webnovel

Gagal bercinta

Sementara itu, sosok pria yang dari tadi bersembunyi di bawah kolong ranjang, terlihat mengepalkan kedua tangannya dan buru-buru keluar dari tempat persembunyian. Dia yang awalnya tengah tiduran santai di atas ranjang sambil menunggu kedatangan Arabella, sama sekali tidak menyangka jika wanita yang sangat dibencinya itu datang bersama seorang pria.

Karena begitu ia mendengar suara bariton dari seorang pria yang berbicara dengan Arabella, membuatnya langsung buru-buru bersembunyi di kolong ranjang agar tidak sampai ketahuan. Tentu saja selama di bawah sana, ia sibuk mengabsen seluruh isi kebun binatang untuk melampiaskan amarahnya dengan cara mengumpat di dalam hati.

Sosok pria yang tak lain lain adalah Leonard, kini merasa sangat lega dan bebas begitu keluar dari bawah ranjang. Setelah berhasil mempermalukan wanita yang sangat dibencinya di restoran, dia pergi ke rumah kontrakan Arabella karena mempunyai kunci cadangan. Saat ini, terlihat tersenyum menyeringai dan mendaratkan tubuhnya di atas ranjang yang menjadi tempat peristirahatan Arabella.

"Bermain-main dengan wanita murahan itu sangat menyenangkan dan bisa membuang kebosananku selama ini," lirih Leonard yang sudah menyilangkan kaki sambil menatap pintu kamar mandi di depannya.

Leonard tidak mengalihkan pandangannya pada pintu kamar mandi yang masih tertutup itu. Tentu saja dia bisa mendengar suara gemericik air dari dalam dan menandakan bahwa sosok wanita yang sangat dibencinya itu tengah mandi di bawah guyuran air shower. Beberapa menit kemudian, keran air yang ditutup, menandakan bahwa kegiatan Arabella yang tengah mandi sudah selesai.

Dengan tersenyum smirk, Leonard sudah menghitung dengan jari tangannya saat menunggu detik demi detik Arabella keluar dari kamar mandi.

"Satu, dua, tiga."

Senyuman menyeringai tampak jelas dari wajah tampan Leonard saat mendengar suara kenop pintu yang dibuka dari dalam dan netra pekatnya kini tengah ber-sitatap dengan bola mata yang membeliak saat menatap ke arahnya.

Bahkan dia tidak berkedip saat menatap ke arah sosok wanita dengan kulit putih yang hanya melilitkan handuk sebatas dada dan paha. Tentu saja sebagai seorang laki-laki normal, melihat pemandangan menggiurkan di depan matanya itu, refleks membuat dia menelan salivanya dan tidak lupa hasrat dan gairah seketika bangkit.

"Wah ... wanita murahan sepertimu berhasil membuatku ingin menyalurkan hasrat seksual. Ini adalah sebuah anugerah untukmu saat aku mau tidur denganmu, wanita murahan!"

Jantung Arabella saat ini tengah berdetak sangat kencang melebihi batas normal begitu melihat sosok pria yang selalu mengacaukan kehidupannya yang tenang. Bahkan kini dia benar-benar sangat ketakutan saat melihat sorot mata tajam seperti binatang buas yang hendak menerkamnya.

Arabella kini mundur ke belakang dengan berusaha menutupi bagian atas tubuhnya, agar tidak sampai membuat Leonard melihat tubuhnya yang terekspose sangat jelas.

"Pria berengsek! Bagaimana mungkin kau ada di sini! Keluar dari rumahku, atau aku akan berteriak dan membuatmu dipukuli para tetangga. Keluar!" teriak Arabella dengan sangat kencang.

Dia melirik ke arah pintu kamar yang tadi tidak ditutup, sekarang malah sudah tertutup. Tentu saja saat ini tengah berpikir akan berlari keluar untuk mencari sebuah pertolongan dari para tetangga. Namun, suara bariton dari Leonard malah membuatnya semakin frustasi dan lemas seketika.

"Berteriak saja sekencangnya, wanita murahan. Aku akan membuatmu semakin dipermalukan. Apa kamu tidak sadar penampilanmu saat ini? Yang ada, semua orang akan menghinamu seorang pelcur." Leonard sudah bangkit dari ranjang dan berjalan ke arah Arabella dengan tersenyumlah smirk.

Arabella yang merasa sangat ketakutan, tidak jadi berteriak karena membenarkan perkataan dari Leonard. Dia buru-buru masuk ke dalam kamar mandi untuk melindungi dirinya dengan mengunci pintu dari dalam. Namun, belum sampai dia mengunci pintu kamar mandi, tangan kuat Leonard menahan pintu.

"Dasar pria berengsek!" teriak Arabella yang masih berusaha tidak menyerah untuk melindungi dirinya dan beradu kekuatan dengan pria yang tengah menahan pintu.

"Sadar diri dan menyerahlah, wanita murahan. Lebih baik kita menghabiskan malam ini dengan penuh kenikmatan. Daripada kamu berlagak sok suci dan membuatku berbuat kasar padamu," sarkas Leonard yang sudah berhasil menggagalkan rencana Arabella saat ingin mengunci pintu.

Arabella terhuyung ke belakang dan membuat tubuhnya terhempas ke dinding. Tentu saja dia meringis kesakitan. Namun, di saat yang bersamaan, ia mendengar suara bariton dari pria yang sangat dikenalnya tengah mengetuk pintu dan memanggil-manggil namanya.

"Arabella ... Arabella ...."

Leonard refleks langsung ber-sitatap dengan manik bening penuh ketakutan wanita di hadapannya.

"Berengsek! Apa itu adalah satu pelangganmu, wanita jalang? Ada berapa banyak pria yang sudah bercinta denganmu? Kamu memang wanita murahan."

Sementara itu, Arabella sama sekali tidak memperdulikan hinaan dari Leonard karena hanya satu-satunya yang dia inginkan hanyalah selamat dari pria yang menurutnya sangat menjijikkan tersebut.

Sedangkan Leonard yang merasa dirinya akan gagal memberikan pelajaran pada sosok wanita yang berniat membuka mulutnya untuk berteriak meminta tolong, membuatnya langsung memutar otak untuk mencari jalan keluar.

Pada akhirnya Leonard menemukan jalan keluar dan hal pertama yang dilakukannya adalah mengunci pintu kamar mandi dan melepaskan satu persatu kancing kemejanya.

Arabella yang tidak bisa berpikir jernih, hanya berpikir bisa lepas dari kegilaan pria yang terlihat bertelanjang dada di depannya. Kini, dia berteriak sekencang-kencangnya untuk meminta pertolongan dari Billy dan berharap ada sebuah keajaiban untuknya.

"Bily, tolong aku! Dobrak pintunya! Tolong aku. Ada pria bajingan di sini!" Suara Arabella tercekat di tenggorokannya. Bahkan kini dia sudah berlinang air mata.

Arabella yang merasa kehilangan tenaga, sudah berjongkok dan hanya menangis tersedu-sedu sambil menutup wajahnya karena tidak ingin melihat tubuh pria yang sangat dibencinya.

Hingga suara pintu yang didobrak dari luar tertangkap indera pendengarannya. Ia yang merasa ada sebuah peluang untuk selamat, refleks membuka tangan yang tadinya ada di wajahnya dan melihat Leonard sudah memakai handuk sebatas pinggang.

Di saat yang bersamaan, Arabella bisa melihat sosok pria yang tengah terengah-engah baru saja berhasil mendobrak pintu kamarnya.

"Billy," ucap Arabella dengan wajah yang sudah sedikit merasa sangat lega.

Billy yang melihat pemandangan di depannya, merasa semakin kesal saat ber-sitatap dengan pria yang kini tengah tersenyum menyeringai ke arahnya. Refleks dia langsung mengarahkan tinjunya pada wajah tampan tersebut.

"Bajingan!"

Sementara itu, Leonard yang sama sekali tidak melawan, masih tersenyum saat sudut bibir sebelah kirinya robek. " Kau menggangu kami yang sedang bercinta." Mengarahkan tangannya dan membalas pukulan dari pria di depannya dengan sangat kuat.

"Berengsek! Kamu benar-benar sudah mengganggu kesenanganku! Membusuklah di neraka!" Leonard mengarahkan kakinya yang panjang untuk menendang lutut pria yang sama sekali tidak dikenalnya dan juga mengepalkan kedua tangannya untuk meninju wajah tersebut.

To be continued...