webnovel

MAFIA x Love Phobia

Sinopsis : Bagaimana rasanya menjadi orang yang selalu dipermainkan sampai kau tak memiliki perasaan?. Eva tertipu dan menjadi korban human trafficking bersama puluhan korban lainnya yang terus bertambah. Mereka semua ditampung di sebuah tempat seperti para budak sebelum akhirnya dijual ke berbagai negara melewati jalur 'bawah' untuk dijadikan alat pemuas nafsu, pelayan, dan lain sebagainya. Saat itulah dirinya bertemu dengan Ald Wyn di saat ada banyak orang yang berusaha kabur dari tempat penampungan namun Eva justru hanya diam dan duduk manis tanpa mengeluh atau mencoba kabur. Ald, semua orang bawah mengenalnya, segan padanya dan menghormatinya sebagai ketua mafia yang bijak dan dingin. Namun, tak ada yang tau tentang sang ketua pemilik fobia cinta itu. Ald tertarik pada Eva dan mendatanginya sebagai seorang pangeran penyelamat. Tujuannya hanya satu, yaitu menjadikan Eva mainan barunya. Untuk Ald yang harus melampiaskan rasa takut dan kecewanya dengan membuat orang lain merasakan hal yang sama dengannya. Tentu saja setelah ia menguasai hati Eva ia akan membuangnya untuk melihat raut wajah yang terkhianati karena hal itu menjadi kebahagiaan sendiri bagi Ald. "Kau tak lebih hanya mainan untukku" Satu hal yang tidak Ald ketahui jika Eva telah menyadari perasaan palsu Ald sejak awal karena dirinya sudah terlalu sering dipermainkan. "Aku akan bersedia menjadi bonekamu dan bermain peran dalam panggung dramamu, asal kau seorang sutradara yang mahir"

YuuSa · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
6 Chs

3. Terjerat & Dijerat

      Sama-sama diikat. Tak ada pilihan yang dapat dikatakan bagus. Namun, daripada terjerat kehidupan yang menyiksa, bolehkah aku memilih dijerat malaikat kematian saja?. Jujur, aku sangat lelah dan ingin mengakhiri semuanya. Dan disinilah aku melihat jalan itu. Jalan dimana aku tak lagi dapat melangkah. Jalan buntuk yang berakhir di gerbang kematian. Akhirnya aku bisa istirahat dalam keabadian.

"Aku. Tidak. Ikut" tiga kata itu Eva ucapkan dengan pelan namun tak ada keraguan dalam nada suaranya sehingga sosok wanita yang sepertinya ahli strategu itu tertegun sesaat. Ia menatap Eva dengan aneh. Bahkan sorot matanya bertanya-tanya, apakah orang di depannya ini orang dari rumah sakit jiwa yang malang?.

"Hei. Jangan bercanda. Ayo pergi bersama!. Kau bisa percaya padaku" tukas wanita itu. Dia masih bicara dengan cara berbisik.

Eva kagum dengan tekadnya untuk melarikan diri, namun kata-kata terakhir yang ia dengar justru membuat Eva semakin kehilangan minatnya untuk menggerakan kakinya. Saat ia mendengar kata "kau bisa percaya padaku" hatinya terdiam. Eva sama sekali tidak dapat mempercayai siapapun. Sudah berapa banyak orang yang menipunya?. Eva sudah tak lagi percaya dengan kata 'percaya'. Bahkan orang baik seperti Bos nya yang memberikan pekerjaan untuknya pada akhirnya tak dapat ia 'percaya'.

Siapa lagi yang dapat ia percaya jika orang 'baik' pun tak lagi dapat dipercaya?. Ah. Mungkin aku harus mempercayai iblis yang lebih jujur walau terkadang ia licik dan senang mempermainkan manusia?.

Wanita itu mengerutkan dahinya ketika ia hanya mendapatkan jawaban dari gelengan kepala Eva dan akhirnya Eva ditinggalkan seorang diri dalam ruangan besar itu. Ia kembali sendirian sementara mereka semua berusaha berlari. Eva justru membuat bahunya rileks. Ia bersandar di tembok yang sama dinginnya dengan lantai yang ia duduki lalu memejamkan matanya. Ia sudah lelah berlari. Ia lebih ingin menikmati waktunya untuk tidur dengan tenang dan akhirnya ia mendapatkannya saat ini. Eva kembali terlelap sebelum akhirnya ia dibangunkan oleh suara-suara berisik senapan dari luar yang sangat terdengar nyaring. Padahal Eva baru enam puluh menit menggunakan waktunya untuk tidur. Dan ketika bangun ia mendapati pintu ruangan tempatnya di sekap dibuka dengan begitu keras.

Beberapa orang berpakaian serba hitam masuk melalui pintu itu sembari menyeret masuk para kelinci yang hendak kabur tadi. Rupanya mereka telah diterkam serigala yang lapar. Dan sekarang darah-darah segar yang mengalir dari segala penjuru tubuh para kelinci malang itu membanjiri lantai marmer yang bersih dan dingin. Eva bahkan dapat merasakan jika cairan berwarna merah yang mengalir ke bawah kakinya terasa masih begitu hangat.

Orang-orang berpakaian hitam itu memyeret semua buruannya dan menumpuk semua mayat kelinci itu di satu tempat. Setelah iti mereka nampak berbicara satu sama lain begitu melihat sosok kelinci yang terdiam di sudut ruangan. Kelinci yang tak lagi ingin berlari untuk bermain kejar-kejaran dengan serigala. Kelinci yang tiba-tiba menjadi bintang di atas panggung sulap ketika ia muncul dari dalam topi.

"Tuan. Ada satu yang tak ikut dalam permainan"

"Apa?!. Benarkah?" Suara dari luar ruangan itu nampak begitu bersemangat. Sosok itu menyerahkan pistol yang tadi tengah ia bersihkan karena sedikit terkena noda merah kepada salah satu orang berpakaian hitam disana dengan sembarangan. Ia gak peduli pada pistol yang sudah tak memiliki peluru itu lagi dan memilih melihat kelinci seperti apa yang keluar dari dalam topi pesulap untuk menghibur penontonnya?.

Untuk yang kedua kalinya. Eva bertemu dengan manik hazel gelap milik Ald Wyn yang kini nampak bercahaya karena melihat seekor kelinci yang masih bersih. Kelinci yang nampaknya bisa membuat rasa laparnya menghilang. Kelinci langka liar yang dapat ia makan.

"Oh. Hebat!. Dia benar-benar tidak ikut dalam rencana pelarian mereka!" Ucap Ald Wyn dengan bahagia.

Ald terus menatap Eva dengan perasaan euforia yang sulit digambarkan. Senyumnya kali ini tak seperti saat Eva melihatnya pertama kali. Saat ini Eva benar-benar melihat senyuman 'asli' dari wajah Ald Wyn yang tanpa topeng.

"Siapa namamu?" Tanya Ald pada Eva.

"E ... Eva" suara Eva bergetar meski wajahnya tenang.

"Bagus. Eva, kau harus ikut pulang denganku" ucap Ald. Dia bahkan melepaskan ikat tali yang menjerat tangan dan kaki Eva dengan gerakan tidak sabar seolah dikejar waktu. Ald mendadak menjadi pangeran yang tengah menyelamatkan sang putri dari penjahat yang telah menculiknya. Mereka harus segera pergi sebelum penjahat itu kembali. Dan itu adalah hal yang hanya terjadi dalam kisah dongeng. Setidaknya menurut Eva. Ia tak pernah benar-benar berharap ada sosok seperti pangeran yang melepasakan tali jeratannya untuk kembali dijerat dalam tali yang sama dengan dirinya.

Sekarang, Eva berada di tali yang sama dengan Ald Wyn.

Setelah Eva dibawa keluar dari gedung yang tinggi mencakar langit itu. Hal pertama yang ia lihat adalah malam yang tengah dirobek oleh waktu. Ia tak tau sudah berapa lama dirinya disekap. Dan sekarang ia sudah berada dalam sebuah mobil mewah yang tak pernah Eva rasakan. Bahkan hanya untuk bokongnya yang menyentuh kursi mobil mewah itu, Eva merasa sangat terhormat dan berterimakasih. Ia berfikir. Sebelum akhir hidupnya, ia diberi kesempatan untuk merasakan kemewahan seperti diberikan pakaian mahal atapun makanan mewah yang lezat yang harganya takkan mampu dihitung lagi oleh akal sehat Eva.

"Kau pasti lapar. Ayo makan" ucal Ald pada Eva. Sementara itu, Eva masih sibuk berdecak kagum pada pemandangan daging kelinci panggang di depannya. Ada juga daging domba yang menggoda pencernaan Eva yang sudah cukup lama tak diisi. Kapan ia terakhir kali makan mie instan?. Eva tak ingat.

"Kenapa diam. Kau tidak suka?" Ald bertanya lagi dengan heran. Sementara itu Eva dalam hati hanya ingin mengumpat kesal. Ia berkata. Bisakah serigala didepannya ini diam sebentar?. Apa dia tidak tau jika Eva saat ini tengah mencoba membuat jejak ingatan dalam kepalanya tentang makanan mewah di hadapannya itu?. Momen ini penting dna cukup bagus untuk disimpan dalam memorinya. Kenapa serigala ini terus mengaung berisik?!.

Setelah selesai dengan kegiatan merekamnya dan mengumpatnya. Akhirnya Eva menyentuh daging itu. Ia tak percaya jika lidahnya diberikan kesempatan untuk mengecap rasa dari daging domba yang lembut dan daging kelinci yang gemuk. Sudah jelas jika dua hewan itu sengaja diternak untuk dijadikan hidangan para serigala elit yang terus meneteskan liurnya itu. Cukup menjijikan bagi Eva melihat serigala seperti ini, namun Ah ... Ia berharap akan dijadikan seperti salah satu hewan itu. Domba atau kelinci. Yang manapun boleh asalkan ia dirawat dan diberi perlakuan khusus sebelum berakhir di atas meja hidangan para elit itu.

Saat ini surga tengah mengelilingi Eva. Namun ia tak sadar jika para iblis tengah mengelilingi surga juga.

Setelah selesai dengan surganya. Akhirnya Eva harus bertemu dengan iblis yang tengah menunggunya sejak tadi. Tak ada yang gratis di dunia ini. Begitulah Ald wyn berfikir. Tenti saja semua makanan yang ia berikan kepada Eva juga tidaklah ia berikan secara cuma-cuma. Eva harus membayarnya. Namun Ald Wyn memberikan kebebasan pada Eva. Ia tidak pedulo bagaimana Eva akam membayar makanan yang telah diberikan kepadanya itu. Bahkan jika Eva memberikan tubuhnya, Ald Wyn akan senang hati menerim pembayaran itu.

"Jadi ... ceritakan padaku. Kenapa kau tidak ikut melarikan diri seperti yang lainnya?" Tanya Ald dengan santai. Kini saat dirinya yang menyantap daging-daging itu.

"Aku. Tidak bisa. Lari" begitulah jawaban jujur Eva yang memang benar apa adanya. Ia sudah tak mengisi perutnya selama beberapa hari, jadi ia juga tak memiliki kekuatan untuk menggerakan kakinya hanya untuk bermain kejar-kejaran dengan serigala.

"Tidak bisa lari?, hm. Kau pasti sangat ketakutan sampai-sampai tak bisa bergerak ya?. Kasihan ..." Ald berkata tanpa peduli sedikitpun. Bahkan ketika ia mengatakan kata 'kasihan' pada Eva. Ia tak memasukan empati kedalamnya sedikitpun.

"Oh ya. Apa kau suka makanan yang tadi?" Tanyanya. Ald nampak seperti bertanya pada seorang yang cocok jadi lawan bicaranya, padahal saat ini ia tengah berbicara pada salah satu korban penculikannya. Sementara itu Eva hanya mengangguk. Bagaimana bisa ia menggelengkan kepalanya dan berkata 'tidak' pada makanam selezat itu?. Tubuhnya tidak akan bisa berbohong.

"Baiklah. Mulai sekarang. Kau hanya perlu berada disisiku dan kau bisa makan seperti itu lagi. Apa kau suka?" Ucapnya.

Eva belum memberikan jawaban namun Ald sudah berhenti dari kegiatan makannya setelah mobil berhenti bergerak. Nampaknya mereka telah sampai pada tujuan.

Ald Wyn turun dan memerintahkan pelayan untuk mengurus Eva.

"Boneka ini spesial. Jangan sampai kalian merusaknya" ucap Ald sebelum ia benar-benar masuk kedalam rumah yang tak dapat dikatakan rumah itu. Sebuah mansion besar bak istana berdiri dihadapan Eva.

Dan dalam sekejap mata, Eva telah berubah menjadi seorang putri cantik yang dihiasi gaun elegan nan mahal yang tak pernah ia rasakan menempel di tubuhnya. Setelah itu ia diantar ke sebuah kamar dalam mansion mewah itu. Sebuah kamar yang sangat-sangat membuat Eva tak bisa berhenti terpesona. Rasanya ia membutuhkan banyak memori untuk merekam segala kemewahan itu.

Di dalam kamar itu, Eva melihat sosok Ald yang sudah duduk di atas sofa dengan hanya setelan celana panjang dan kemeja hitamnya yang digulung lengannya.

"Kemari dan duduklah disini" Ald mengisyaratkan agar Eva duduk di atas pangkuannya. Dan tanpa perintah ulang, Eva langsung mengerjakan apa yang diminta serigala itu. Lagipula Eva tak menemukan hal yang membuatnya harus menolak duduk di atas pangkuan pria tampan itu.

"Kau sangat patuh ketika aku menyuruhmu duduk disini. Boneka-boneka yang sebelumnya membutuhkan banyak waktu hanya untuk duduk di atas sofa ini. Tapi mari kita lihat. Apakah kau akan patuh dengan perintahku yang satu itu ..."

Bruk!.

Ald mendorong Eva sampai terjatuh. Eva bahkan cukup terkejut dengan perlakuan yang mendadak berubah itu.

"Siapa yang mengatakan jika kau pantas duduk di atasku?" Ucap Ald sembari memandang rendah Eva dibawahnya.