Jaejoong menatap langit-langit kamarnya, pikirannya melayang-layang ketika ia tidak sengaja mendengar pembicaraan kedua orang tuanya tentang Yunho. Pria itu, dia tidak memiliki perasaan suka pada Jaejoong dan tentu saja hal ini membuat Jaejoong patah hati. Ia kalah sebelum berperang, karena ia tidak pernah tahu jika pria itu telah memiliki seorang gadis disisinya.
"Ah.. hidupku kenapa sepertinya drama sekali, huh?" gumamnya lirih. Mengingat bagaimana keadaannya, membuat lelaki itu tersenyum miris, karena tidak bisa berbuat apapun tentang keadaannya.
Memang ia telah mendengar opsi operasi untuk memperbaiki keadaan sel darah miliknya, namun hal itu ia tolak karena Jaejoong takut keadaannya memburuk saat dimeja operasi dan ia tidak bisa lagi melihat dunia.
Ya, Kim Jaejoong takut akan kematian. Ia takut tidak bisa melihat kedua orang tuanya lagi, takut tidak bisa melihat kedua temannya dan orang-orang yang ia sayangi, terlebih ia tidak takut tidak bisa melihat wajah pria itu lagi jika ia menyerah dimeja operasi.
Selama ini bahkan ia berperang dengan rasa sakit itu sendiri, karena Jaejoong jarang mengeluh tentang rasa sakit ditubuhnya. Karena ia tidak ingin membuat kedua orang tuanya semakin mengkhawatirkan dirinya. Karena itu, terkadang Jaejoong diam-diam pergi kerumah sakit lain untuk memeriksakan dirinya dan menebus obat tanpa sepengetahuan siapapun, termasuk dokter pribadinya, Jung Yunho.
"Jaejoongie~~"
Lelaki itu menoleh kearah pintu kamarnya yang terbuka, menampakkan satu sosok lelaki manis yang kini berjalan kearahnya dengan senyum lebar yang terlihat menyebalkan. Jaejoong mendudukan diri dan bersandar pada kepala ranjang, dengan kedua lengan bersedekap dada, ia mendengus kecil pada temannya itu. Hari ini ia tidak memiliki kegiatan apapun selain berbaring diatas ranjang—dan itu sangat membosankan, namun sepertinya rasa bosannya akan segera berakhir hari ini juga. "Ah.. kau masih ingat padaku, huh? Kemana saja kau selama ini, Kim Junsu!"
Lelaki manis itu terkekeh pelan mendudukkan diri disamping ranjang dan memeluk Jaejoong sekilas, "Aku sangat merindukanmu, Joongie ah. sudah berapa minggu aku tidak melihatmu, huh?"
Jaejoong memutar bola matanya malas, namun begitu bibir merah lelaki itu melukis sebuah senyum tipis. Menatap lekat lelaki manis yang duduk didepannya saat ini, "Aku juga merindukanmu, Suie ah. kau pergi terlalu lama.."
"Jangan salahkan aku. Changmin, si bodoh itu bahkan tidak mau pulang jika aku tidak memaksanya. Dia terlalu nyaman berada di Jepang!"
Jaejoong tertawa kecil, mengingat satu teman pria jangkungnya itu, memang Changmin sejak dulu selalu menyukai Jepang, dan Junsu akan selalu dibuat uring-uringan jika pria itu tidak mau pulang. Pasalnya, Junsu tidak pernah betah tinggal dinegara lain dalam waktu yang cukup lama.
"Dia kan kekasihmu, kenapa tidak kau seret saja Changmin jika tidak mau pulang!" ujar Jaejoong dengan nada sinis, menatap Junsu yang memutar bola matanya malas, "Ah.. apa kalian masih bersama? Bagaimana dengan Cho Kyuhyun? Apa dia masih mencoba mendekati Changmin?"
Junsu dan Changmin adalah sepasang kekasih sejak mereka berada disenior high school. Hubungan keduanya hampir berjalan lebih dari sepuluh tahun, dan Jaejoong tidak tahu kenapa keduanya tidak segera menikah saja. Namun, akhir-akhir ini ia baru mengetahui jika saat ini Junsu dan Changmin memiliki masalah dan itu tentang seorang lelaki yang saat ini dekat dengan Changmin karena pekerjaan.Cho Kyuhyun, rekan kerja Changmin yang memiliki perasaan pada kekasih Junsu itu.
"Tidak tahu, aku sudah katakan padanya jika dia masih ingin dekat dengan Kyuhyun. Aku akan mundur saja!" sahut Junsu enteng, menatap Jaejoong dengan senyum tipis, "Kenapa dengan wajahmu itu, aku saja tidak sedih, kenapa kau malah yang menangis, eoh. Dasar!"
"Wah,, mudah sekali kau mengatakan itu, apa kau yakin. Tidak akan menangis jika putus dengan Changmin?"
"Tidak akan!"
***
Yunho menatap gadis didepannya, yang terlihat sibuk dengan menu makan siang yang ia pesan untuk mengganjal perutnya yang lapar. Im Yoona, gadis didepannya ini memang sangat menarik hati, pandai membuat orang disekitarnya menyukainya, namun entah kenapa perasaan Yunho pada gadis ini tidak bisa tumbuh seperti perasaannya pada Jaejoong. Ia membiarkan Yoona berusaha untuk mengambil hatinya karena ia tidak ingin menyakiti hati gadis ini.
Yoona sama sepertinya, seorang yatim piatu yang dibesarkan oleh panti asuhan. Hanya saja, gadis ini cukup beruntung karena ada seorang yang mau mengadopsinya sebagai putri mereka diumurnya yang kesepuluh tahun. Tidak sepertinya, Yunho tidak pernah mau menjadi anak angkat dari siapapun, karenanya sejak kecil ia selalu menolak seseorang yang mau mengadopsinya, sampai akhirnya keluarga Kim datang dan memberikannya segala apa yang menjadi kebutuhannya.
"Oppa, kenapa tidak dimakan?" tanya Yoona bingung, menatap Yunho yang terlihat melamun, "Kau sepertinya banyak pikiran, apa oppa memiliki masalah? Kau bisa bercerita padaku, mungkin aku bisa membantumu."
"Tidak ada. Habiskan makananmu, sebentar lagi jam makan siang sudah habis."
Yoona hanya bisa mengangguki perintah Yunho. Pria yang lebih tua darinya tujuh tahun ini adalah orang yang ia sukai saat ini. Namun, sudah lebih dari dua tahun ia berusaha untuk mendapatkan hati Yunho, pria itu tidak pernah sekalipun menyerah padanya.
Sejak awal ia cukup tahu akan sulit untuk mencuri hati Yunho, tapi dengan harapan yang diberikan pria tampan itu padanya Yoona tidak pernah menyerah untuk mencoba peruntungannya.
Akhir-akhir ini ia sedikit merasa khawatir usahanya akan berakhir sia-sia, karena yang ia dengar Yunho tengah dekat dengan salah seorang pasiennya—putra dari keluarga Kim yang selama ini membiayai kehidupan Yunho sejak pria itu masih belasan tahun.
Yunho adalah seorang Biseksual, tapi pria itu tidak pernah sekalipun terlihat berkencan dengan seorang pria. Bahkan sangat jarang melihat Yunho berkencan dengan wanita karena pria itu terlalu fokus pada karirnya, dan Yoona mendapatkan kesempatan dari pria itu untuk mencuri hatinya.
"Oppa!"
Yunho mendongak dan menatap Yoona yang terlihat gugup, "Ada apa?"
"Bagaimana dengan hubungan kita? Apa kau sudah memiliki perasaan padaku?" tanya Yoona dengan nada gugup, bahkan suaranya terdengar lirih, "Ini sudah dua tahun, dan aku ingin mendengar apa aku berhasil masuk kedalam hatimu."
"Kau ingin jawaban jujur atau kebohongan?"
"Oppa, tentu saja aku ingin jawaban yang jujur." seru Yoona lirih, namun ketika melihat wajah serius Yunho ia hanya bisa menghela nafas dalam. "Apa tidak ada sedikitpun perasaan untukku?"
"Aku menyukaimu."
Yoona tertegun, dalam detik berikutnya bibir merah gadis itu melengkung manis denga rona merah dikedua pipinya, "Benarkah? Jadi, usahaku selama dua tahun ini tidak sia-sia. Aku berhasil membuatmu menyukaiku?"
"Aku menyukaimu, Yoona. Namun perasaan itu tidak lebih dari kasih sayang seorang kakak pada adiknya." sahut Yunho dengan suara yang tenang, menelisik ekspresi Yoona yang berganti dalam hitungan detik, "Aku sudah mencoba tapi ternyata aku memang tidak bisa menjadi orang yang kau inginkan. Mianhe.."
"Apa ada orang lain yang kau sukai saat ini?" tanya Yoona dengan nada lirih, meskipun rasa sakit karena patah hati itu saat ini menyerangnya, namun ia juga penasaran dengan perasaan Yunho yang sebenarnya, "Kau tidak perlu takut, karena aku sudah mempersiapkan ini sebelumnya."
"Ya, aku memiliki orang yang aku sukai, dan aku ingin menjaganya disisa umurku."
TBC