webnovel

Master of Faker Reborn

Petualangan baru dari Emiya Shirou dan teman-temannya di dunia baru setelah kemusnahan dari dunianya oleh karena ulah dari Gaia dan Alaya sendiri.Sekarang bagaimana kehidupannya di dunia yang baru? Sekuel dari Master of Evil Eyes in DxD World

Raylight25 · Tranh châm biếm
Không đủ số lượng người đọc
403 Chs

Chapter 296 - Negi vs Rakan 1

Begitu tiba di Ostia Arena. Negi tanpa membuang-buang waktu mengeluarkan sebuah kartu yang mirip dengan kartu pactio, hanya saja di kartu itu tidak ada gambar dari dirinya. Melainkan gambar yang ada di kartu itu ialah sebuah pedang besar dengan tulisan Eisen Meteor yang terukir pada pedang itu. Negi mengucapkan trace on secara berbisik dan kartu itu berubah menjadi pedang besar yang gambarnya tadi ada di kartu.

Rakan cukup terkejut melihat Negi tiba-tiba saja mengeluarkan Artefak, berbentuk sebuah pedang besar. Tapi ia tidak merasa terkesan dengan pedang besar yang dimunculkan oleh Negi, karena Rakan sebagai seorang pendekar yang memiliki banyak pengalaman bisa langsung tahu dengan sekali lihat meskipun pedang besar yang Negi keluarkan bukanlah pedang biasa. Pedang tersebut sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan pedang miliknya yang saat ini sedang ia pegang.

Setelah Negi mengeluarkan senjata miliknya, Kotarou juga melakukan hal yang sama. Ia mengeluarkan kartu bergambar sarung tangan tempur dan langsung memakai sarung tangan tempur tersebut di kedua tangannya.

(Saya tidak bisa menggambarkan sarung tangan tempurnya seperti apa, tapi bayangkan saja sarung tangan tempur itu adalah Boosted Gear hanya warnanya hitam)

Berbeda dengan Negi yang menancapkan pedang miliknya di tanah. Karena Negi sedang bersiap-siap untuk mengeluarkan seribu petir yang akan ia kombinasikan dengan Magia Erebea sedari awal makanya ia tidak bisa memegang pedang miliknya, karena itu hanya akan mengganggu konsentrasinya dalam mengucapkan mantra. Sebab sedari awal Negi bukanlah petarung yang menggunakan senjata ataupun ahli beladiri.

'Mereka berdua menggunakan Artefak di pertarungan ini, satu pedang besar yang tidak cocok untuk digunakan oleh seseorang dengan postur tubuh yang dimiliki oleh putranya Nagi sedangkan bocah hanyo itu menggunakan sarung tangan tempur yang memiliki elemen naga di dalamnya. Kedua Artefak itu bukanlah Artefak biasa, tapi levelnya terlalu rendah. Dengan Artefak Level C seperti itu, apa mereka pikir mereka bisa menang melawanku?'

Rakan memikirkan banyak hal ketika ia melihat kedua senjata yang dikeluarkan oleh Negi dan Kotarou. Ia tahu kalau kedua senjata yang dipakai oleh Negi dan Kotarou hanyalah senjata Level C tapi Rakan tetap merasakan adanya sesuatu yang berbeda pada kedua senjata itu.

'Aku tidak tahu darimana mereka mendapatkan kedua senjata itu, tapi yang jelas aku tidak boleh lengah. Karena walaupun kedua senjata itu terlihat seperti senjata berlevel rendah entah kenapa aku merasakan sesuatu yang tidak enak dari kedua senjata itu.'

"Karena Nagi-Sama dan Kojiro sudah tiba di arena, maka dengan ini pertandingan final dimulai!"

Setelah Succubus yang menjadi wasit, memulai pertandingan final dari Nagi Grandprix.

Negi tanpa ragu mengucapkan mantra untuk seribu petir dan mundur ke belakang sedikit sementara Kotarou yang maju ke depan.

"Rastel Mascir Magister To Sumbolaion Diakoneto Moi, Basileu Ouranionon!!!"

"Hmm, mantra petir tertinggi! Aku sama sekali tidak menyangka kalau dia akan berhasil menyempurnakannya! Kage, bisa kau urus dia agar dia tidak bisa menyelesaikan mantra itu?"

Rakan tidak terlihat kuatir ataupun panik ketika ia melihat Negi hendak menggunakan seribu petir, karena sebelumnya ia pernah terkena seribu petir secara langsung dan bertahan hidup walaupun tubuhnya mengalami cedera.

"Dengan senang hati, aku akan melakukannya, Sensei!"

Kagetaro memunculkan puluhan tombak bayangan untuk menyerang Negi. Tapi sebelum tombak bayangan itu bisa menyentuh tubuh Negi, Kotarou sudah berdiri di depan Negi dan menghentikan tombak itu dengan menggunakan bayangan miliknya sendiri yang ia jadikan sebagai tameng.

"Heh! Serangan semacam itu tidak akan bisa menembus dinding bayangan milikku!" Kata Kotarou yang dengan sengaja berkata seperti itu untuk memprovokasi Kagetaro.

"Hooh, dinding bayanganmu itu lumayan kuat juga karena bisa menghentikan tombakku, tapi apa kau bisa menghentikan seranganku selanjutnya!"

Sementara Kagetaro bersiap untuk melakukan serangan kedua. Rakan juga sedang bersiap untuk melakukan serangan, ia mengeluarkan tombak panjang yang ujungnya mirip dengan kapak menggunakan Artefak miliknya. Kemudian ia mengisi tombak itu menggunakan energi sihir miliknya dalam jumlah yang banyak untuk memperkuat daya hancur dari tombak itu.

Kagetaro mengumpulkan dan menyatukan tombak bayangan miliknya menjadi satu tombak bayangan yang sangat besar lalu setelahnya ia menembakkan tombak bayangan itu ke arah Kotarou.

Kotarou tersenyum sambil memperlihatkan giginya yang putih. Ia tidak terlihat takut ataupun gentar dengan tombak bayangannya Kagetaro, karena ia sudah memperkirakan serangan dengan level kekuatan seperti itu akan diarahkan kepadanya.

Ketika tombak bayangan itu akan menyentuh tubuhnya Kotarou dengan santainya menyerap tombak bayangan itu menggunakan sarung tangan tempur yang ada di tangan kanannya. Sarung tangan tempur itu memang tidak bisa menyerap sesuatu yang memiliki wujud fisik, tapi karena tombak bayangannya Kagetaro bukanlah serangan fisik melainkan energi yang memiliki sifat memotong. Kotarou bisa dengan mudah menyerap tombak itu.

"Kau menyerap seranganku menggunakan sarung tangan tempur berwarna hitam itu, ya," Kata Kagetaro. "Aku tidak tahu kalau kau memiliki Artefak yang memiliki kemampuan seperti itu. Tapi sayangnya serangan yang kulakukan kepadamu hanyalah serangan pembukaan, serangan yang sebenarnya akan dilakukan oleh Rakan-Sensei."

Sesudah Kagetaro selesai mengucapkan hal itu, Kotarou bisa merasakan sesuatu yang mengerikan sedang berkumpul pada satu titik. Kotarou melihat ke udara yang merupakan titik dimana energi sihir yang mengerikan itu berkumpul dan di udara ia bisa melihat Rakan yang sedang melayang sambil memasukkan energi sihir dalam jumlah sangat besar ke dalam tombak yang ada di tangan kanannya.

Wajah Kotarou memucat, energi sihir yang terkumpul di dalam tombak itu cukup untuk meratakan arena bahkan area di sekitar arena. Dan dengan level kekuatan yang ia miliki saat ini, ia sadar kalau ia tidak akan bisa menahan serangan semacam itu.

Negi yang berada di belakang Kotarou juga merasakan hal yang sama, sampai-sampai ia menelan ludahnya. Negi menunda mantra yang sedang ia ucapkan menggunakan delay spell lalu dengan cepat mencabut pedang miliknya yang ia tancapkan ke tanah. Karena ia tahu kalau pedang miliknya adalah satu-satunya kesempatan untuk melindungi dirinya dari serangannya Rakan.

"Kau mau menyerangku dengan serius menggunakan seribu petir, boleh saja," Kata Rakan sambil memperlihatkan senyuman yang mengerikan di wajahnya. "Akan kuperlihatkan keseriuasanku yang sudah lama sekali tidak pernah kutunjukkan kepada siapapun!"

Rakan melempar tombak itu ke arah Negi dan begitu tombak itu menyentuh tanah, ledakan yang sangat besar terjadi di arena. Seluruh penonton yang ada di arena terkejut dan dibuat kaget dengan daya hancur dari serangannya Rakan. Dan kalau saja dinding pelindung yang ada di arena tidak diperkuat mungkin seluruh arena sudah lenyap tanpa sisa beserta dengan seluruh penonton yang ada di arena.

***

"Apa dia sudah gila!" Teriak Taiga yang menonton pertandingan final di ruangan ViP bersama dengan Shirou, Arturia, Rin, Sakura, Luvia, Illya, Kuro dan Miyu. "Kalau saja Shirou tadi tidak melindungi ruangan ini menggunakan Rho Aias bisa-bisa kita semua terluka karena serangan barusan! Harusnya dia belajar untuk menahan diri kalau mau melakukan hal semacam itu!"

"Yah, yang barusan itu bisa dibilang menahan diri, lho," Kata Shirou yang merasa lega karena efek dari serangannya Rakan sudah berhenti. "Karena kalau dia mengeluarkan seluruh kekuatan yang ia miliki bisa-bisa seluruh new Ostia akan lenyap tanpa sisa."

"Kalau yang barusan itu menahan diri dan kalau seluruh kekuatan yang ia miliki cukup untuk memusnahkan new Ostia, seberapa kuat Jack Rakan sebenarnya?" Tanya Kuro yang dibuat kaget dengan pernyataaanya Shirou.

"Jack Rakan itu selevel denganku dan ayah kandungku," Jawab Shirou. "Tapi itu kalau aku tidak menggunakan kekuatan Alucard. Kalau aku menggunakan kekuatan Alucard dia tidak selevel denganku."

"Kalau dia yang setara dengan Onii-chan bisa menghancurkan sebuah kota besar, kira-kira seberapa kuat Onii-chan yang menggunakan kekuatan dari Alucard?" Tanya Illya yang terlihat penasaran dengan level kekuatan yang yang kakaknya miliki.

"Shirou bisa menghancurkan permukaan sebuah benua kalau ia mengeluarkan seluruh kekuatannya dalam mode Alucard," Jawab Rin yang bangga memberitahukan Illya level kekuatan yang dimiliki oleh suaminya. "Itu adalah level kekuatan yang dimiliki oleh Shirou saat ini."

Mulut dari Kuro, Illya dan juga Miyu menganga ketika mereka bertiga mendengar penjelasan Rin. Mereka tidak menyangka kalau kekuatan penuh Shirou bisa begitu kuat.