Jika mema'afkan orang itu mudah
maka keikhlasan hatipun akan mudah
__Love Deep Admirer__
******
Maira menarik tangan adik lelakinya untuk keluar dari toko itu, "Kakak mana pacar kakak?." tanya Azka penasaran.
"Apasih dek, kakak kan gak punya pacar, lagian kamu masih kecil masih aja bahas pacaran, kakak aja yang udah delapan belas tahun gak tahu apa itu pacaran." ucapnya jujur, selama ia hidup. ia tak pernah menjalin hubungan yang bernama pacaran itu, ia tetap teguh pada pendiriannya, jika ada yang serius. temui keluarganya, gak perlu ribet, menjalankan hubungan sampai bertahun-tahun jika akhirnya hubungan itu pupus.
Azka berceloteh lagi. "Kapan kalo gitu kakak punya pacar? temen kakak aja tuh Reini mau nikah abis Idul adha kak, terus kak Sinta juga, dia suka bawa pacar ke rumahnya, masa kakak gak mau sih ngenalin pacar kakak ke rumah."
Maira menghembuskan nafasnya kasar, percuma saja ia menahan amarahnya dari tadi, jika adiknya akan bertanya lagi yang lebih membuatnya kesal. Maira tak ingin meluapkan amarahnya pada adiknya.
"Azka, kakak kan udah bilang dari dulu, Azka masih kecil, jangan bahas dan tanya soal pacaran, yang Azka harus lakuin sekarang. belajar yang bener, supaya bisa ngebedain mana yang baik dan mana yang buruk, suatu saat Azka pasti ngerti kenapa kakak gak mau berhubungan dengan seorang lelaki." jelasnya, Azka manggut-manggut paham.
"Ma'afin Azka ya kak Ra, udah buat kakak kesel." Maira mengangguk.
Pintu toko terbuka menampilkan sosok lelaki yang memakai sweater cokelat, mata bulat lelaki itu melihat ke arah Maira, dengan cepat pula Maira menghampiri lelaki tersebut.
"Kak." panggil Maira, lelaki tadi meneruskan langkahnya. tak berniatan untuk menyahuti panggilan Maira.
Maira memanggil lagi "Kak." panggilnya dengan suara yang agak meninggi.
Panggilan ketiga, tetap saja, lelaki itu tak menoleh padanya, dia terus saja berjalan seperti tak ada yang memanggilnya. "Budek kali tuh orang." rutuknya kesal.
Maira menarik tangan Azka dengan berjalan dengan cepat, karena lelaki tadi tak menghiraukan ucapannya.
"Kak Ara ngapain ngejar dia? dia pacara kakak?." tanya Azka yang tak dibalas Maira. adiknya selalu saja bertanya tak jauh mengenai pacar, pacar, dan pacar, rasanya panas jika Maira terus mendengar kata-kata itu.
Akhirnya Maira bisa mensejajari langkah lelaki tersebut. "Kak, tunggu dulu, aku mau ngomong." Lelaki tadi melihat Maira melalui ekor matanya, dan ia pun menghentikan langkahnya. "Hmm. kamu ngomong sama saya?." tanyanya menunjuk diri sendiri.
"Iyalah kak, sama siapa lagi? dan__ ngapain kakak kaya yang gak denger panggilan aku?" tanya Maira.
Bocah berumur tujuh tahun itu memerhatikan setiap perkataan orang dewasa di hadapannya. ia tak ingin merusak moment pacaran kakaknya itu, pikirnya.
"Oh, ma'af, kenapa ?." tanyanya.
"Soal yang saty hari yang lalu itu kak, makasih banget udah mau nolongin aku, dan m_ma'af ka,. saat itu aku lagi buru-buru makanya aku gak neng__"
Belum sempat ia menjelaskan perkataannya. lelaki tadi meninggalkan dirinya dengan muka tanpa dosanya, "Ehh_ kak, tunggu." panggil Maira.
Lelaki tadi terus berjalan. "Kakak ganteng. pacarnya kak Maira, tunggu." suara nyaring Azka menghentikan langkah Lelaki tadi, ia menoleh pada Maira lalu bergantian pada anak lelaki berumur tujuh tahun itu.
Maira menepuk keningnya pelan, kenapa juga adiknya itu berbicara, kalo ia pacaranya. Aish dasar adik lucknut, awas aja kalo nanti minta dianter beli ice cream lagi.
Lelaki tadi menggelengkan kepalnya. lalu melanjutkan langkahnya lagi, ia tak habis pikir. kenapa perempuan seperti Maira yang notabenenya terlihat gadis baik dan muslimah, malah memberitahu yang faktanya itu tidak benar pada adiknya.
"Kamu sih dek, ngapain juga bilang dia pacar kakak, kenal aja kagak, Ishh" Maira mengerucutkan bibirnya.
"Maap deh kak, maap, kan Az gak tahu apa-apa kak, kakak juga tadi ngapain gak kasih tau Azka kalau kakak lagi nyari kakak tadi."
"Udah ah, bawel, makanya kamu kalo ngomong jangan suka ngasal dek, apalagi kalo sama orang yang baru kamu kenal, bisa-bisa orang itu gak bakal percaya lagi sama kamu." nasihatnya, Azka mengangguk.
🍁
Sedangkan di waktu yang sama. Lelaki tadi menghampiri motornya, menyimpan belanjaan yang ia beli di toko tadi untuk keperluannya besok.
"Gue salah gak sih tadi nyuekin dia? dia kan mau minta ma'af dan berterimakasih juga sama gue, hmm salah gak sih gue ngelakuin itu? Auk ah, pusing gue," ucapnya, jika ia memikirkan hal yang berkaitan dengan gadis itu. membuatnya pusing.
Handphone-nya berbunyi, tanda panggilan masuk. "Ngapain nih si Heru nelpon gue, tumben dia, pasti ada maunya doang."
"Halo."
"Fan, besok ke rumah ya. gue ada acara nih,"
"Acara apa ru? penting kagak? soalnya besok gue kerja, gak libur."
"Persiapan buat pernikahan gue lah bro ! pokoknya lo dateng aja deh, jangan sampe lo gak dateng."
"Kebiasaan, bisanya maksa terus lu."
"Hahahahaha. yaudah sih, btw. kapan nih lu nyusul fan ? betah banget sih lu ngejomblo." ledek Heru di seberang sana.
"Jodoh gue masih otewe ru, udah ah, gue mau pulang nih, Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Tuutttt
Irfan memasukkan handphone-nya ke saku jaket kulitnya, ia kedahuluin lagi oleh sahabat SMA-nya, mungkin takdir belum menemukan jodoh untuknya. yang harus ia lakukan sekarang adalah memeprbaiki diri, agar yang datang pun yang terbaik.
"Kini stok jomblo tinggal empat nih, kapan yaa yang bakal nyusul setelah Heru?." tanyanya pada diri sendiri.
Teman-temannya sudah banyak yang berkeluarga, ada yang baru menikah, ada juga tyang sudah mempunyai dua atau lebih anak, saat acara reunian SMA-pun banyak yang sudah menggendong anak.
Sedangkan Irfan hanya bisa menikmati masa jomblo akut-nya yang sudah benar-benar akut, kadang dia selalu menjadi bahan bully-an teman-teman SMA-nya.
🍁
🍁
🍁
TBC
Vote
Comment
Follow uyuNuraeni