webnovel

Kembali ke Masa Lalu

Tik … tok … tik … tok … begitulah suara jam dinding berbunyi yang terus menerus menghantui isi kepala Cheryl. Keringatnya bercucuran mengingat apa yang akan ia hadapi untuk ke depannya kelak.

Kini ia sedang duduk di depan meja makan yang sudah dipesan secara VIP oleh seseorang, seseorang yang nantinya akan menjadi cukup berguna baginya.

"Bagaimana ini? Bisakah aku melakukannya?" gumamnya ragu dengan tubuh gemetar, sembari menggigit kuku jarinya, sebuah kebiasaan yang ia lakukan ketika banyak pikiran.

Kritt …!! Suara pintu pun terbuka, dengan sigap ia melihat ke arah sumber bunyi.

*** Flashback ***

Malam hari yang begitu indah dan penuh kelap-kelip, Cheryl duduk di depan meja makan restoran elite, menunggu suaminya tiba di sana, Aaron.

Cheryl baru saja tiba di tempat sekitar 15 menit yang lalu, walau begitu ia tetap dengan sabar menunggu suaminya.

20 menit kemudian … masih belum ada tanda-tanda kedatangan Aaron. 25 menit kemudian … bahkan hingga makanan yang sudah dipesan pun tiba, Aaron belum saja menampakkan hidungnya.

"Hmmm … lama sekali …," pikir Cheryl sembari melihat jam tangannya dengan raut wajah sedih.

Bagi Cheryl, hari ini adalah hari yang paling berarti, hari yang menjadi sejarah awal permulaan hubungan mereka. "Padahal ini hari ulang tahun pernikahan kita." Ia tidak menyangka, hari ulang tahun pernikahannya yang ke-10 akan menjadi seperti ini.

Setelah memeriksa kembali handphone-nya, Aaron belum membaca chat-nya. "Apa mungkin dia sibuk, ya?" pikir Cheryl.

"Maaf, Nyonya, sebentar lagi restoran akan tutup. Apa Nyonya keberatan jika saya bungkus saja makanannya?" Seorang pelayan menawarkan bantuan pada Cheryl.

"Boleh, terima kasih." Melihat Aaron yang tidak menepati janjinya, ia sendiri tidak nafsu makan.

***

Brrmm …!!! Cheryl pun menyalakan mobilnya, segera ia mengendarai menuju rumah. Di tengah perjalanan, ia terpikir akan sikap dan perilaku Aaron yang berubah selama 5 tahun belakangan ini.

"Apa dia sudah mulai bosan denganku? Atau … karena aku belum kunjung memberikannya keturunan?" pikirnya.

"Hahhh … aku juga bingung … apa yang salah, ya? Padahal sudah berkali-kali ke dokter untuk konsultasi, tapi kenapa aku belum kunjung hamil, ya?"

Lampu merah pun menyala, Cheryl memberhentikan mobilnya. "Kira-kira apa yang sedang ia lakukan sekarang, ya? Apa sebegitu sibuknya sampai dia tidak bisa datang?"

Namun sembari berpikir, ia melihat sesuatu yang cukup menarik perhatian. Sesosok pria dengan pakaian yang seringkali ia lihat di kehidupan sehari-hari, dengan rambut cokelat dan wajah yang cukup familiar. Awalnya Cheryl mengira ia salah lihat, atau mungkin sedang berhalusinasi saking lelahnya dengan pekerjaan. Tapi, ternyata tidak.

"Tidak salah lagi … dia pasti Aaron! Apa yang ia lakukan-"

Dengan shock-nya ia melihat Aaron sedang bergandeng tangan dengan Bella, sahabatnya sejak SMA. Matanya terbelalak, ia hampir tidak percaya.

Tidak lama setelah itu, lampu hijau pun menyala. Cheryl yang tadinya ingin pulang, memutuskan untuk mengikuti kedua sepasang yang terlihat seperti orang-orang yang ia kenal dengan perlahan dari belakang.

Sampailah mereka di depan gedung Club La Voir, memasukinya dengan santai.

"Apa mereka ingin membicarakan sesuatu? Tapi kenapa harus di Club?" Cheryl berusaha berpikir positif, sambil ia keluar dari mobil.

Memasuki Club, kepalanya langsung pusing. Selain tidak terbiasa dengan musik yang disetel kencang, belum lagi ditambah dengan bau alkohol dan rokok, ia juga terus memikirkan suaminya, Aaron.

"Ramai sekali, bagaimana aku bisa menemukan keduanya di tengah keramaian begini?" batinnya.

Untungnya, matanya yang begitu jeli bisa menemukan jejak keduanya. Kini ia bisa melihat dengan jelas keduanya yang sedang bermesraan di sebuah meja, terlihat sedang memesan alkohol.

DEG!!! Jantung Cheryl seperti berhenti berdetak dalam waktu sedetik, shock berat dengan apa yang ia lihat dengan jelas. Walau begitu, suasana yang berisik membuatnya tidak bisa menguping pembicaraan keduanya.

Tidak lama dari itu, Aaron mengajak Bella untuk berpindah tempat. Dengan cepat, Cheryl mengikuti mereka. Mereka menuju ke suatu lorong yang penuh dengan pintu kamar, sepertinya sudah memesan kamar.

Untungnya lorong sepi, ia bisa menguping dengan jelas.

"Aaa … sayang! Jangan nakal begitu, dong!" Terdengar suara Bella yang begitu menjijikan di telinga Cheryl.

"Memangnya kenapa? Kan hanya kita berdua saja!" balas Aaron disertai dengan suara decitan tempat tidur, menjelaskan apa yang akan terjadi untuk ke depannya.

Semakin lama didengar, semakin panas rasanya kepala Cheryl.

"Sudah cukup … ini sudah menjelaskan semuanya," batin Cheryl, yang sudah siap meninggalkan tempat. Namun mendadak saja seseorang yang mabuk menarik tangan Cheryl.

"Hei! Kau terlihat sedang sendirian … sedang menungguku?" ucapnya dengan bau alkohol yang menyebar ke mana-mana, membuat Cheryl ingin muntah.

"Lepaskan!!!" teriaknya dengan kencang, membuat suara yang ada di dalam kamar itu seketika berhenti.

"Jangan begitu mainnya, terang-terangan saja denganku!"

Kriettt!!! Pintu pun dibuka, dan Cheryl melihat Aaron yang hanya setengah pakaian. Di belakangnya ada Bella yang sedang bersembunyi. "C-Chery-"

"Eh? Kalian mengenalnya?" tanya si pria pemabuk itu.

"K-" Bella yang hendak menjawab dipotong oleh Aaron yang menatap dingin Cheryl. "Tidak."

"Kalau begitu, wanita ini boleh kubawa?" lanjut lagi si pria pemabuk dengan tawa bahagia, menggenggam lengan Cheryl.

Dengan mata berkaca-kaca Cheryl menatap Aaron tak percaya. "Benarkah?"

"Sini-"

"Benarkah kalian main di belakangku?! Benarkah?! Jawab aku!!!" Cheryl langsung memberontak, melepas genggaman si pria pemabuk dan menggenggam kedua lengan Aaron, namun Aaron tidak menjawab.

"KATAKANLAH! AKU AKAN MEMPERCAYAI APA KATAMU, HIKS!" Tangis Cheryl dengan kencang, hatinya seperti berkali-kali tertusuk.

"Maaf, kita tidak saling kenal," ucap Aaron mendorong Cheryl hingga jatuh. Tak disangka ia akan diperlakukan seperti ini oleh orang yang ia percaya selama bertahun-tahun.

"Sini, main denganku!" Si pria pemabuk mulai menyentuh Cheryl, membuat Cheryl kesal. Cheryl mendorongnya kencang, dan berteriak, "MENJAUHLAH DARIKU!"

Seketika hal itu membuatnya marah. "BERANINYA KAU!" Si pria pemabuk yang kehilagan kendali memukul kepala Cheryl dengan botol alkohol hingga pecah. Melihat hal demikian, Aaron dan Bella memasang ekspresi shock.

Itulah hal yang terakhir kali Cheryl lihat sebelum ia meninggalkan dunia.

"Aku benci Aaron …"

"Aku benci Bella …"

"Aku benci teman-temanku dahulu …"

"Aku benci semuanya … mereka munafik!"

"Aku menyesal sudah memilih Aaron sebagai suamiku, dan Bella sebagai sahabatku."

"Jikalau Tuhan memberikanku waktu untuk yang kedua kalinya, aku akan menghindari kematianku ini dan hidup dengan bahagia."

Samar-samar suara sirine ambulan pun terdengar, namun nyawa Cheryl sudah tidak tertolong.

***

Suara kicauan burung merdu menenangkan hati. Sinar matahari yang tidak terik, sehingga membuat cuaca lebih sejuk.

"Nyaman sekali … hangat … apa aku berada di surga?" batin Cheryl dalam keadaan menutup mata, menikmati kehangatan cuaca.

" …Ryl!" Samar-samar terdengar suara yang memanggilnya.

"Cheryl!" Suara yang terdengar familiar memanggilnya.

"Eh? Seperti kenal dengan suaranya … bukankah itu suara Lila? Bukankah terakhir kali aku lihat di kantor ia sehat-sehat saja?"

"Cheryl! Bangun! Kita dapat tugas baru!" Lila membangunkan Cheryl, membuat Cheryl terkejut tidak main.

Brakkk!!!

"A-apa? Apa-apaan ini?" Cheryl melihat ke cermin dengan ekspresi shock.

"Ini kan wajahku 10 tahun yang lalu!!!"