webnovel

Lovely Maid

Melati, gadis desa yang mencoba peruntungannya dengan merantau ke kota untuk melunasi hutang keluarganya yang menggunung, hingga pada akhirnya ia bertemu Pak Bagaskara yang menawarkan pekerjaan dengan gaji fantastis kepadanya. Melati menekan harga dirinya dan setuju untuk menjadi pelayan dari ketiga putra Pak Bagaskara. Ia harus menuruti semua keinginan mereka. Semua, dan apapun itu. Namun siapa sangka ketiga majikannya itu bisa jatuh hati padanya. Akankah Melati memilih salah satu dari mereka? Siapa yang akan dia pilih?

Dian98 · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
190 Chs

Gadis Polos

Berkali-kali Melati mencuri-curi pandang ke arah Sam yang masih asik memainkan handphone-nya.

Pria itu yang meminta Melati duduk di sampingnya, tapi pria itu juga yang mendiamkan Melati.

Melati melihat ke sekeliling, kamar Sam sangat rapi dan nyaman, berbeda dengan kamar sempitnya di desa.

"Kalau ngantuk, tidur saja dulu, kurasa aku harus lembur malam ini."

Melati menoleh menatap sosok Sam di sampingnya.

"Em, itu... boleh minta bantalnya? Di sofa nggak ada bantal." Tanya Melati ragu.

Sam menghentikan aktifitasnya dan menoleh menatap Melati lekat-lekat.

"Apa kamu harus selalu bertanya kalau ingin melakukan sesuatu? Ada banyak bantal, ambil saja apa yang kamu butuhkan!"

Mendengar jawaban Sam, sontak membuat Melati merengut kesal. Dirinya hanya tidak ingin bersikap lancang. Lagipun dia ini baru, tentu harus bertanya dan meminta ijin.

"Tidur sana, jangan terlalu banyak berpikir. Aku tahu kamu lelah."

"Iya." Melati meraih sebuah bantal di dekatnya lalu membawanya ke sofa.

Ia lalu merebahkan dirinya di sofa dan menutup rapat-rapat matanya. Hari ini terlalu berat dan melelahkan untuk gadis itu, dia harus melepaskan semuanya, setidaknya untuk malam ini.

Tak lama, gadis itu sudah terlelap. Sam yang melihat itu, tersenyum kecil ke arah Melati, gadis itu kelewat lugu.

***

Melati mengernyitkan keningnya, masih dengan mata terpejam, ia menggelengkan kepalanya kegelian. Ada rasa hangat bercampur geli yang terasa di lehernya. Ia mencoba membuka perlahan matanya dan bergerak pelan. Namun, betapa terkejutnya ia saat menyadari tubuhnya berada dalam dekapan hangat seorang pria.

Samudera.

Tubuhnya membeku seketika. Ia tidak berani bergerak apalagi menyingkirkan tangan yang melingkar di pinggangnya itu.

Dengkuran halus Sam menggelitik telinganya, juga napas hangat pria itu menyapu lembut kulit tengkuk Melati.

Melati takut jika mungkin saja dirinya akan membangunkan Sam jika ia bergerak, jadi ia berusaha tidur kembali, berharap saat bangun nanti, Sam sudah pergi.

Tapi, saat dirinya belum benar-benar terlelap, pipinya dicubit pelan, terdengar kekehan pelan Sam setelahnya.

"Sudah bangun?" Tanya Sam dengan suara parau khas bangun tidur.

Melati membuka perlahan matanya. Ingin rasanya ia memaki Sam karena sudah berani memeluknya saat tidur seperti ini, tapi ia kubur dalam-dalam keinginan itu. Tentu saja karena dia mengingat isi dari kontrak kerjanya. Dia harus melakukan apapun yang majikannya inginkan.

"Hei, ceritakan tentang dirimu!" Bisik Samudera.

"Tidak ada yang spesial, aku hanya gadis desa. Aku sederhana dan rajin, hanya itu yang kutahu."

"Sederhana dan rajin?"

"Hm," Melatih hanya berdeham pelan.

"Bagaimana dengan kencanmu? Apa saja yang pernah kau lakukan sebelumnya?"

Melati berusaha keras untuk mencerna maksut dari ucapan Samudera, hingga pada akhirnya ia menemukan titik terang dari pencariannya.

"Jika maksutmu adalah skinship, aku tidak pernah melakukan lebih dari bergandengan tangan!"

Hening seketika.

Tak lama kemudian, Samudera tertawa lepas. Ia langsung melepaskan tangannya dari tubuh Melati lalu duduk bersandar kepada kepala ranjang.

Samudera menggeleng pelan menatap Melati yang ikut duduk di sampingnya. Gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali menatap Samudera bingung.

"Bagaimana dengan ciuman?" Tanya Samudera setelah berhasil menghentikan tawanya.

Melati hanya menggeleng pelan.

Melihat keseriusan dari mata Melati, Samudera langsung menghela napas berat. Ia menatap nyalang ke arah Melati.

"Jangan bercanda!" Samudera mendengus kesal setelah mengucapkan itu.

Melati tidak mengatakan apapun dan hanya menunduk lesu. Angan-angannya langsung pergi jauh ke masa lalu, mengingat Jeri, mantan pacarnya yang sangat menjunjung tinggi nilai kesopanan. Jeri sangat sopan dan penuh etika, ia sangat menghormati Melati, karena itu ia tidak mau melangkah jauh pada Melati.

"Kalau pelukan?" Samudera masih tidak bisa mempercayainya.

Berbeda dengan Melati, Sam adalah pria kota yang sarat akan pergaulan bebas. Apalagi ditunjang dengan visualnya yang mampu menaklukan perempuan manapun. Baginya, perempuan hanyalah teman untuk bersenang-senang.

"Tidak," jawab Melati.

"Ah, sial! Apa yang ayah pikirkan? Kenapa mengirim perempuan polos seperti ini kepada kami?" Gumam Samuderan frustasi.

"Mel, ini bukan pekerjaan yang bisa dilakukan oleh perempuan baik-baik! Sebaiknya kamu pulang dan lupakan ini semua!" Kata Sam dengan raut wajah serius.

"Tidak bisa, aku sudah menandatangani kontrak kerja dengan Pak Bagaskara!"

"Aku akan mengurusnya! Aku akan berbicara padanya untuk membatalkan kontrak kalian!"

Melati menggeleng cepat.

"Aku sudah menggunakan uang itu untuk melunasi hutangku! Aku tidak bisa mengembalikannya lagi!" Seru Melati dengan panik.

Samudera menghela napas panjang dan menggeleng pelan.

"Aku akan menggantinya dengan uangku! Pergilah! Jangan sampai ini berakhir dengan buruk nantinya!"

Untuk yang kesekian kalinya Melati menggeleng cepat.

"Aku bisa dipenjara jika melanggar kontrak! Kalau kamu berbicara dengan Pak Bagaskara, beliau pasti mengira akulah yang tidak mampu melakukan tugasku dengan baik! Kumohon, jangan lakukan itu! Aku akan berusaha semampuku untuk bekerja dengan baik, akan kulakukan apapun perintah kalian."

"Kami adalah orang-orang brengsek yang suka bersenang-senang! Kamu serius ingin melakukan pekerjaan ini? Kamu akan menyesalinya nanti!"

Melati mengangguk pelan. Dia tidak ingin memikirkan apapun lagi sekarang. Dia hanya ingin menjalaninya saja agar semua cepat berakhir.

"Hei, kamu tahu apa tugas kamu?"

"Menuruti semua perintah kalian!"

"Kamu harus menjadi siapapun dan apapun sesuai dengan apa yang kami inginkan! Bahkan jika kami memintamu untuk tidur dengan kami, kamu harus melakukannya! Kamu yakin ingin melakukan ini? Ayolah! Ini gila! Kamu orang baik!" Samudera benar-benar tidak habis pikir.

Sejujurnya, ini pertama kalinya ia berurusan dengan perempuan lugu seperti Melati, karena itulah ia tidak habis pikir.

"Akan kulakukan!"

"Hei! Tolong pikirkan dulu semua dengan matang!"

"Aku sudah cukup berpikir! Kenapa kamu yang terlihat keberatan? Apa aku tidak sesuai dengan keinginanmu? Katakan saja, pelayan seperti apa yang kamu inginkan? Yang cantik? Aku akan belajar menggunakan make up agar terlihat lebih cantik. Tolong jangan membuat ini semakin sulit." Melati menatap dalam-dalam manik mata Samudera.

Samudera menggeleng pelan. Melati sangat cantik meski tanpa make up, bukan itu yang ia permasalahkan. Ia hanya benci menjadi pria brengsek yang merusak perempuan baik seperti Melati.

Tapi, kalau ini sudah menjadi keputusan Melati, dirinya yang orang asing ini bisa apa?

"Yasudah, terserahlah! Aku harus berangkat kerja, siapkan air dan bajuku!" Setelah mengatakan itu, Samudera beranjak pergi keluar dari kamar.

Ia pergi ke dapur untuk membasahi tenggorokannya dengan segelas air dingin.

'Perempuan baik itu harusnya dijadikan pacar, bukan pelayan. Kenapa ayah melakukan ini pada perempuan baik-baik?'

"Bang! Mikirin apa lo? Itu kenapa muka lo kusut begitu?"

Samudera hampir menjatuhkan gelas ditangannya saat suara Bara menyentak gendang telinganya.

Bara yang tengah bersandar pada ambang pintu hanya terkekeh pelan melihat sikap Samudera yang sangat aneh pagi ini. Tidak biasanya abangnya itu melamun di pagi hari.