webnovel

LOVE WITH FLAWS

tok..tok..tok.. The sound of the door being knocked made the figure slowly open its eyes. The pair of round black eyes blew a few times before they completely focused. He glanced at the small clock that was above the nightstand, where it was now daytime. He sighed a few times before waking himself up and leaned back on the head of the bed, making his long black hair fall beautifully down beside his shoulder. “Come in!” His voice was hoarse but did not erase any trace of subtlety in his voice. Hearing the low voice of the figure, the knocker opened the door to the blue room slowly. Then smiled faintly when the figure he was guarding had now woken up from his sleep. "How did you sleep, young master. Did you sleep well as usual? " The man looked at the caregiver who put the tray she brought on the small table that had been prepared for him — arranged it in such a way on his lap to make it easier for him to have breakfast on the bed. "I slept well, aunt." His name is Lee Ha Neul. A woman in her forties who has worked for her family — as caregivers since she was a child. Due to both his parents who always travel abroad, they eventually leave the son to the nanny. And until now Haenul has always looked after and made sure that the man didn't lack anything. The maid nodded in relief, looked at the man in front of her with a gentle smile, "Please finish breakfast, after this I will prepare clothes for you." The man raised his eyebrows when he heard what his nanny say, "Do I have an event today?" he asked hoarsely. Then he drank a glass of milk that was in front of him slowly, "Or umma and appa will go home?" Haneul nodded and immediately handed a handkerchief to the man in front of him who had finished his favorite vanilla milk — to wipe his wet lips with dripping milk, “Master Kim and madam will come back this afternoon. They will definitely want you to pick up at the airport. " His name is Kim Jaejoong. A man who has a beautiful face with white skin. His body was thin with a height that looked small for the size of a man. The only son of the Kim family who deals in the property world. He rarely leaves the house if he doesn't have anything important to do, because his parents forbid him — and of course because of the prohibition from his personal doctor. Over the years, from childhood to adulthood, Jaejoong always relied on drugs, because his body was not like ordinary people. Thalassemia, a hemoglobin disorder that usually occurs due to genetic factors of both the child's parents, and Jaejoong currently has it. He is prone to anemia, and will even fall unconscious if his condition deteriorates significantly. Because of that, his parents never allowed Jaejoong to leave the house without guard, because they were afraid that Jaejoong's condition could recur at any time. "Call Doctor Jung, I want him to check my condition before I leave the house." Aunt Lee nodded and turned around, but she was stunned when a tall man with a handsome face stood at the doorway with a briefcase she usually carried, “Ah… Doctor Jung. You're here. " Jaejoong looked up, ignoring his breakfast — a bowl of sum-sum porridge made by his nanny. He smiled faintly and nodded at the handsome man who had worked as his personal doctor for several years, replacing the previous doctor who retired from his job, Jung Yunho. "You came, Yunho shi."  

Kurukisya · Người nổi tiếng
Không đủ số lượng người đọc
8 Chs

EPISODE 03

Jaejoong menatap langit-langit kamarnya, pikirannya melayang-layang ketika ia tidak sengaja mendengar pembicaraan kedua orang tuanya tentang Yunho. Pria itu, dia tidak memiliki perasaan suka pada Jaejoong dan tentu saja hal ini membuat Jaejoong patah hati. Ia kalah sebelum berperang, karena ia tidak pernah tahu jika pria itu telah memiliki seorang gadis disisinya.

"Ah.. hidupku kenapa sepertinya drama sekali, huh?" gumamnya lirih. Mengingat bagaimana keadaannya, membuat lelaki itu tersenyum miris, karena tidak bisa berbuat apapun tentang keadaannya.

Memang ia telah mendengar opsi operasi untuk memperbaiki keadaan sel darah miliknya, namun hal itu ia tolak karena Jaejoong takut keadaannya memburuk saat dimeja operasi dan ia tidak bisa lagi melihat dunia.

Ya, Kim Jaejoong takut akan kematian. Ia takut tidak bisa melihat kedua orang tuanya lagi, takut tidak bisa melihat kedua temannya dan orang-orang yang ia sayangi, terlebih ia tidak takut tidak bisa melihat wajah pria itu lagi jika ia menyerah dimeja operasi.

Selama ini bahkan ia berperang dengan rasa sakit itu sendiri, karena Jaejoong jarang mengeluh tentang rasa sakit ditubuhnya. Karena ia tidak ingin membuat kedua orang tuanya semakin mengkhawatirkan dirinya. Karena itu, terkadang Jaejoong diam-diam pergi kerumah sakit lain untuk memeriksakan dirinya dan menebus obat tanpa sepengetahuan siapapun, termasuk dokter pribadinya, Jung Yunho.

"Jaejoongie~~"

Lelaki itu menoleh kearah pintu kamarnya yang terbuka, menampakkan satu sosok lelaki manis yang kini berjalan kearahnya dengan senyum lebar yang terlihat menyebalkan. Jaejoong mendudukan diri dan bersandar pada kepala ranjang, dengan kedua lengan bersedekap dada, ia mendengus kecil pada temannya itu. Hari ini ia tidak memiliki kegiatan apapun selain berbaring diatas ranjang—dan itu sangat membosankan, namun sepertinya rasa bosannya akan segera berakhir hari ini juga. "Ah.. kau masih ingat padaku, huh? Kemana saja kau selama ini, Kim Junsu!"

Lelaki manis itu terkekeh pelan mendudukkan diri disamping ranjang dan memeluk Jaejoong sekilas, "Aku sangat merindukanmu, Joongie ah. sudah berapa minggu aku tidak melihatmu, huh?"

Jaejoong memutar bola matanya malas, namun begitu bibir merah lelaki itu melukis sebuah senyum tipis. Menatap lekat lelaki manis yang duduk didepannya saat ini, "Aku juga merindukanmu, Suie ah. kau pergi terlalu lama.."

"Jangan salahkan aku. Changmin, si bodoh itu bahkan tidak mau pulang jika aku tidak memaksanya. Dia terlalu nyaman berada di Jepang!"

Jaejoong tertawa kecil, mengingat satu teman pria jangkungnya itu, memang Changmin sejak dulu selalu menyukai Jepang, dan Junsu akan selalu dibuat uring-uringan jika pria itu tidak mau pulang. Pasalnya, Junsu tidak pernah betah tinggal dinegara lain dalam waktu yang cukup lama.

"Dia kan kekasihmu, kenapa tidak kau seret saja Changmin jika tidak mau pulang!" ujar Jaejoong dengan nada sinis, menatap Junsu yang memutar bola matanya malas, "Ah.. apa kalian masih bersama? Bagaimana dengan Cho Kyuhyun? Apa dia masih mencoba mendekati Changmin?"

Junsu dan Changmin adalah sepasang kekasih sejak mereka berada disenior high school. Hubungan keduanya hampir berjalan lebih dari sepuluh tahun, dan Jaejoong tidak tahu kenapa keduanya tidak segera menikah saja. Namun, akhir-akhir ini ia baru mengetahui jika saat ini Junsu dan Changmin memiliki masalah dan itu tentang seorang lelaki yang saat ini dekat dengan Changmin karena pekerjaan.Cho Kyuhyun, rekan kerja Changmin yang memiliki perasaan pada kekasih Junsu itu.

"Tidak tahu, aku sudah katakan padanya jika dia masih ingin dekat dengan Kyuhyun. Aku akan mundur saja!" sahut Junsu enteng, menatap Jaejoong dengan senyum tipis, "Kenapa dengan wajahmu itu, aku saja tidak sedih, kenapa kau malah yang menangis, eoh. Dasar!"

"Wah,, mudah sekali kau mengatakan itu, apa kau yakin. Tidak akan menangis jika putus dengan Changmin?"

"Tidak akan!"

***

Yunho menatap gadis didepannya, yang terlihat sibuk dengan menu makan siang yang ia pesan untuk mengganjal perutnya yang lapar. Im Yoona, gadis didepannya ini memang sangat menarik hati, pandai membuat orang disekitarnya menyukainya, namun entah kenapa perasaan Yunho pada gadis ini tidak bisa tumbuh seperti perasaannya pada Jaejoong. Ia membiarkan Yoona berusaha untuk mengambil hatinya karena ia tidak ingin menyakiti hati gadis ini.

Yoona sama sepertinya, seorang yatim piatu yang dibesarkan oleh panti asuhan. Hanya saja, gadis ini cukup beruntung karena ada seorang yang mau mengadopsinya sebagai putri mereka diumurnya yang kesepuluh tahun. Tidak sepertinya, Yunho tidak pernah mau menjadi anak angkat dari siapapun, karenanya sejak kecil ia selalu menolak seseorang yang mau mengadopsinya, sampai akhirnya keluarga Kim datang dan memberikannya segala apa yang menjadi kebutuhannya.

"Oppa, kenapa tidak dimakan?" tanya Yoona bingung, menatap Yunho yang terlihat melamun, "Kau sepertinya banyak pikiran, apa oppa memiliki masalah? Kau bisa bercerita padaku, mungkin aku bisa membantumu."

"Tidak ada. Habiskan makananmu, sebentar lagi jam makan siang sudah habis."

Yoona hanya bisa mengangguki perintah Yunho. Pria yang lebih tua darinya tujuh tahun ini adalah orang yang ia sukai saat ini. Namun, sudah lebih dari dua tahun ia berusaha untuk mendapatkan hati Yunho, pria itu tidak pernah sekalipun menyerah padanya.

Sejak awal ia cukup tahu akan sulit untuk mencuri hati Yunho, tapi dengan harapan yang diberikan pria tampan itu padanya Yoona tidak pernah menyerah untuk mencoba peruntungannya.

Akhir-akhir ini ia sedikit merasa khawatir usahanya akan berakhir sia-sia, karena yang ia dengar Yunho tengah dekat dengan salah seorang pasiennya—putra dari keluarga Kim yang selama ini membiayai kehidupan Yunho sejak pria itu masih belasan tahun.

Yunho adalah seorang Biseksual, tapi pria itu tidak pernah sekalipun terlihat berkencan dengan seorang pria. Bahkan sangat jarang melihat Yunho berkencan dengan wanita karena pria itu terlalu fokus pada karirnya, dan Yoona mendapatkan kesempatan dari pria itu untuk mencuri hatinya.

"Oppa!"

Yunho mendongak dan menatap Yoona yang terlihat gugup, "Ada apa?"

"Bagaimana dengan hubungan kita? Apa kau sudah memiliki perasaan padaku?" tanya Yoona dengan nada gugup, bahkan suaranya terdengar lirih, "Ini sudah dua tahun, dan aku ingin mendengar apa aku berhasil masuk kedalam hatimu."

"Kau ingin jawaban jujur atau kebohongan?"

"Oppa, tentu saja aku ingin jawaban yang jujur." seru Yoona lirih, namun ketika melihat wajah serius Yunho ia hanya bisa menghela nafas dalam. "Apa tidak ada sedikitpun perasaan untukku?"

"Aku menyukaimu."

Yoona tertegun, dalam detik berikutnya bibir merah gadis itu melengkung manis denga rona merah dikedua pipinya, "Benarkah? Jadi, usahaku selama dua tahun ini tidak sia-sia. Aku berhasil membuatmu menyukaiku?"

"Aku menyukaimu, Yoona. Namun perasaan itu tidak lebih dari kasih sayang seorang kakak pada adiknya." sahut Yunho dengan suara yang tenang, menelisik ekspresi Yoona yang berganti dalam hitungan detik, "Aku sudah mencoba tapi ternyata aku memang tidak bisa menjadi orang yang kau inginkan. Mianhe.."

"Apa ada orang lain yang kau sukai saat ini?" tanya Yoona dengan nada lirih, meskipun rasa sakit karena patah hati itu saat ini menyerangnya, namun ia juga penasaran dengan perasaan Yunho yang sebenarnya, "Kau tidak perlu takut, karena aku sudah mempersiapkan ini sebelumnya."

"Ya, aku memiliki orang yang aku sukai, dan aku ingin menjaganya disisa umurku."

TBC