webnovel

5 – Raja Iblis 

"Lebih tepatnya, pemburu yang ingin membunuhku," ralat Key, begitu santai.

Aku menatap pria di depanku itu dan tak sanggup berkata-kata. Selama ini, aku berpikir betapa tak adilnya kehidupan di dunia ini. Lihat saja pria ini. Hidupnya, keluarganya, semuanya serba mudah. Dia bahkan punya kekuatan. Sepertinya tak ada yang tak bisa dia lakukan.

Namun ternyata, di balik semua itu, dia adalah orang yang diburu, yang nyawanya terancam setiap saat.

"Mereka sepertinya merasakan kekuatanku di sana tadi. Atau mungkin memang kebetulan ada Pemburu yang ada di sekitar sana," lanjut Key.

"Mungkin?" Aku menatapnya bingung. "Maksudmu, kau … tidak yakin apakah mereka ada di sana atau tidak? Kau tidak bisa … merasakan atau mengira-ngira akan kehadiran mereka, seperti yang mereka lakukan padamu?"

Key menggeleng. Dia menunduk. "Karena itulah, para Pejuang harus berhati-hati jika menggunakan kekuatannya di luar sana. Karena kami tidak bisa merasakan kehadiran para Pemburu, sampai dia menyerang, atau sampai dia membunuh kami. Dan kami tidak bisa menyerang orang-orang hanya karena mencurigai dia sebagai Pemburu. Itu melanggar hukum."

Oh, hukum.

"Lalu, kenapa hukum tidak bergerak atas apa yang dilakukan para Pemburu?" tuntutku.

"Karena itu bukan pertempuran mereka. Itu bukan tugas mereka. Tugas hukum hanya melindungi orang-orang biasa. Dan hukum percaya bahwa apa yang terjadi antara Pemburu dan Pejuang, adalah masalah mereka sendiri. Untuk masalah keamanan, hukum tidak akan mau membantu para Pejuang. Mereka punya satu prinsip: melindungi yang lemah. Jadi, jika para Pemburu mengaku bahwa mereka hanya orang biasa, maka hukum akan melindungi mereka. Tidak ada yang bisa membuktikan apakah seseorang itu adalah Pemburu atau orang biasa. Mereka memiliki darah yang sama dengan orang biasa. Berbeda dengan para Pejuang." Key mengedikkan bahu pasrah.

Seketika tubuhku terasa lemas. Itu berarti, Key bisa terbunuh kapan saja, di mana saja, oleh para Pemburu. Hukum tidak berusaha membela atau melindunginya hanya karena dia kuat? Tidak masuk akal. Sekuat apa pun, Key juga akan mati jika dibunuh.

"Para Pemburu itu … kenapa mereka memburumu? Bagaimana mereka bisa masuk ke sini? Bukankah tempat ini dibangun oleh para Pejuang? Tidakkah kalian seharusnya tahu bahwa para Pemburu akan membunuh kalian jika mereka ada di sini? Bagaimana bisa kalian membiarkan mereka masuk ke sini?" Aku tak dapat menahan amarahku.

Key mengangkat alis. "Kau marah padaku?"

Aku berdehem. "Maaf, aku buruk dalam pengendalian diri," akuku.

Key tersenyum kecil. "Aku tahu."

Aku sudah hendak bertanya lagi ketika Key sudah berkata, "Karena kami kuat. Dan mereka datang kemari dengan menyusup. Awalnya, para Pejuang membangun tempat ini untuk melindungi orang-orang yang lemah. Tapi, apa kau tahu bahwa sebagian orang-orang itu adalah para Pemburu yang menyusup? Kami tidak bisa merasakannya, ataupun mendeteksinya.

"Satu-satunya orang yang bisa melakukan itu sudah pergi. Dan tidak ada satu pun yang menuruni kekuatannya. Ceroboh sedikit saja, para Pejuang pasti akan benar-benar musnah bahkan ketika mereka tinggal di dunia yang mereka ciptakan sendiri. Terima kasih pada para Pemburu untuk itu. Kurasa, orang-orang ini juga belajar menipu dari para Pemburu. Sekarang, mereka bahkan menipu seolah mereka bernapas." Key mendengus kesal.

Aku menatap Key simpati. Memikirkan kata musnah, aku bergidik. Bahkan pria sekuat Key, dengan kekuatan seorang Pejuang, bisa memikirkan itu.

"Para Pemburu itu … dari mana mereka datang?" tanyaku hati-hati. "Kau bisa menyiapkan pasukan dan menyerang tempat mereka? Jika kau menyerang mereka di tempat mereka, kau tidak akan menyakiti orang-orang di sini."

Key menunduk. "Di bawah sana, dunia mereka. Para Pemburu. Mereka punya pertahanan yang kuat. Tapi, mereka tidak bisa menyerang duniaku ini. Karena, jika itu terjadi, hukum juga akan melindungi duniaku. Dan para Pemburu tidak yakin bisa menang dari para Pejuang jika hukum membantu para Pejuang. Karena itulah, mereka menggunakan penyusupan sebagai strategi penyerangan. Kelak, begitu para Pejuang musnah, mereka akan mengambil alih dunia ini. Itu tujuan utama mereka."

Aku menunduk ke bawah, ke arah pepohonan, hutan-hutan di bawah sana. Para Pemburu tinggal di sana?

"Dengan begini, kami bisa melihat jika para Pemburu menyiapkan penyerangan," kata Key.

Aku mendesah lelah. Kini, alih-alih merasa takut akan jatuh, aku justru merasa muak ketika melihat ke bawah. Para Pemburu itu, tidak bisakah mereka hidup tenang di dunia mereka sendiri?

"Sebenarnya, ada satu cara untuk menghancurkan para Pemburu," kata Key lagi, membuatku seketika antusias.

"Bagaimana?" tanyaku.

Key tersenyum ke arahku. "Kau tidak akan terlalu suka caranya."

Aku mengerutkan kening. "Kenapa?"

"Mengingat kehidupan bagaikan di surga yang kau jalani, kurasa kau akan terkejut jika tahu tentang dunia bawah dan makhluk-makhluknya," jawabnya disertai kedikan bahu.

"Dunia … bawah?" tanyaku bingung.

"Kau pernah mendengar tentang Iblis? Vampir, Penyihir, Werewolf, dan makhluk-makhluk immortal lainnya?" Key balik bertanya.

"Aku … pernah melihatnya dalam film-film. Tapi … itu hanya ada dalam film, kan?" Karena aku tak bisa memikirkan jika mereka benar-benar ada, di dunia yang sama denganku, menghirup udara (atau tidak, untuk vampir) yang sama denganku.

"Para Pemburu juga memburu mereka. Menganggap mereka sebagai bahaya. Bagi mereka, dunia bawah adalah bahaya, dan duniaku adalah ancaman. Tapi, jika duniaku bisa bekerja sama dengan dunia hitam, para Pemburu tidak akan bisa berkutik," ungkap Key.

"Kalau begitu … bukankah itu bagus? Kalian punya kesempatan untuk mengalahkan mereka, kan?" kataku antusias, menyingkirkan ketakutanku jika memang makhluk dunia bawah itu nyata.

"Jika itu kau, apakah kau akan tetap berpegangan tangan dengan kami meski kau takut pada kami?" Suara berat itu datang dari belakangku. Aku menoleh, dan seketika melompat ke arah Key ketika melihat seorang pria tinggi tegap, dengan mata merah dan rambut pirang.

"Siapa dia?" tanyaku pada Key.

Key mendengus ketika menarikku turun dari pangkuannya. "Demon. Benar-benar demon, jika kau tahu maksudku."

Aku terbelalak, lalu menoleh ke arah pria itu. Matanya yang merah, sekilas berubah menjadi hitam, membuatku memegangi lengan Key erat.

"Berhenti menakutinya sebelum aku menendang kepalamu, Iblis," Key berkata penuh peringatan.

Pria yang disebut Iblis oleh Key tadi, yang disebutnya bernama Demon, mendesah berat.

"Kau jadi semakin membosankan setelah memiliki kekasih," kata pria itu.

Aku kontan menoleh ke arah Key. Kekasih?

"Dan kau semakin senang menakut-nakuti orang ketika sebentar lagi kau akan mewarisi kursi ayahmu sebagai Raja Iblis?" balas Key.

Raja Iblis? Pria ini?

Demon mendesis tak suka. "Jika kau tak bisa berhenti menyinggung itu, aku akan membantumu melenyapkan lidahmu, Man, dengan senang hati," katanya serius, membuatku bergidik. "Omong-omong, berada di dekat gadismu benar-benar menyenangkan. Dia penuh akan ketakutan. Dan … dia begitu polos," Demon berkata seraya menatapku penuh minat.

"Singkirkan apa pun yang ada dalam kepalamu. Dia dalam perlindunganku. Tidak satu mimpi buruk pun akan kau berikan padanya untuk merasakan ketakutannya atau aku akan membuka paksa pikiranmu. Kau tahu dengan pasti betapa menyenangkannya itu," Key berkata, atau mungkin mengancam, karena kemudian wajah Demon berkerut tak suka.

"Kudengar kau diserang di dekat hotel." Demon mengganti topik. Dia tampak lebih serius kini.

Key mengangguk. "Akan kujelaskan nanti," katanya seraya melirikku sekilas. "Aku harus bicara dengannya. Bisakah kau masuk ke dalam?" pintanya.

Aku memberengut. "Kenapa? Aku tidak boleh tahu? Tadi kau bilang dia akan segera menjadi Raja Iblis. Bukankah itu bagus? Kau bisa meminta bantuannya untuk menyerang para Pemburu."

Alih-alih Key, justru Demon yang menyahut, "Makanya, sudah kukatakan, jika itu kau, apa kau mau menerima bantuan dariku, ketika kau begitu takut padaku?"

Aku mengerutkan kening. Takut padanya? Itu berarti para Pejuang juga …

"Aku juga tidak mau mengambil resiko dikhianati oleh para Pejuang setelah membantu mereka," lanjut Demon.

Aku mengerutkan kening menatapnya. Dikhianati? Oleh para Pejuang?

"Sepertinya kau sama sekali tidak tahu tentang itu. Tapi, para Pejuang juga dikenal dengan sebutan pengkhianat. Kurasa kau juga harus berhati-hati jika di dekat mereka." Demon menyeringai ke arah Key.

Aku pun kontan menoleh pada Key. Kulihat pria itu menatap kesal ke arah Demon. Apakah itu berarti, apa yang dikatakan Demon benar?

"Kami juga tidak yakin bisa bekerja sama denganmu. Siapa tahu kau akan menipu dan menyerang kami ketika kami lengah? Toh Perjanjian tidak bisa mengikatmu. Tidak ada jaminan kami bisa percaya padamu," balas Key.

Demon mengangguk menyetujui. "Omong-omong tentang Perjanjian, belakangan ini sepertinya ada terlalu banyak yang melanggarnya. Apa kau tahu sesuatu tentang itu?"

Key mengerutkan kening. "Pelanggaran Perjanjian? Itu … jarang terjadi. Kecuali … Perjanjian itu sendiri adalah penipuan …"

Demon mengangguk. "Aku khawatir begitu. Jika mereka tak bisa menyerang para Pejuang, mereka mungkin menyerang orang-orang yang tak berdaya. Untuk memancing kalian bergerak lebih dulu."

"Sial," maki Key geram. "Mereka mulai berani menyentuh orang-orang yang tak bersalah hanya untuk …" Key menghentikan kalimatnya, lalu menoleh ke arahku. "Kau boleh pergi sekarang, Crystal," katanya.

Aku menunjuk diriku sendiri. "Aku?"

"Kau lupa namamu?" balasnya sinis.

Aku mendesis kesal. "Aku sudah mendengarkan bagian terburuknya. Meskipun itu mengerikan dan menakutkanku, aku baik-baik saja. Toh aku tidak akan tinggal di dunia ini selamanya. Aku akan segera pulang ke duniaku. Karena itu, jangan khawatirkan apa pun dan kau bisa mengatakan semuanya di depanku."

"Kau tahu, aku bisa mengurungmu di kamar mandi lagi," Key mengingatkan.

Aku menatapnya marah. "Pria brengsek keras kepala," makiku sembari berdiri, sengaja menendang kakinya saat berjalan melewatinya untuk pergi ke arah rumahnya yang sebesar istana. Rumah itu bahkan dua atau tiga kali lebih besar dari rumahku.

Di belakangku, aku mendengar Demon berkata pada Key, "Kupikir kau paling tidak suka jika dia mengamuk."

Aku mengerutkan kening. Salah. Itu justru adalah favorit Key. Membuatku kesal dan marah sepanjang waktu.

***