihatku dengan keheranan, lalu berusaha bangkit berdiri sambil berpegangan pada tembok kemudian mengulurkan tangannya dan menarikku ketakutan, "SIxi, kamu sedang mencari apa?"

"Bukan… bukan apa-apa."

Aku tidak tahu apakah mungkin karena ada Cheng Fengfeng sehingga Kak Yang Qin tidak menampakkan dirinya. Aku segera memegang tangan Cheng Fengfeng dan membantunya kembali ke dalam ruang asrama.

"Kamu kenapa terlihat sangat panik?"

"Aku seperti mendengar suara tante penjaga asrama." Kataku segera. Setelah mendengarnya, Cheng Fengfeng langsung menambah kecepatan jalannya.

"Cepat lari, kita tidak boleh ketahuan dengan tante penjaga asrama. Jika ketahuan kita pasti akan dihukum membersihkan kamar mandi selama 1 bulan."

Setelah mengatakannya Cheng Fengfeng langsung berjalan lebih cepat lagi.

Setibanya kami di kamar asrama, Cheng Fengfeng bertanya kepadaku, "Sixi, apa kita bisa bertukar kasur? Tidak mudah untukku naik turun tangga."

Aku mengiyakan permintaannya, lalu melepaskan sandalku dan naik ke kasur Cheng Fengfeng. Saat aku baru saja menaiki tangga, aku dapat merasakan udara dingin di sekitarku. Aku langsung menoleh ke arah pintu kamar asrama dan melihat kak Yang Qin. Dia terlihat sangat marah tapi wajahnya tetap terlihat tampan.

Saat itu aku langsung tersadar bahwa aku sedang terpesona melihat wajah kak Yang Qin. Seketika aku menggeleng-gelengkan kepalaku, berusaha untuk menyadarkan diriku.

Kak Yang Qin berjalan menghampiriku, tapi belum juga sampai di depanku Kak Yang Qin berteriak dengan nada marah, "Ji Sixi, apa kamu mau membatalkan pernikahan kita?!"

"..."

Dari mana dia mendapat pemikiran ini? Apa Liu Ruoyi salah menyampaikan pesanku?

"Aku..." saat aku akan membuka mulutku, aku menyadari di sini bukan tempat yang cocok untuk berbicara dengan Kak Yang Qin sehingga aku mengayunkan tanganku memintanya untuk keluar.

Kak Yang Qin melihat ke arahku dengan tatapan marah, kemudian menarik kerah bajuku dan mengangkatku turun dari tangga. Kak Yang Qin bahkan tidak memperdulikan kakiku yang tidak menyentuh lantai dan menjinjing tubuhku ke arah pintu.

Tapi sepertinya kak Yang Qin melupakan satu hal, yaitu aku tidak bisa menembus tembok seperti dirinya.

Terdengar suara "BRAK" dari arah pintu, aku menggertakan gigiku dengan erat karena kesakitan. Aku bisa melihat bahwa Kak Yang Qin dan teman-temanku sedang melihat ke arahku dengan tatapan keheranan.

Aku tertawa pahit dan menyadari Kak Yang Qin masih belum melepaskan tangannya dari kerah bajuku. Tapi bukannya sadar lalu melepaskanku, ia justru kembali menarikku dan berusaha membuatku menembus pintu asrama. Aku dapat merasakan tubuhku kesakitan.

"Hentikan, kakak mau membunuhku?!" teriakku karena tidak bisa menahan amarah.

Bahkan mereka yang sudah tertidur pun ikut terbangun karena teriakanku dan melihat ke arahku dengan keheranan.

Aku tahu, mereka pasti melihatku seperti seorang gadis bodoh yang sedang membentur-benturkan punggungnya ke pintu.

"Itu… punggungku terasa gatal, jadi aku melakukan ini untuk mengurangi rasa gatalnya." aku berusaha menjelaskan kepada semua orang agar tidak salah paham sambil menggosok-gosokkan punggungku pada pintu agar tidak ada yang curiga.

Kemudian Hu Shan bertanya kepadaku dengan suara pelan dan sinis, "Lalu apa maksud teriakanmu yang tadi?"

Seluruh orang melihat ke arahku seolah menunggu aku memberi penjelasan, tapi aku malah terdiam karena otakku membeku dan berhenti berputar.

Aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu, tapi aku merasakan Kak Yang Qin telah melepaskan tangannya dan aku segera berbalik badan berlari keluar dari kamar asrama.

Baru berlari beberapa langkah tangan Kak Yang Qin kembali menarik kerah bajuku dari belakang lalu menjinjing tubuhku dan membawaku terbang menuju atap asrama. Tidak dibutuhkan waktu yang lama untuk kami berdua sampai di atap asrama.

Kak Yang Qin tidak mempedulikan aku yang tidak terbiasa dengan kecepatan tinggi dan hanya dalam beberapa detik kami sudah tiba di atap.

Saat aku sadar, aku sudah berada di atas atap dan Kak Yang Qin melihatku dengan tatapan penuh kemarahan.

Jantungku seperti berhenti berdetak dan seluruh bulu kudukku berdiri. Aku belum pernah merasakan tubuhku berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dengan kecepatan seperti itu, aku seperti melakukan teleportasi!

"Katakan kepadaku apa maksudmu ingin putus denganku?" kata Kak Yang Qin dengan nada marah.

Aku tersenyum kecut.

"Aku tidak meminta putus."

"Bukankah kamu tidak ingin melihatku untuk beberapa saat?"

"Iya."

"Bagiku itu adalah kata lain dari putus."

"..."

Bagaimana mungkin kedua hal itu sama?!

Aku tidak berkata apapun. Saat itu Kak Yang QIn mendekatiku dan menempelkan wajahnya ke wajahku, aku berusaha menarik kepalaku kebelakang tapi dia menahan leherku.

"Kamu adalah wanitaku dan kamu harus ingat 3 peraturan ini. Yang pertama jangan berharap untuk bisa kabur, kedua kamu tidak akan pernah bisa kabur ,dan yang ketiga ingat peraturan pertama dan kedua."

Kata Kak Yang Qin kepadaku dengan sangat serius dan dingin seolah memintaku untuk mematuhi semuanya tanpa menimpali apapun. 

Aku menelan air liurku lalu melihat ke arahnya dan tertawa dengan pahit. Kak Yang Qin adalah orang yang tidak bisa aku buang dari kehidupanku. Aku menyadari sejak kejadian di atap sekolah kemarin. Seumur hidupku, aku tidak akan pernah bisa membuangnya.

Aku tidak bisa membuangnya, apa aku bisa menghindar darinya?