webnovel

My Birthday, Your Wedding Day

Pagi itu hujan mengguyur kota Bandung, awan kelabu terus menyelimuti seluruh Kota seolah ia tengah berkabung. Aku membuka mataku, terbangun dari mimpi indahku. Ya, aku bermimpi bertemu dan mengutarakan perasaanku pada sahabat dan cinta pertamaku Rey. Namun, jika semalam itu adalah mimpi, mengapa aku masih melihatnya disini? Didepanku? Tidak dipelukanku?

"Rey?"

Dia menggeliat sambil mengeratkan pelukannya. "Five minutes"

"Am I still dreaming?" Tanyaku

"You're not" jawabnya sambil beranjak dari tempat tidur kemudian pergi ke kamar mandi, aku melihat nya berjalan pergi. Aku memperhatikan tubuh bagian belakangnya yang tampak seksi, sambil tersenyum.

"He's hot!" ucapku lirih, 'astaga Key. Stop it!' kataku dalam hati sambil menggelengkan kepalaku. 'Ya tuhan, darimana datangnya pikiran Kotor ini?'

"Aku sudah memesan 3 tiket kereta ke Semarang" Ucapnya beberapa menit kemudian dengan sebatas handuk polos membalut tubuhnya. Tanpa sadar aku menatap tubuhnya. "Are you drooling on me?"

Aku tersentak, "What?! No way!" aku mengelak namun wajahku terasa panas, bersemu merah karena ketahuan memperhatikan nya. "Tapi Semarang?" Tanyaku heran. "Mau ngapain?"

Dia melemparkan undangan pernikahan kearahku seraya pergi menuju kopernya, dan tanpa aba -aba dia melepaskan handuknya.

"Seriously?! What are you doing?" Teriaku sambil menutupi wajahku dengan undangan ditanganku.

"Pervert!" Ucapnya.

"What?! You are Pervert! Kenapa kau melepaskan handukmu begitu saja?!" Teriaku.

"Come on. I'm wearing a boxer, it's not like I'm naked" jawabnya.

Aku membuka mataku, dan melihatnya telah memakai Polo shirt dan celana jeans Hitam.

"Like what you see?" Tanyanya

Aku mengangguk, "but you were better without them." Jawabku.

Dia mendekatiku, tangannya menyentuh daguku mengangkatnya dan dia mendekatkan wajahnya. "May I?"

Aku mengangguk dia menciumku, melumat bibirku dengan intens, hangat, dan juga manis. Aku Tak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Benar, aku Tak pernah menginginkan seseorang seperti saat ini. Aku menginginkannya. Aku mencintainya.

Saat ciuman kami semakin dalam, seseorang terdengar tidak sabaran menggedor pintu kamarku, membuat kami tersentak.

"Hey Lovebird! Apapun yang tengah kalian lakukan saat ini, hentikan dan lanjutkan saja nanti. We have an hour before the train leave without us, so hurry Up ! I'll wait you two in the car." Teriak Dira.

"An hour?" Tanyaku sambil mendorong Rey.

"Yep" Jawabnya sambil menyodorkan undangan yang tadi ia lempar. "We have a wedding to catch up. Your beloved Ex's Wedding" Ucapnya.

Aku menggerlingkan mataku. "Then get out !" Ucapku sambil mendorongnya keluar kamar.

***

SEMARANG GRAND HOTEL

Setelah menempuh 8 jam perjalanan menggunakan kereta akhirnya kami sampai di Semarang. Rey telah memesan kamar di Semarang Grand Hotel untuk kami berdua sedangkan Dira memilih untuk menginap di rumah sepupunya.

"Halo Ma, Key udah di Hotel sama Rey. Mama sama yang lain dimana?" tanyaku pada mama fiseberang telpon sambil berjalan melihat sekeliling hotel.

"Kita masih dijalan agak macet, acaranya nanti malam jam 7 kan? semoga nggak telat." Kata mama, "Kak Ve mau ngomong nih"

"Key!!" Teriak kak Ve dari seberang telepon.

"nggak usah teriak deh kak." ucapku

"Rey mana?" tanyanya.

"Check in" jawabku, 'yang ditanya langsung Rey bukannya adeknya' batinku kesal.

"Key, pokoknya kamu dandan yang cantik banget, Show him what he lost ! Biar dia nyesel. " Ucapnya.

Mendengarnya aku hanya bisa tersenyum, kemudian aku melihat foto mereka berdua di depan Aula utama hotel itu. Dibawahnya tertulis nama mereka berdua.

The Wedding Of

Allan Hanggoro & Melia Ananda

June 19th 20XX

Aku diam mematung melihatnya, tanpa sadar aku mulai meneteskan air mataku. 'Why they choose my birthday to be their wedding day?' tanyaku dalam hati sambil terus meneteskan air mata. Saat sesak didadaku terasa makin sakit seseorang memelukku dari belakang.

"It's okay Key, I hold you" Bisiknya lirih ditelingaku.

Aku memutar badanku dan memeluknya Rey erat, aku tau tak seharusnya aku menangis. Terutama di depan Rey, tapi air mataku tak bisa berhenti begitu saja. "Aku capek mau istirahat, " Ucapku kemudian.

Rey menuntunku menuju kamar kami berdua, karena weekend kamar hotel di SGH full booked jadi kami memutuskan untuk 1 kamar berdua, toh sudah puluhan tahun kami saling mengenal dan tak pernah terjadi apa-apa.

***

Setelah istirahat sebentar, kami mandi dan bersiap untuk pergi ke pesta pernikahan Allan dan Melia. Aku duduk di depan meja rias sambil bercermin kemudian dari brlakang Rey memeluk dan menciumi ujung kepalaku.

"You look stunning Key" ucapnya. Kemudian dia memasangkan kalung dileherku dengan liontin berbentuk bintang.

"A star?" Tanyaku.

"ehem.. you are my star." Jawabnya, "Happy Birthday Keyra" Ucapnya, kemudian menciumku.

"Thank you". Jawabku dan memeluknya, aku bahagia karena Rey ada disisiku dihari ulang tahunku, disisi lain aku juga merasa sedih, sakit, marah, karena dikhianati oleh pacar dan juga sepupuku.

"Come on, semua orang telah menunggu." Ucapnya.

Kami berjalan sambil bergandengan menuju Hall Hotel tempat dimana pernikahan Allan dan Melia diadakan.

Disana aku melihat Kak Noah dan Kak Ve tengah berbincang pada tamu yang datang. Kami menghampiri mereka berdua. Tak butuh waktu lama untuk kak Ve menyadari keberadaan kami berdua, dia tersenyum lebar, berlari kearahku dan memelukku.

"Oh my God Key!" Teriakkny sambil memelukku erat.

"I can't breath" ucapku.

"Oops sorry" ucapnya, "You look pretty" Ucapnya sambil melihat diriku dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Wow! Mereka bisa mengira kamulah mempelai wanitanya key!" Ujarnya sambil tersenyum begitu lebar.

Aku mengenakan gaun tanpa lengan berwarna putih yang kak Ve belikan. Misi dia hari ini adalah melihat Allan menyesal telah berselingkuh dan menghamili sepupuku.

"Ah, ayo kita ke ruang tunggu pengantin wanita. Kita temui Melia dulu sebelum acara." Ucapnya sambil menarik lenganku, aku meninggalkan Rey dan Kak Noah berdua disana.

***

Aku tak pernah membayangkan hal seperti ini terjadi, aku dan Melia berdiri berhadapan. Dia tampak cantik dengan balutan kebaya berwarna putih dan booket bunga mawar putih ditangannya. Aku melangkah mendekatinya sambil tersenyum.

"Selamat ya, semoga kalian berdua langgeng" Ucapku sambil menyalaminya.

Dia hanya diam tanpa mengucapkan sepatah katapun. Sekilas aku melihat sorot dimatanya meredup ketika melihatku dari bahagia menjadi entahlah aku tak yakin, perasaan bersalah? atau penyesalan? Aku membalikan badanku untuk segera meninggalkan tempat itu, kemudian Melia memanggilku.

"Keyra!" Panggilnya lirih.

Aku berhenti sejenak tanpa menoleh.

"Maafkan aku" Ucapnya.

'Maaf?' batinku. Aku menoleh dan melangkah kembali kearahnya. "Untuk apa kau minta maaf?" tanyaku.

Dia hanya diam. Hal ini membuatku geram, "Kau tau Mel, hal paling ku benci didunia ini adalah ketika seseorang meminta maaf tanpa menyadari apa kesalahan yang telah ia perbuat". Ucapku

"Maaf untuk semuanya, untuk merebut Allan darimu. Berselingkuh dibelakangmu. Menyakitimu. Aku tau kau pasti terluka, tapi-"

"Stop!" Teriakku. Aku menarik napasku dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Mencoba menenaangkan diriku sendiri. "Kau tak perlu mengasihaniku." Ucapku sambil tersenyum, "Aku rasa justru, aku harus berterimakasih padamu."

Melia masih berdiri terpaku disana, menatapku dengan tatapan bingung.

'Kenapa? Kau ingin aku menangis dan membuat onar dipernikahanmu? Mempermalukan diriku sendiri?' tanyaku dalam hati. Aku tersenyum kemudian menepuk pundaknya pelan. "Berkatmu, aku menyadari bahwa Aku dan Allan tidak seharusnya bersama. Berkatmu aku menyadari bahwa ada pria lain yang sangat aku cintai. Dan berkatmu aku tak perlu merasa bersalah untuk mencintai Rey. Terimakasih Melia. Semua berkatmu. Tak akan ada orang yang menyadari tentang hubunganku dengan Rey, namun rumor tentang Mu yang merebut kekasih sepupunya akan menyebar, dan mungkin mereka akan saling berbisik dibelakangmu." Aku tersenyum, "Good Luck Melia, I heard 'Once a cheater will always be a cheater!" Ucapku lirih ditelinganya kemudian meninggalkan Melia, dan tepat sebelum keluar dari ruangan aku menoleh kearahnya, aku melihat dia terpaku disana dengan wajah merah padam.

***

Saat memasuki Hall aku melihatnya, Allan Hanggoro mempelai pria a.k.a mantan kekasihku yang menghamili sepupuku. Dia menatapku dengan tatapan yang biasa ia gunakan saat kami bersama, aku tersenyum kearahnya. Aku menolak menunjukan rasa sedih dan marahku pada mereka, aku menolak untuk kalah. Kata-kata kak Ve terngiang ditelingaku 'Show him What he Lost'. Saat itu juga aku mrlihat Rey menuju ke arahku. Memastikan Allan masih menatapku, aku mencium Rey. Kami berciupan tepat dimana semua orang melihat kearah kami. Dimana Allan bisa melihat kami berdua dengan jelas. Dari ekor mataku aku melihat Allan mengepalkan tangannya, empat tahun bersamanya membuatku tahu bahwa saat inI dia sangat marah.

"What's that kiss for?" Tanya Rey.

Aku hanya tersenyum dan menariknya duduk.

Acara dimulai, aku melihat Paman Amar menggandeng Melia menuju altar. Seorang anak kecil tanpa sengaja menginjak ekor gaun pengantin yang melia kenakan yang membuatnya tersungkur kebelakang.

Aku berusaha keras menahan diriku untuk tak tertawa, namun disana aku melihat seorang gadis berambut ikal itu. Marsha. Dia adik perempuan Ivan, mantan kekasih Melia dan juga salah satu teman SMA ku. "Mungkin itu karma karena telah merebut pacar sepupumu sendiri, serunya"

Aku melihat wajah Melia memerah, malu, marah dan entahlah. Aku tak peduli. Mata melia bertemu denganku, aku hanya tersenyum melihat kearahnya. Paman Amar membentunya untuk berdiri dan melanjutkan upacara pernikahan.

Saat upara pernikahan berlangsung, aku mendengar para tamu undangan berbisik dibelakangku. Sebagian merasa gemas dengan apa yang Melia dan Allan lakukan, dan sebagian merasa kasihan padaku. Hal yang paling aku benci.

***

Setelah upacara pernikahan yang khidmat itu selesai, para tamu undangan menyalami dan mengucapkan selamat pada mereka. Inilah yang aku tunggu, aku menarik tangan Rey menuju pasangan Newly Wed tersebut.

"Congrats ya Mel!" Ucap Rey, "Ah, Whatch your eyes on Him. You know, Karma does Exist!" Ucapnya kemudian menuju ke Allan dan menyalaminya.

"Once again, Congratulations Cousin" Ucapku sambil memeluknya. "He is right, Karma does Exist. Aku harap anakmu kelak tak perlu menanggung karma dari apa yang orang tuanya lakukan" Ucapku.

Seolah kehilangan akalnya Melia menarik rambutku sambil berteriak seperti orang gila. Menolak kalah aku mencengkeram tangannya agar melepas rambutku. Namun Melia menggunakn tangan lainnya berusaha mencakar wajahku. Namun disana Allan menarik tangan Melia dengan kasar dan menjauhkannya dariku. Semua orang melihat kearah kami. "What a scene" Ucapku sambil merapihkan rambutku.

Aku berjalan meninggalkan Hall bersama dengan Rey, aku mendengar seseorang berbicara ditelepon. "Iya beneran, drama banget sumpah! Nggak tau diri emang tuh, udah ngerebut pacarnya. Bagus si Keyra mau dateng ngucapin selamat malah dijambak digampar pula. Sumpah ya...."

Tak mau mendengarkan lagi aku berjalan dengan cepat menuju lift. Saat pintu tertutup Rey disana menatapku dan bertanya, "what you want me to do?"

"In this situation, mostly people will ask. Whether I'm okay or not." ujarku.

"Well I know that you're not okay." jawabnya.

'ding' pintu lift terbuka dan kami berjalan menuju ke kamar kami. Aku berhenti di depan pintu dan berkata, "Aku ingin menamparnya"

"Who?"

"both of them"

"Let's do it then"

"do what?" tanyaku.

***

GYM

"Why are we here?" tanyaku sesampainya kita di gym yang ada di Hotel ini.

Rey berjalan menuju samsak tinju yang berada di ujung dekat dengan looker room. "Here, bayangkan wajah mereka berdua dan pukul. Seperti ini" Ucapnya seraya memukul samsak tersebut dengan keras. "Aw!" teriaknya kesakitan, "Pakai sarung ini dulu, nanti tanganmu lecet" Ujarnya melemparkan sarung tinju padaku.

Aku menerimanya dan mulai memukul samsak tersebut dengan keras. Aku membayangkan wajah Allan, Melia dan semua orang yang berbicara dibelakangku, mereka yang mengasihaniku.

Setelah beberapa saat aku merasa kelelahan, keringat mengucur deras dari tubuhku. Semua makeupku pasti sudah luntur, ditambah rambutku yang mencuat yang sebelumnya ditarik oleh melia.

"I am pathetic right?" tanyaku.

"No!" Jawabnya, sambil membelai rambutku, "You are the strongest person I've ever know" lanjutnya, dia melirik samsak yang sedari tadi aku oukuli kemudian bergumam, "remind me not to get on your bad side"

Mendengar ucapannya membuatku tertawa, aku mengalungkan tanganku dilehernya. "Thank you"

"Always" Jawabnya.

"It's the worst birthday I've ever had, but you are the best boyfriend I could ever ask!" Ucapku sambil menciumnya.

To be Continue...