webnovel

Pertengkaran Dave dan Mark

__Ada kalanya seseorang lelah bertahan dan memilih jalan lain dengan harapan menemukan kebahagiaan___

Sore harinya, Adriana duduk di kursi taman di samping rumah sambil menatap langit yang agak mendung, sesekali melihat Evan yang sedang bermain dengan tukang kebun. ibu muda itu merasa ada yang hilang dari dirinya. Ya ... cintaannya pada Mark yang mulai memudar, bahkan untuk berbicara dengannya pun malas. Ini semua terjadi karena suaminya sering berbohong, mengkhianatinya, dan menunjukkan sikap berbeda yang terkesan acuh tak acuh padanya.

Sepanjang hari, Mark di rumah tetapi hanya tidur dan menemani Evan bermain. Adriana semakin merasa rumah tangganya semakin hambar dan tidak memiliki dukungan untuk bertahan. Selain itu, perlakuan mertuanya selalu membuatnya ingin segera pergi.

Adriana sudah lelah meminta Mark pindah rumah dan hidup mandiri bersama keluarga kecil mereka, tapi suaminya selalu tidak mau karena ingin tinggal di dekat ibunya. Hal ini berbeda dengan Adriana yang selalu dibuat tidak nyaman oleh mertuanya. Dia sudah berusaha berbuat baik tapi tetap saja salah di mata ibu mertuanya.

''Aku lelah dengan semua ini. Untuk apa aku di sini, untuk siapa aku di sini? Evan sakit pun mereka tidak peduli. Hanya Dave satu-satunya orang yang peduli padaku." Adriana bermonolog dengan dirinya sendiri sambil menyeka air matanya yang tidak dia sadari baru saja menetes.

___

Dave mengemudikan mobilnya memasuki halaman rumah hingga berhenti di depan garasi. Pria itu segera turun dari mobil dan perhatiannya langsung tertuju pada kakak iparnya yang duduk sendirian, kemudian segera menghampirinya.

"Adriana," kata Dave, lalu duduk di sisi kanan Adriana.

"Dave," sahut Adriana sambil mengusap air matanya, lalu tersenyum tipis. "Kamu pulang lebih awal."

"Yeah ... tapi kenapa kamu menangis, Adriana?" tanya Dave dengan iba.

"Eh, aku hanya kelilipan debu," jawab Adriana berbohong sambil mengucek matanya dengan kasar.

"Di mana Mark?" tanya Dave yang merasa harus memberi pelajaran kepada kakaknya yang tidak menyadari kesalahannya telah menyakiti Adriana. Pria itu yakin bahwa kakaknyalah yang membuat Istrinya sendiri menangis.

"Di ruang kerjanya," jawab Adriana.

Dave mengangguk mengerti dan segera bangkit dari kursi. Dia masuk ke dalam rumah dengan langkah cepat menuju ruang kerja Mark yang berada di dekat ruang tengah.

____

Di ruang kerjanya berdinding kokoh yang didominasi cat cokelat muda, dilengkapi perabot meja, sofa, dan dua lemari untuk menyimpan arsip, juga ada pintu menuju kamar mandi, Mark menyandarkan punggungnya di kursi. Dia berpikir apa yang harus menjadi keputusannya. Ultimatum yang diberikan Maura cukup membuatnya pusing.

Mark terlalu mencintai Maura, dia tidak ingin ditinggalkan untuk kedua kalinya. pria itu berpikir, ini adalah waktu yang tepat untuk mendapatkannya kembali, tetapi dia tidak sanggup jika harus menceraikan Adriana.

Meskipun cintanya pada Adriana tidak sebesar cintanya pada Maura, Mark juga mencintainya karena tutur kata dan karakternya yang lembut, serta kebaikan hatinya sebagai seorang ibu. Pria itu mengaku juga memuja istrinya yang tidak dicintainya, apalagi mereka sudah memiliki anak di antara mereka.

"Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan? aku tidak ingin Maura pergi, tetapi apakah mungkin Adriana akan setuju jika aku menikahi Maura? Maura juga sepertinya tidak ingin menjadi istri kedua." Mark bermonolog dengan dirinya sendiri sambil memijat keningnya karena merasa pusing. ugh, siapa suruh selingkuh. pusing kan?

Sambil melamun tentang nasib cintanya, perhatian Mark tertuju pada Dave yang tiba-tiba datang dengan langkah cepat, menatapnya dengan tatapan begitu dingin.

"Ada apa denganmu?" tanya Mark dengan ekspresi tidak senang, karena Dave selalu mencampuri urusan pribadinya.

"Apa kamu sedang pusing memikirkan perselingkuhan mu?" Dave bertanya balik dengan mencibir pada Mark.

Mark memandang dengan malas kehadiran adiknya dan menjawab, "Aku hanya ingin bersama Maura sebelum dia pergi."

Dave terdiam dalam amarah, lalu melihat foto pernikahan Mark dengan Adriana yang ada di meja kerja. Dia mengambil foto dan tersenyum, hatinya tampak terluka melihat Adriana tersenyum bahagia karena sudah menikah dengan Mark. Kakak iparnya itu mengenakan gaun pengantin berwarna putih, memeluk suaminya dari samping sambil tersenyum ke arah kamera. Sekarang, rona bahagia itu telah digantikan oleh kesedihan karena luka di hati yang telah datang begitu saja tanpa didasari dendam ataupun kesalahan.

"Apa kamu tidak ingat, kamu membawanya ke sini untuk membuatnya bahagia? Lihat, dia tersenyum bahagia karena dia menikah denganmu!" Dave menunjukkan foto itu kepada Mark dan menatapnya dengan tajam.

Mark memutar matanya kesal pada omong kosong Dave, seolah tidak suka dengannya yang selalu ikut campur dalam urusannya. Apalagi kemarin sempat mengganggu aktivitas perselingkuhannya dengan Maura, tentu saja dia muak.

"Apa maksudmu, Dave?" dia bertanya dengan malas.

"KENAPA KAMU SELALU MENYAKITINYA?" Dave membentak dengan pandangan tajam ke arah Mark, lalu membanting foto itu ke lantai

Prackk...

Adriana yang berada di luar mendengar teriakan dan suara pecahan dari dalam rumah. Dia segera berjalan menghampiri Evan, segera menggendong dan membawanya masuk ke rumah karena penasaran tentang apa yang terjadi.

Sesampainya di dalam rumah, tepatnya di ruang tamu, Adriana langsung menitipkan Evan pada maid, lalu bergegas menuju ruang kerja Mark yang terdengar gaduh.

Langkah Adriana terhenti di depan pintu karena mendengar namanya diperdebatkan dari dalam ruangan. Ibu muda itu memutuskan untuk tetap diam sambil mendengarkan.

____

"Apa maksudmu, mengapa kamu menghancurkan foto itu?" tanya Mark dengan nada tinggi, menatap tajam pada Dave.

"Ini seperti hati Adriana!" Dave menjawab dengan nada tinggi sambil menunjuk pecahan foto itu.

Mark hanya bergeming dan teringat ketika Adriana berbicara tentang dia pulang tengah malam diantar oleh Maura, dia menyadari kesedihan istrinya tetapi tidak bisa menghentikan perselingkuhannya dengan Maura. Pria itu sudah jatuh cinta dengan cinta lamanya.

"Apa kamu tidak menyadari bahwa kamu telah menyakitinya? Kenapa kamu berselingkuh dengan Maura, apa kekurangan Adriana untukmu?" Dave menghujani Mark dengan pertanyaan sambil melotot padanya.

"Dia istri yang sempurna," jawab Mark dengan membuang muka, menunduk dengan tangan bertumpu di atas meja. Pria itu terlihat bingung dalam dilema.

"Jika dia istri yang sempurna, lalu kenapa kamu masih ingin bersama Maura, mengapa kamu menjadi brengsek, serakah ...pergi ke luar kota dengan alasan pekerja tetapi kamu malah berkencan dengan Maura? Padahal saat itu anakmu sedang sakit, mama dan Byanca bahkan tidak menjenguknya samasekali!" Dave menatap wajah pengecut Mark dengan heran dan kesal..

"Aku mencintai Maura lebih dari apapun dan kamu tahu itu sejak dulu Dave. Aku tidak bisa menolak kehadirannya kembali." Mark tampak tak berdaya, perasaan dilema membuatnya sungguh bingung.

Tidak ada yang akan membenarkan tindakan Mark. Tidak ada benarnya menjadi pembohong, pengkhianat, selingkuh, membuat Dave semakin muak dengan sikap kakaknya itu.

"Dia meninggalkanmu dan sekarang kamu adalah suami Adriana!" Dave menekankan, lalu bertanya lagi, "Apa istrimu tidak lebih penting darinya?"

"Aku tidak tahu," jawab Mark refleks. "Cintaku pada Maura terlalu dalam, sedangkan Adriana... aku hanya kasihan padanya dan Evan juga."

Mata Dave menajam karena marah setelah mendengar jawaban Mark yang masih mengutamakan Maura. Kakaknya mengatakan bahwa dia hanya kasihan pada Adriana, membuatnya terlihat seperti orang brengsek. Bagaimana dia bisa mengatakan hanya kasihan, sedangkan sudah membuat Adriana hamil sebelum menikahi denganya?

Dave mengepalkan tangannya, kemudian meninju wajah Mark dengan keras.

Bughj..

"Kamu bilang kamu mengasihani dia tapi selalu menyakitinya, kamu juga menghancurkan masa depannya!" kata Dave dengan nada tinggi sambil mencengkeram kemeja Mark.

"Aku hanya tertarik padanya sejak lama dan aku tidak mencintainya! Dia ada di saat Maura pergi!" Mark mendorong tangan Dave, lalu mendorongnya hingga tersungkur di lantai.

Dave segera berdiri kembali dan mendorong Mark ke dinding

"Jadi, kamu hanya berniat mempermainkan dan menjadikannya pelampiasan karena Maura yang meninggalkanmu. Dasar brengsek!"

Buhhh...bugh...

Dave memukul Mark lagi dan lagi. Kakaknya itu tak hanya diam, namun juga membalas pukulannya hingga terjatuh ke lantai.

"Kamu tidak perlu ikut campur dalam urusan keluargaku. Masalah Adriana bahagia atau tidak, itu bukan urusanmu!" seru Mark sambil menunjuk wajah Dave yang menatapnya dengan marah.

"Tentu saja ini urusanku, karena jika kamu tidak membuatnya bahagia, aku akan membuatnya bahagia!" jawab Dave sambil berdiri kembali.

Mark mengerutkan kening setelah mendengar apa yang dikatakan adiknya. "Apa maksudmu, apa kamu mencintai istriku?" tanyanya.

Dave tersenyum sinis, lalu balik bertanya, "kalau memang begitu, apa kamu akan cemburu? bukankah kamu lebih mencintai Maura? jadi, tinggalkan saja Adriana, biarkan aku yang akan membuatnya bahagia."

"Sialan kamu pengkhianat! Kamu menyukai istri kakakmu," kata Mark tidak menyangka.

Dave hanya terdiam dengan tatapan benci pada Mark. Dia mencoba merenungkan kata-kata kakaknya yang brengsek itu. 'Apakah aku pengkhianat? Aku hanya tidak tega membiarkan Adriana terus bersedih karena perbuatanmu,' pikirnya.

Mark segera meninggalkan ruangan. tapi saat dia membuka pintu, dia terkejut karena di depannya ada Adriana yang sedang menatapnya dengan kecewa.

"Adriana...."