Saat ini Alena hanya dapat menangis meratapi nasibnya. Sekarang ini ia tengah bersedih sambil terus menangis diam-diam di kamarnya. Tinggal bersama dengan ibu tiri yang selalu menyiksanya tidak hanya membuat dirinya terluka secara verbal namun juga non verbal. Hati dan pikirannya serasa sudah sangat lelah menadapatkan semua tekanan dari orangtunya. Apalagi sang ayah yang tidak peduli dengan kondisinya, semuanya semakin membuat dirinya merasa semakin sangat hancur.
"Aku sangat sedih saat ini, orang-orang di rumah ini juga enggak ada yang peduli dengan aku. Andaikan saja ibu kandung aku masih hidup pasti aku akan sangat bahagia tidak seperti ini," batin Alena.
"Kenapa hidup aku semakin hari menjadi seperti ini? Dari dulu aku selalu sedih dan tidak pernah bahagia termasuk juga dengan urusan percintaan yang aku jalani," gumamnya pelan. Saat sedih dan meratapi nasib kehidupannya yang menyedihkan, Alena juga teringat dengan mantan tunangannya yakni Andre.
"Laki-laki yang aku percaya akan membahagiakan aku ternyata juga enggak beda dengan orang-orang yang ada di rumah ini. Hanya membuat hati aku sakit."
Rasa sakit hatinya begitu dalam, terkadang ia juga merasa sangat putus asa dengan jalan hidupnya saat ini. Namun lagi-lagi ia juga sering menyemangati dirinya sendiri karena jika bukan dirinya yang peduli maka siapa lagi. "Aku harus kuat."
Hembusan angin yang masuk melalui jendela yang masih terbuka saat suasana sore hari membuat Alena semakin larut dalam kesedihannya. Hatinya semakin terasa pilu dan terasa begitu sakit. Ia menganggap jika semua orang jahat karena sudah membuatnya seperti ini.
"Apakah aku tidak berhak hidup bahagia?"
"Kenapa kebahagiaan tidak pernah datang kepadaku?"
"Apa salahku?"
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu selalu muncul dalam benak Alena dan ia selalu mengucapkannya saat sedih seperti ini.
Mungkin dengan berkata seperti itu rasa sedih dalam hatinya sedikit lebih membaik. Alena juga merasa tidak enak hati jika harus menceritakan semua permasalahan hidupnya pada Elea yang tidak lain dan tidak bukan adalah sahabat terbaiknya.
Dulu Alena berpikir jika Mama dan Papahnya telah gagal membuatnya bahagia, ia awalnya menyangka jika Andre mampu membahagiakannya akan tetapi tidak, laki-laki yang mulai ia cintai itu justru mengkhianati dirinya dengan wanita lain. Saat ini ia tengah bingung dan tidak tahu lagi harus bagaimana.
"Andre, awalnya aku menyangka jika kamu adalah laki-laki yang baik dan tulus mencintai aku tapi ternyata dugaan aku selama ini salah. Padahal saat Papah jodohkan aku dengan kamu, aku yang awalnya tidak menyukai kamu seiring berjalannya waktu aku mulai belajar mencintai kamu akan tetapi saat aku sudah jatuh cinta dengan kamu ternyata kamu mengecewakan aku," batin Alena.
Saat ini Alena benar-benar terluka, namun sekali lagi hanya dirinya yang dapat membuat dirinya bangkit dalam menjalani kehidupan.
Alena juga berharap jika nanti akan datang seseorang yang akan membawa kebahagiaan dalam hidupnya. "Masalah akan selalu hadir dalam setiap kehidupan seseorang dan aku berharap jika akan hadir seseorang yang akan membahagiakan aku setelah melewati kehidupan yang pahit ini," gumam Alena.
Saat ini ia juga sedang berusaha melupakan mantan tunangannya padahal saat dulu ia bersusah payah mencoba mencintai Andre. "Papah juga enggak suka aku putus sama Andre tapi gimana? Enggak ada wanita yang kuat jika harus dikhianati."
Diusianya yang masih sangat muda memang tidak mudah bagi Alena menghadapi semua ini. Permasalahan yang hadir dalam hidupnya sudah cukup membuatnya sangat kewalahan menghadapinya. "Aku berusaha untuk selalu sabar dan kuat, mungkin sekarang aku bisa menerima semuanya tapi bagaimana dengan permasalahan yang akan datang? Apakah aku akan tetap kuat atau mungkin sebaliknya aku akan hacur dan rapuh?"
Saat sedih seperti ini Alena juga teringat dengan kata-kata yang keluar dari mulut Mama Febi yang mengatakan jika ia hanya ibu tirinya dan bukan ibu kandungnya. "Lalu gimana kabar ibu kandung aku? Apakah dia benar-benar sudah meninggal saat melahirkan aku?" batin Alena yang sangat berharap jika ibu kandungnya itu masih hidup padahal sudah jelas Mama Febi mengatakan jika ibu kandung Alena sudah meninggal dunia.
"Kalau saja ibu kandung aku masih hidup pasti dia akan mendekap dan memeluk aku disaat seperti ini. Disaat aku lagi sedih-sedihnya, disaat aku sedang hancur-hancurnya."
Tidak hanya bersedih ketika merindukan ibu kandungnya, Alena juga sangat hancur karena merasa hina karena dirinya hanya anak hasil perselingkuhan ayahnya. Ketika semuanya terungkap memang sangat membuat hatinya sakit hati ketika mendengarnya namun disatu sisi ia juga merasa sangat bersyukur karena ia akhirnya mengetahui jika Mama Febi bukan ibu kandungnya.
Namun meskipun begitu, meskipun Mama Febi sering menyiksanya dan memperlakukannya dengan sangat kasar, Alena selalu mencintai Mama Febi dan sudah menganggap Mama Febi sebagai ibu kandungnya sendiri meskipun Mama Febi tidak mengharapkan itu.
"Meskipun Mama Febi sering membuat aku salut hati, sering memperlakukan aku secara tidak manusiawi tapi aku juga akan tetap mencintai Mama. Aku akan menganggap Mama Febi seperti ibu kandung aku sendiri meskipun aku rasa Mama tidak mengharapkan hal itu."
Bagi Alena bagaimanapun Mama Febi tetaplah orang yang berjasa dalam hidupnya. "Meskipun aku sering kesel sama Mama tapi Mama Febi sangat berjasa dalam membantu Papah untuk membesarkan aku."
"Aku hanya bisa berdoa semoga aku kuat dan bisa melewati semua halangan dan rintangan dalam kehidupan aku saat ini."
Tetesan air mata terus keluar dari pelupuk mata cantik gadis yang tengah bersedih, memeluk erat tubuhnya sendiri. Meskipun hatinya sedang rapuh dan sedih tapi dia tidak henti-hentinya memotivasi dirinya sendiri untuk tetap bersemangat dalam menjalani semua ini. "Meskipun Papah juga udah bikin aku kecewa karena telah tega mengkhianati Mama Febi tapi aku juga enggak bisa benci sama Papah. Papah adalah Papah aku dan dia adalah harta paling berharga yang aku miliki meskipun dimata Papah, aku hanya anak yang tidak berguna," batin Alena sambil menyeka air matanya.
Alena juga terus kuat seperti ini karena dukungan dari sahabat terbaiknya yaitu Elea. "Elea juga sangat baik sama aku, aku sampai enggak mengerti kenapa dia bisa baik banget sama aku. Selama ini aku hanya bertemu satu orang baik selama aku hidup yaitu kamu Elea, aku sampai enggak tahu bagaimana caranya membalas semua kebaikan-kebaikan kamu," lirih Alena yang seolah-olah jika Elea mendengarkan curahan hatinya.
Disatu sisi Alena juga merasa sangat beruntung karena bisa dekat dengan Elea, orang yang sangat baik dan tidak sombong. "Aku juga janji Elea, aku akan menjadi sahabat terbaik kamu dan akan selalu ada saat kamu butuhkan sebagaimana kamu selalu ada untuk aku."
Meskipun saat ini keningnya terasa cukup sakit, hatinya juga sakit, dan badannya terasa sangat lemah namun ia juga berusaha untuk tetap kuat. Apalagi akhir-akhir ini nafsu makannya berkurang drastis meksipun sahabat baiknya yaitu Elea sudah sering mengingatkannya agar mau makan tepat waktu namun saat tidak ada Elea, Alena selalu saja makan terlambat bahkan ia juga sering lupa dan tidak makan seharian.