webnovel

Expired Lover

"Key, are you okay?" Tanya Dira padaku dengan wajah tampak khawatir.

"Is it a joke?" Tanyaku sambil tertawa seperti orang gila, "apa ada kamera disekitar sini? Ini hanya prank benar kan?" Tanyaku kembali pada Dira, "Ya ini pasti hanya lelucon" jawabku sambil mengangguk angguk sendiri, "ah, it must be April Mop, isn't it?" Aku menatap Dira, menginginkan jawaban.

"Key..." ucapnya lirih

"No, it's already June. Then maybe, it's just a prank right? Yah, two days for now is my birthday. Oh my god, aku hampir saja tertipu" jawabku sambil terus tertawa terbahak-bahak seperti orang gila. Ya, rasanya aku seperti akan jadi gila.

Bagaimana tidak, hari ini aku mendapatkan sebuah undangan pernikahan dari kekasihku sendiri, Allan. Disana tertulis mempelai pria Allan Hanggoro dan mempelai wanita Melia Ananda. Rasanya seperti tersambar petir di siang bolong. Aku tak percaya hal ini bisa terjadi. Maksudku, Oh come on! Ini tidak mungkin terjadi. Aku dan Allan berpacaran selama 6 tahun sejak kami duduk di bangku SMA, dan hubungan kami baik-baik saja. Okay, maybe not. Beberapa waktu terakhir memang hubungan kami agak sedikit rumit, karena hubungan jarak jauh yang kami lakukan. Tapi tetap saja menikah dengan wanita lain dan aku rasa wanita ini bukan orang lain bagiku, Melia adalah sepupu terdekatku. What kind of a joke is this?

Dira memelukku, menepuk-nepuk punggungku berusaha membuatku tenang. Namun, aku justru menangis histeris. Aku tak bisa mempercayai hal ini. Aku tak bisa menerima hal ini begitu saja, bagaimana mungkin mereka tega melakukan hal ini padaku?

Dua hari yang lalu, Allan bahkan berkunjung ke Bandung dan sama sekali tak mengatakan apapun. Hubungan kami masih sama seperti biasa, berselisih paham layaknya pasangan kekasih pada umumnya. Tapi dia sama sekali tak membahas tentang berpisah apa lagi menikah dengan Melia. Bukankah Allan berjanji akan menikahiku setelah aku menyelesaikan kuliahku? Lalu kenapa tiba-tiba undangan pernikahan ini datang padaku?

"Ini bukan lelucon Key, mereka akan menikah. Melia, dia sedang mengandung anak Allan. Dua bulan, usia kandungannya sudah dua bulan. Itulah kenapa mereka memutuskan untuk segera menikah" ucap Dira.

"Dua bulan?" Tanyaku terkejut, ya tuhan ini tidak mungkin. Dua bulan yang lalu Allan, Melia, Ivan dan aku kami berempat pergi ke Karimun Jawa untuk liburan. Jika usia kandungannya sudah 2 bulan, mungkinkah mereka melakukan hal menjijikan tersebut saat itu. Bukankah itu keterlaluan, aku dan Ivan kekasih Melia juga ada disana. Bagaimana mungkin mereka setega dan segila itu melakukan hal menjijikan tersebut. Membayangkannya sudah membuatku ingin muntah.

"Kenapa mereka melakukan ini padaku?" Tanyaku lirih hampir tidak bersuara, "apa karena aku masih belum mau berkomitmen, maksudku aku mau menikah dengannya tapi hanya belum waktunya aku harus menyelesaikan kuliahku dulu. Apa karena ini dia memilih Melia? Ini salahku kan?"

"It's not your fault. Jangan menyalahkan dirimu sendiri"

"Lalu haruskah aku menyalahkan mereka?" aku menatap matanya sambil terus menangis.

Dia menggelengkan kepalanya, "Kau juga tak bisa menyalahkan mereka. Aku rasa tuhan memang tak ingin kau bersama dengannya Key" ucapnya kemudian dia duduk disampingku, "listen, everything happen for a reason. Percayalah, mungkin saat ini kau akan merasa tuhan tidak adil, tuhan kejam, mereka kejam karena menyakitimu. Tapi lihat sisi positifnya, kalian berdua belum jadi menikah dan hal ini terjadi. Akan lebih menyedihkan jika kau tau mereka berselingkuh saat kalian berdua sudah menikah" ucapnya panjang lebar.

Yang dikatakan Dira memang benar, untungnya kami masih belum menikah. Tapi hal ini membuatku benar-benar muak, sungguh mereka tidak tahu malu. "Aku harus bagaimana?" Tanyaku sambil menghapus air mataku.

"Let him go, forget him and start your new life. Being a new you" Ucapnya dan pergi meninggalkanku.

***

Ring ring ring

Suara ponselku dipagi hari benar-benar memekakan telinga. Siapa gerangan manusia yang menghubungimu dipagi buta. Rasanya aku ingin membuang ponselku kejendela, karena tidak mau berhenti berdering.

📞"Hal-"

📞"Are you okay? I heard that Allan and Melia, they-" suara pria di seberang sana benar-benar.

📞"I'm not okay and yes whatever you heard are true. And what? You call me at 3 in the morning just for that? Then I'll hang up" ucapku sedikit geram. Aku tahu, dia pasti baru membuka ponselnya dan melihat kabar ini.

Ah aku lupa, pria yang menghubungiku pagi ini adalah Reynald dia sahabatku. Sekarang dia sedang berada di Canberra. Dia mendapatkan beasisawa penuh dari Australia awards di University of Canberra fakultas Hukum. Itulah mungkin di jam 3 pagi hari dia langsung menghubungiku, karena di Canberra sekarang ini sudah jam 6 pagi karena selisih waktu Canberra dan Bandung itu 3 jam. Aku sebut Bandung tentu saja karena kalau aku menyebutkan Indonesia tentu itu salah, karena Indonesia sendiri terbagi menjadi 3 bagian kan? Oh come on! it's enough back to the story.

"Wait, don't hang up!" Dia berteriak padaku, "or I..." dia terhenti karena mendengarku mulai terisak.

"Or what?! You'll come here to scold me like the old days? Or you just want to say that you are right about him, about their affair that I just wasted my time because I am a fool!" Ucapku dengan suara bergetar dan mulai menangis.

"Hey Keyra, I'm so sorry okay. I don't mind to yell at you." Ucapnya, suaranya terdengar khawatir.

Aku terus menangis, mendengar suaranya membuatku merindukannya. Aku ingin memeluknya, sahabat yang selalu bisa menenangkanku saat aku menangis, memarahiku saat aku melakukan sebuah kesalahan, menangis dan tertawa bersamaku. "I need you, Rey" isakku, "I want you here with me! Right here right now. But I know you can't. I hang up first." Ucapku kemudian memutus panggilan teleponnya.

Aku terus menangis, merutuki nasibku, menyalahkan sepupuku Melia yang dengan tega berselingkuh dengan kekasihku dan bahkan dia hamil. Menyalahkan Allan yang dengan tega menghianatiku setelah 6 tahun kami berasama. Menyalahkan Reynald yang tak ada disisiku disaat aku benar-benar terpuruk.

Flashback on

Karimun Jawa two months ago

Duduk ditepi pantai dimalam hari memang menenangkan, aku bersandar pada bahu kekasihku Allan, dia mengelus-elus rambutku. "I love you, Keyra" bisiknya ditelingaku.

Aku mendongak mencari matanya, aku ingin melihat matanya saat dia mengatakan hal itu. Aku ingin tahu kesungguhannya, "ucapkan lagi"

Dia menatapku dalam, "I love you, Keyra Adelaide"

Aku menatap matanya dalam, entah kenapa aku melihat keraguan dalam mata itu. Aku belajar psychology selama 3 tahun. Aku tahu betul saat seseorang berbicara sungguh-sungguh atau mereka yang hanya asal bicara. Alih alih menciumnya, aku lebih memilih memeluknya, "Love you more Allan" aku mengeratkan pelukanku dan bertanya dalam hati 'kenapa tatapannya berbeda, apa kau masih benar-benar mencintaiku? Seperti 6 tahun yang lalu Allan?'

***

Pagi ini kami berniat untuk pergi snorkeling. Aku dan Ivan sudah siap dengan peralatan kami, kami duduk di tepian kapal menunggu Melia dan juga Allan yang belum juga kunjung datang.

"Aku akan menyusul mereka, kamu tunggu disini Ivan" ucapku sambil berjalan menuju cottage tempat kami menginap.

Tidak lama aku melihat Melia dan Allan dari kejauhan, mereka seperti tengah beradu pendapat. Tangan Allan sesekali mengelus wajah Melia dan menyingkirkan rambut melia yang berterbangan. Mereka sudah saling mengenal sejak lama, jadi wajar kalau mereka sedekat itu.

"Hey, bisakah kita pergi sekarang? Ivan dan aku menunggu kalian sedari tadi, aku benci snorkeling di siang hari itu membuat kulitku gosong" ucapku sambil menarik tangan Allan.

***

"Allan! Aku dapat bintang laut!" Teriakku, tapi dia sudah tidak disampingku. "Allan!" Aku melihat sekitar dan menemukannya Allan sedang berada disisi lain bersama dengan Melia, mereka tertawa bersama Allan sesekali menggenggam tangan Melia. 'Apa ini?' Tanyaku dalam hati.

"Mereka jadi semakin dekat" ucap Ivan tiba-tiba dari belakangku.

"Kau diam saja? Urus kekasihmu itu" desisku.

"Mantan kekasih"

"What?!"

"Semalam kami berpisah" ucapnya enteng, sambil menerawang jauh. Bagaimana dia bisa setenang ini saat dia baru saja berpisah dengan kekasihnya dan saat ini dia sedang bersama pria lain. Tunggu pria lain itu kekasihku.

Aku langsung berenang mendekati mereka berdua dan Ivan mengikuti dari belakang. Aku memeluk tangan Allan erat, seakan tidak mau berpisah dengannya. Allan terkejut dan memandangku.

"Hey, Keyra!" Dia tersenyum tapi terlihat kikuk. Ini hanya perasaanku saja atau memang perasaan Allan sudah berubah terhadapku.

Aku mendekatinya dan mencium bibirnya. Selama 6 tahun ini aku tak pernah sekalipun menciumnya terlebih dahulu, aku hanya ingin memastikan sesuatu. Awalnya Allan terkejut dengan apa yang aku lakukan, namun kemudian Allan memegangi wajahku dan membalas ciumanku. Aku meraba dada Allan, ingin merasakan debaran jantungnya. 'Tidak, kenapa kenapa dia tidak berdebar seperti dulu?' Tanyaku dalam hati. Aku melepaskan ciuman kami dan menggandeng tangan Allan.

"Aku lelah, aku ingin kembali ke cottage." Ucapku sambil berenang menuju kapal

***

Present day

Aku menatap wajahku didepan cermin, benar benar tampak kacau. Mataku sembab lingkaran mata yang semakin hitam bak panda. Aku menunjuk wajah yang tampak di cermin.

"Who are you?" Tanyaku pada bayanganku sendiri yang tampak didalam cermin, "you look really ugly and mess" ucapku sambil menghela napas. Aku melihat gunting di dekat meja rias, berpikir sejenak kembali menatap cermin sambil memainkan rambut panjangku. "I think I need to fix this mess" ucapku sambil memotong rambut panjangku hingga sebahu.

Hari ini aku tidak ingin pergi kemanapun, menghabiskan waktuku didepan TV seharian. Saat aku merasa lelah aku memejamkan mataku dan tidur disofa. Dira tidak terlihat seharian ini, dia pasti sibuk seharian dikampus sampai tidak sempat pulang ke rumah. Aku dan Dira kami tinggal bersama, kami menyewa sebuah rumah dengan 2 kamar lokasinya memang tidak terlalu dekat dengan kampus. Sebelumnya Dira dan kakak sepupunya Anne tinggal dirumah ini, namun saat Anne wisuda tahun lalu dia langsung menikah dan ikut suaminya pindah ke Jakarta, itulah kenapa aku tinggal disini dengan Dira.

Mataku terasa berat aku mengantuk, jadi aku sandarkan diriku disofa dan tidur. Aku merasa seseorang tengah duduk disamping sofa dan memandangiku, aku membuka sedikit mataku dan melihat Rey tersenyum disana. Ini pasti hanya mimpi, dia sedang ada di Canberra. Tidak mungkin dia berada di sini bersamaku.

"Sekarang aku bahkan meihatmu di mimpi, kapan kau akan kembali Rey?" Tanyaku sambil mengusap wajah Reynald, "did you ever know that I always wishing you were here? I miss you everyday" ucapku sambil menangis

Dia mengusap air mataku, tangan hangatnya terasa nyata. Dia mendekatkan wajahnya padaku, aku bisa merasakan hembusan nafasnya, aroma mint tubuhnya. Aku merasakan getaran didadaku semakin kencang, aku meraba dadanya dan merasakan getaran didadanya yang sama kuatnya dengan getaran didadaku. Bahkan didalam mimpipun aku bisa merasakannya, "I wish it was not a dream and you were really here with me!"

"It's not a dream Key. I'm here with you" bisiknya suaranya sedikit serak, dan terdengar sangat seksi.

"Bahkan didalam mimpi kau terlihat semakin tampan, dan juga sexy." Kekehku.

Dia semakin mendekat, "sudah kubilang ini bukan mimpikan?"

"Wow! Kalau kau maju sedikit lagi aku tidak tahu apa yang akan terjadi Rey. Ternyata didalam mimpi kau lebih agresif ya?" Ucapku lagi, "Didunia nyata kau tak akan berani sedekat ini, kenapa Rey? Apa karena aku sahabatmu? Apa karena kau masih mencintai kakakku Vera?" Tanyaku kembali, dia hanya terdiam dan mengerutkan dahinya, "apa kau ingat saat kelas 1 SMA sebelum Allan menyatakan perasaannya padaku? Aku menunggumu di gerbang sekolah seperti biasa namun kau tak juga terlihat, kemudian saat aku menyusulmu kedalam sekolah aku melihatmu didepan kelas kalian berciuman" kalimatku bergetar, mengingat kejadian 6 tahun lalu memang menyedihkan. Alasan aku berpacaran dengan Allan adalah untuk melupakan perasaanku pada Reynald.

***

Flashback on

Sore itu cuaca tampak cukup buruk, hujan sedari tadi tidak juga kunjung reda. Seperti biasa aku menunggu Reynald dan juga Vera kakak perempuan angkatku didepan gerbang. Aku masih berada di kelas 1 jadi aku tak punya banyak kenalan di sekolah, itulah kenapa aku selalu menempel pada mereka berdua. Rey dan Ve 2 tahun lebih tua dariku mereka berada di kelas 3 itulah kenapa mereka jadi semakin sibuk akhir akhir ini.

"Kau belum pulang Key?" Tanya seorang senior padaku, aku melihat tanda kelasnya itu kelas 2.

"Iya kak, aku menunggu kakakku" aku melirik tag namanya Allan Hanggoro, "Kak Allan?" Tanyaku.

"Aku baru akan pulang, mau kuantarkan?" Tanyanya

"Tidak perlu, nanti mereka khawatir" tolakku sopan

"Kau yakin mereka masih disekolah? Sekolah sudah terlihat sepi" ucapnya.

Aku melihat sekitar, memang tampak sunyi, "kalau begitu aku akan periksa kedalam," jawabku sambil berlalu masuk kedalam sekolah.

"Hey, mau kutemani?" Tanyanya sambil berteriak

"Tidak perlu" jawabku.

Aku berjalan menyusuri koridor sampai akhirnya aku melihat Rey yang duduk di kelas dan kak Ve mendekatinya, mencium Rey. Rasanya sakit dadaku sakit, aku tak sanggup melihatnya. Aku berlari sekencang kencangnya aku tak mau melihat mereka aku mulai menitikkan air mata bayangan mereka tengah berciuman membuatku sakit. Aku terus berlari sampai aku menabrak seseorang, "maafkan aku"

"Kau baik baik saja" tanyanya, yang tidak lain adalah Kak Allan.

Aku mengangguk dan mengusap air mataku, "sepertinya mereka melupakanku, mereka sudah tidak ada dikelas dan dimanapun" ucapku berbohong.

"Dan kau menangis karena mereka meninggalkanmu?" Tanyanya

"Aku tak pernah pulang tanpa mereka, aku tak memiliki teman satupun" jawabku.

"Kau bisa pulang bersamaku" ucapnya sambil menarikku ke arah parkiran membukakan pintu mobilnya untukku.

Aku duduk didalam, menunggunya masuk, "thanks" ucapku. Dia hanya tersenyum dan melajukan mobilnya. Saat diperjalanan aku merasakan ponselku bergetar, aku melihat layar ponselku 'Rey'. Aku mengabaikannya, namun ponselku bergetar kembali, aku tetap mengabaikannya sampai kak Allan merebut ponselku, dia menerima panggilannya.

"Hey, Keyra bersamaku. Aku akan mengantarnya pulang kerumah jadi tidak perlu khawatir" jawabnya dan langsung mengakhiri panggilannya. Singkat.

Aku menatapnya bingung, aku mengambil ponselku kembali dan ada pesan masuk dari Rey.

📱"Dimana kau Key?"

📱"Kami mencarimu, maaf membuatmu menunggu"

'Mencariku? Bullshit!' Batinku

📱"siapa laki-laki yang mengangkat telponku?"

📱"jangan mudah percaya pada orang asing"

📱"DEMI TUHAN KEY, BALAS PESANKU! KAU MEMBUATKU KHAWATIR!"

Aku membalas pesannya singkat 📱"I already home"

Aku tidak bohong, karena saat aku membalas pesannya kami sudah berada dikomplek perumahan tempat tinggalku. Kak Allan menghentikan mobilnya tepat di depan pagar rumahku. Aku turun dari mobil dan mengucapkan terimakasih. Kak Allan langsung pulang kerumahnya. Aku langsung bergegas menuju kamar membersihkan diriku, berganti pakaian da saat masuk kedalam kamr aku melihat kak Ve duduk disana.

"Dengan siapa kau pulang?" Tanyanya

"Kak Allan, dia kelas 2" jawabku singkat sambil duduk di ranjang

"Apa aku mengenalnya?"

"Entahlah, tapi mungkin kau beberapa kali melihatnya. Dia anggota tim basket sekolah" jawabku

Dia terlihat berpikir sejenak kemudian berteriak, "OH MY GOD!" Dia menghampiriku, "maksudmu Allan Hanggoro?" Tanyanya histeris, "dia anggota tim basket, oh tidak bukan. Dia kapten baru tim basket Key. Dia tampan dan juga tinggi. Dia populer diantara gadis gadis. Beruntung sekali kau bisa pulang bersamanya" ucapnya.

"Benarkah?" Aku mengangguk angguk, Kak Allan memang tampan tapi aku tak pernah menyadarinya dan hari ini adalah pertama kalinya aku benar benar bertemu dengannya. Tentu saja aku tak menyadari keberadaan pria tampan lainnya, karena selama ini duniaku hanya berputar di bawah kaki Rey. Aku hanya melihat kearahnya. Aku mencintainya jauh sebelelum aku tahu apa itu cinta. Tapi hari ini aku melihatnya berciuman dengan kak Ve. 'Ini waktunya bagiku untuk berhenti' batinku.

***

Semenjak sore itu, kak Allan selalu mengajakku pulang bersama sampai suatu hari tepat setelah pertandingan persahabatan antar kelas, kelas Kak Allan melawan kelas Rey. Saat itu aku duduk menonton di bangku penonton berasama dengan anak-anak dari kelasku. Kemudian segerombolan gadis pemandu sorak menghampiriku dan menggandengku kelapangan. Aku sangat terkejut dan tak tau apa yang terjadi.

Aku berdiri ditengah lapangan, para gadis pemandu sorak tadi mulai mundur dan berdiri dibelakangku. Aku melirik kebelakang bertanya kepada mereka apa maksud semua ini, tapi mereka hanya tersenyum. Aku melihat Rey yang bercucuran keringat dipinggir lapangan dengan kak Ve yang memberikannya air minum. Dia tampak bingung, saat dia bergerak maju seolah ingin menghampiriku kak Ve menarik tangnnya. Aku melempar pandanganku ke arah lain dan aku melihat kak Allan ada disana tersenyum dan menghampiriku. Dia memberiku sebuah bunga tulip, aku menyukai bunga ini bagaimana dia tahu.

"I love you right from the start. Pertama kali aku melihatmu, aku merasakan ada sesuatu yang aneh didalam sini" ucapnya sambil menunjuk dadanya, "aku terus memperhatikanmu, dan sore itu saat kau bersedia kuantar pulang rasanya aku sangat bahagia. Aku tak bisa menghilangkan wajahmu dari otakku. Keyra Adelaide, will you be my girlfriend?"

Aku diam terpaku, tak tau harus mengatakan apa. Kak Allan dia baik, dia tampan tapi aku tak memiliki perasaan apapun padanya. Aku memandangnya yang tengah berjongkok dihadapnku, aku melihat sekitar. Pasti akan sangat memalukan jika aku menolaknya. Aku mengedarkan pandanganku, aku melihat kak Ve tersenyum dan mengangguk angguk tanda persetujuan, disampingnya ada Rey yang tampak geram. Tunggu kenapa dia tampak marah? Dia tidak berhak untuk marah atau merasa kesalkan? Aku kembali menatap Kak Allan, menunduk dan berbisik. "I will"

Dia mendongak dan berdiri kemudian menggendongku yang membuatku terkejut sampai berteriak. "Turunkan aku!" Dia mengembalikanku kebumi dan mencium keningku.

***

Present day

"Kau tahu, kau adalah alasan kenapa aku menerima Allan sebagai kekasihku" ucapku, "aku ingin melupakan perasaanku terhadapmu, mengalihkannya pada Allan. Aku tidak ingin mencintaimu saat aku tahu kau mencintai Kakakku"

"Aku tak pernah mencintai Ve, aku tak pernah berciuman dengannya" jawabnya, "dan sudah kubilang aku ada disini, ini bukan mimpi Key" dia semakin mempersempit jarak diantara kami dia menciumku, hangat dan manis. Bibirnya terasa manis dan membuatku terbuai, 'ijinkan aku tetap berada di dalam mimpi ini tuhan' batinku.

"Kalau kalian ingin bercumbu bukankan seharusnya ditempat yang lebih pribadi? Aku juga ingin menonton TV. Bukan melihat kalian saling menggingit bibir masing-masing. Demi tuhan, pergilah ke dalam kamar!" Teriak Dira sambil melemparkan bantalnya.

Teriakannya membuatku sadar dan aku langsung terbangun dari posisiku. Wajahku memerah panas dan aku langsung berlari kedalam kamar. 'Ya tuhan ini bukan mimpi, aku menciumnya? Atau dia menciumku? Tidak kami berciuman. Ya tuhan apa yang harus aku lakukan?' Batinku dalam hati.

"Key! Kau akan kabur dan menghindariku?" Tanya Rey sambil menggedor pintu kamarku yang sudah kukunci rapat. Aku diam saja tanpa menjawabnya. "Kau sudah membuat jantungku kacau dan kau pergi begitu saja? Dasar kejam" dia menghentikan gedoran pintunya, dia duduk dibalik pintu begitu juga denganku. "Dan itu adalah ciuman pertamaku" ucapnya kemudian

"Pembohong 6 tahun yang lalu kalian berciuman didalam kelas" bantahku

"Dasar bodoh!" Dia terkekeh.

"What?"

"Kau salah paham, kami tidak pernah berciuman. Vera membantuku meniup mataku yang kemasukan kotoran. Dan Vera tak pernah menyukaiku tapi dia menyukai Noah, kalau kau tak percaya kau bisa menanyakannya langsung. Dia akan pulang dari Kanada bersama Noah dan datang ke pesta pernikahan Allan." Terangnya. Noah adalah suami kak Ve, mereka menikah 2 tahun lalu dan mereka tinggal di Kanada, Noah mendapatkan pekerjaan di Kanada setelah lulus dari Toronto University dan Kak Ve, bekerja sebagai repoter VOA di Kanada.

"Kau tahu, sore itu saat kau menghilang aku sangat khawatir. Lalu kemudian saat menghubungimu dan sesorang laki-laki yang menjawabnya rasanya aku benar benar marah. Dan aku benar benar kesal karena kau tak pernah lagi pulang bersama kami." Tuturnya, "dan hatiku terasa sangat sakit dan juga panas saat dia menyatakan perasaannya padamu dan kau menerimanya"

"Kenapa?"

"Because I love you, stupid!" Ucapnya. "Berbeda denganmu aku tetap menjaga perasaanku, berharap suatu saat aku bisa mengatakannya padamu. Aku tak pernah berkencan dengan gadis manapun, apalagi berciuman dengan seorang gadis"

"Kenapa kau tak pernah mengatakannya?"

"Apa kau pernah memberikanku kesempatan untuk menjelaskan? Aku bahkan tak tahu kau marah padaku karena mengira aku berciuman dengan Vera" ucapnya sambil menghela napas, "aku menghabisakn waktu 6 tahun untuk menunggumu, menjaga perasaanku padamu"

"Dan aku menghabiskan 6 tahun hidupku untuk berusaha mencintai Allan dan melupakanmu, dan dia menghamili sepupuku. Tragis sekali cerita ini" ucapku

"Dan kau masih tak mau membukakan pintu untukku?" Kau tahu aku baru sampai, perjalan 10 jam dipesawat dan 3 jam dikereta kemari membuatku benar-benar lelah dan kau masih tidak mau bicara padaku?" Ucapnya memelas

"Kenapa juga kau datang kemari?" Tanyaku ketus.

"Kau bilang kau merindukanku, membutuhkanku, ingin aku berada disampingmu. Tentu saja aku datang kemari" jawabnya.

Aku menyerah dan membuka pintu kamarku, dia yang sedari tadi bersandar dipintu terjengkang kebelakang. Aku mengulurkan tanganku untuk membantunya berdiri. Dia berdiri dan langsung menarikku kadalam pelukannya.

"Kau benar-benar mencintaiku?" Tanyaku.

"Lebih dari apapun"

"Apa masih akan tetap sama?" Tanyaku lagi

"Tidak."

"Apa?"

"Tidak akan sama karena aku akan terus semakin mencintaimu setiap waktunya"

"Kau yakin?"

"Tak pernah seyakin ini"

"Tapi ada waktunya cinta itu kadaluarsa, seperti cinta Allan terhadapku." Ucapku

"Tidak jika kau menjaganya. Lihat aku masih mencintaimu, walaupun selama 6 tahun ini kau bersama pria lain."

"Dan sampai kapan kau akan memelukku?"

"Sampai aku yakin, kau tak akan meninggalkaku"

"Aku tak akan meninggalkanmu, dan bukannya kau lelah?" Tanyaku

"Sangat," jawabnya sambil melepas pelukannku, "bolehkah aku menumpang tidur ?" Lanjutnya sambil berjalan dan menggadeng tanganku menuju ranjang ukuran king size milikku. Kami berbaring saling berhadapan dia menatap mataku dalam, "I think it's time for me to say that I love you" ucapnya aku melihat kesungguhan didalam matanya.

"I love you Rey"