webnovel

13 – Sang Penghancur 

Ketika aku bangun pagi itu, hal pertama yang kulihat adalah wajah Key yang tersenyum dan berkata,

"Selamat pagi."

Tak dapat menahan senyumku, aku membalas, "Pagi."

Tatapanku lalu jatuh ke tangannya, yang masih menggenggam tanganku. Senyumku semakin lebar.

"Kau benar-benar menepati kata-katamu. Kau tidak pergi," kataku sambil beranjak duduk.

"Tentu saja dia tidak bisa pergi, atau jiwamu akan berjalan-jalan lagi." Suara Demon membuatku menoleh ke pintu. Kulihat dia sudah berdiri di sana. Sejak kapan?

Tapi, apa katanya tadi? Key tinggal agar jiwaku tidak berjalan-jalan?

"Sebelum aku menjelaskan itu, ada yang harus kukatakan padamu," Key berbicara, menarik perhatianku kembali padanya. "Apa yang terjadi semalam, kau tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri. Aku pantas mendapatkannya."

Aku menggeleng keras. Aku sudah hendak membantah, tapi Key sudah berkata,

"Tunggu aku selesai bicara, baru kau bisa mengatakan apa pun yang ingin kau katakan dan aku tidak akan menghentikanmu."

Aku pun mengangguk. Tak ingin berdebat dengannya sepagi ini, dengan suasana hati sebaik ini.

"Kenapa kau bisa berada di dunia ini, di duniaku ini, akulah alasannya," katanya.

Aku mengerutkan kening. Key?

"Aku yang membawamu kemari. Atau lebih tepatnya, aku yang menculikmu dan membawamu kemari," lanjutnya. Dan dia bersungguh-sungguh.

Saat itulah, peganganku di tangannya seketika terlepas. Aku sempat melihat sorot terluka di mata Key sebelum dia memalingkan wajah dariku.

"Aku yang membawamu pergi dari ayahmu dan mengurungmu di sini. Dan aku tak pernah sekali pun berniat membantumu mencari jalan pulang ke duniamu," Key berkata lagi.

Aku menggeleng. Tidak mungkin. Namun, Key tidak terdengar sedang bercanda. Aku bisa merasakan bahwa dia memang sedang tidak bercanda.

Key lalu kembali menatapku. Saat itu, aku merasakan tekanan rasa sakit di kepalaku, sebelum aku melihat apa yang terjadi malam itu. Di kamarku, di rumahku, di duniaku, aku melihat diriku sendiri yang tengah lelap, lalu Key menghampiriku.

Dia mengangkat tubuhku, lalu membawaku pergi, melintasi kegelapan yang berputar. Lalu, sesuatu seolah berusaha memisahkan kami, Key terlempar menjauh dariku. Pria itu tampak terkejut, dan panik. Namun kemudian, aku membuka mata dan mengulurkan tanganku ke arahnya, menariknya kembali padaku. Aku bahkan tersenyum padanya, sebelum mataku kembali terpejam. Beberapa saat kemudian, aku berada di jalanan di luar stasiun. Atau lebih tepatnya, Key berada di sana.

Lalu, aku melihat diriku berjalan mengikuti seorang pria yang menawari bantuan padaku ketika aku pertama kali tiba di dunia ini, dan aku tahu kelanjutan ceritanya. Pertemuan pertamaku dengan Key. Atau, kupikir itu adalah pertemuan pertamaku dengannya.

"Kau … siapa?" Aku menatap Key ngeri.

Key memalingkan wajahnya, lalu bangkit dari duduknya dan berjalan menjauh.

"Aku sudah pernah mengatakan padamu, jika seseorang berbuat baik kepadamu, kau harus curiga, pasti ada yang dia rencanakan di belakangnya," ucap pria itu.

"Itukah … yang kau lakukan?" tanyaku tak percaya.

Key tak menjawab.

"Katakan padaku, itukah yang kau lakukan padaku?!" ulangku, lebih keras.

Key masih tak menjawab, dan sial, dia masih membelakangiku.

"Katakan padaku, Brengsek!" makiku marah, dan kulihat tubuhnya tersentak. Lalu, aku mendengar dia berdehem pelan.

"Ups," Demon berkata pelan ketika menatap Key.

Aku menyipitkan mata ketika tangan Key bergerak, seperti mengusap bibirnya. Aku mencelos saat melihat noda darah di punggung tangannya.

"Kau baik-baik saja?" tanyaku cemas, sejenak lupa akan kemarahanku.

"Demon yang akan menceritakan sisanya padamu. Dia sudah tahu semuanya," kata Key, sebelum bergegas meninggalkan kamarku.

Ketika akhirnya Key pergi, aku merasakan kekosongan yang aneh dan menyebalkan di dadaku.

"Kenapa pula kau harus menyerangnya jika kau begitu khawatir padanya?" Suara Demon membuatku mengalihkan fokus pada pria itu.

"Apa katamu? Aku menyerangnya? Aku hanya …" menyeranganya. Tentu saja. Seperti semalam. Aku memejamkan mata. "Katakan saja apa yang perlu kau katakan, dan segera pergilah dari sini," desisku kesal di sela gigiku.

"Tentu saja," sahut Demon santai. "Jadi, kau menyukai Key?"

Demon mengerang pelan ketika aku menatapnya marah. Saat itu aku sadar, aku baru saja menyerangnya.

"Maaf, aku tidak …" Aku memutus kalimatku ketika melihat Demon menyeringai.

"Kau harus mulai belajar mengendalikannya sebelum kau membunuh orang-orang di sekitarmu, Penghancur," kata Demon.

Dia menyebutku apa barusan? Penghancur?

Demon menghela napas berat, menegakkan tubuhnya. "Ya, kau adalah Penghancur. Atau lebih tepatnya, keturunan Penghancur. Kau memiliki sebagian jiwa Penghancur itu dari ibumu."

Tunggu. Ibuku? Apakah itu berarti ibuku …

"Alasan kenapa kau bisa berada di sini, ada jauh sebelum kau lahir. Kau pikir, keberadaanmu di sini hanya kebetulan? Tidak. Hidupmu terhubung dengan dunia ini sejak kau lahir, dari Pasangan Penghancur dan Pelindung itu." Demon tampak lebih serius dari biasanya. Meski aku berharap dia sedang bercanda, aku tahu dia tidak.

Pasangan Penghancur dan Pelindung? Jika ibuku adalah Penghancur, itu berarti ayahku …

"Karena itulah, baik para Pejuang ataupun Pemburu tidak bisa menemukanmu. Karena perlindungan ayahmu. Itu juga yang dia lakukan ketika kabur bersama ibumu. Mereka berdua, adalah Penghancur terakhir dan Pelindung terakhir. Para Pejuang berencana memanfaatkan ibumu, dengan mengirimnya kepada para Pemburu, berpura-pura menyerah, tapi mereka meminta ibumu melakukan misi bunuh diri dengan menghancurkan para Pemburu.

"Ketika para Pejuang mengirim ibumu ke dunia para Pemburu, ayahmu mengikutinya dan membawanya kabur. Tak ada yang bisa menemukan mereka setelahnya karena kekuatan ayahmu. Lalu, mereka mengirim Key untuk mencarimu. Dia yang punya kemampuan membuka pikiran. Dia pernah sekali mendengar pikiran ayahmu, dan ayahmu menyadarinya, lalu memperkuat perlindungannya. Hingga akhirnya, Key bisa merasakan perlindungan itu dalam pikirannya.

"Dia kesulitan menembus perlindungan ayahmu. Key bilang rumahmu … bisa membunuh Pejuang, Pemburu, bahkan Iblis, jika mereka melewati lapisan pelindung yang diciptakan ayahmu. Karena itulah, kau tidak bisa meninggalkan rumahmu. Kecuali jika kau bersama ayahmu. Tapi, para Pejuang mengirim Key sudah dengan persiapan itu.

"Key adalah yang terkuat. Meski akhirnya dia berhasil menembus perlindungan ayahmu, seperti yang ditunjukkannya padamu tadi, dia nyaris mati saat membawamu kemari. Kau yang menyelamatkannya, tapi kau bahkan tak sadar. Key bilang padaku, saat itulah rencananya berubah.

"Para Pejuang membawamu kemari dengan dua tujuan. Pertama, agar kau tidak dimanfaatkan para Pemburu untuk menyerang mereka. Dan kedua, untuk melanjutkan misi yang gagal dilakukan ibumu. Tapi percayalah, Key akan mempertaruhkan nyawanya, bahkan melawan kaumnya sendiri, untuk menolak rencana itu. Kau bisa bertanya sendiri alasannya pada Key." Demon menyeringai.

Aku menyipitkan mata. "Kenapa dia tidak mengatakan semua ini sendiri padaku? Bahwa dia membawaku kemari setelah menculikku dari ayahku, dan berniat memanfaatkanku?" Aku mendengus kasar. "Dia tidak takut aku akan menyerangnya, kan?" dengusku meledek.

Demon mengedikkan bahu. "Mungkin karena dia tidak sanggup mengatakan itu ketika menatap wajahmu. Dia mungkin akan membenci dirinya sendiri. Karena dia yang membawamu kemari dan membuatmu terjebak di sini."

Aku menatap Demon dengan kesal karena jawabannya. Seolah itu belum cukup, Iblis sialan itu menambahkan,

"Dan seingatku, tadi kau yang langsung khawatir setelah menyerangnya. Itu juga, yang membuat Key tidak sanggup mengatakannya sendiri padamu. Kau, Penghancur, terlalu baik dan polos hingga Key ingin menanggung semua kesalahan dan melimpahkannya pada dirinya sendiri. Aku masih tak percaya jika kau adalah Penghancur." Demon memutar mata.

Aku menatapnya tajam.

"Tapi, kau tidak perlu menyerangku untuk membuktikan itu," kata Demon cepat, seolah bisa membaca pikiranku. "Bagaimanapun, aku bersyukur karena kau juga mewarisi kemampuan Pelindung ayahmu. Meski begitu, kudengar kau menolak ajakan Key untuk melarikan diri dengannya," singgungnya.

Seketika, aku teringat ketika Key membawaku ke pantai hari itu. Saat itu, Key begitu diam. Dan aku masih tak tahu apa yang membuatnya bersikap seperti itu.

"Ayahnya mengatakan tentang rencananya, untuk membunuhmu," beritahu Demon.

Aku menahan napas. Membunuhku?

"Kau terlalu kuat dan tak bisa dikendalikan. Ayahnya sempat melihat apa yang terjadi ketika kau mengamuk di kamar Vea beberapa waktu lalu. Ya. Itu bukan kekuatan Key, tapi kekuatanmu. Begitupun dengan yang terjadi di ruang bawah tanah beberapa waktu sebelumnya. Juga semalam. Tapi, Key berkata, dia tidak akan membiarkan mereka menyentuhmu. Dia bahkan akan melawan ayahnya untuk itu. Satu-satunya jalan keluar yang terpikir olehnya hanyalah melarikan diri denganmu, mengingat kemampuan Pelindungmu, dia pikir, kalian akan aman. Tapi … dia bilang, kau menolaknya." Demon meringis.

Jadi, ketika Key mengatakan itu … dia serius?

Tidak. Bagaimanapun, dia yang telah menculikku dan membawaku kemari. Aku bahkan menyelamatkan nyawanya, tapi dia malah mengurungku di sini, menunggu waktu aku dikorbankan oleh kaumnya kepada para Pemburu.

"Sekarang, setelah kau tahu bahwa Key akan melindungimu, dari kaumnya sendiri, apa yang akan kau lakukan?" Demon menanyakan keputusanku.

Aku menatapnya dingin. "Dia melakukan itu karena merasa berutang budi setelah aku menyelamatkan nyawanya saat ia menculikku. Bodohnya aku. Seharusnya saat itu aku membiarkannya mati di sana." Bahkan saat mengatakan itu, dadaku terasa sangat sakit. Sialan, Key. "Dia mungkin terikat padaku, sama seperti kau terikat padanya," lanjutku, berusaha mengendalikan ekspresiku.

Demon mengangguk. "Mungkin," dia bergumam. "Tapi, apa pun alasannya, dia akan melindungimu. Karena itu, jangan katakan atau lakukan hal yang tidak benar-benar kau maksudkan hanya karena dia yang membawamu kemari. Karena, Penghancur, dia bahkan mungkin akan menghancurkan dirinya sendiri dalam usahanya melindungimu."

Setelah mengatakan itu, Demon akhirnya meninggalkan kamarku. Meninggalkanku yang mematung di tempatku, terpaku oleh kata-kata terakhir Demon tadi.

Key … akan menghancurkan dirinya sendiri untuk melindungiku?

Well, sudah sewajarnya jika dia melakukannya. Dia harus bertanggung jawab karena membawaku kemari. Dia …

Aku mengepalkan tangan membayangkan Key akan terluka parah, berperang melawan kaumnya, ayahnya, demi melindungiku. Di sisi lain, aku tak bisa bersikap lemah di saat aku tahu, pria itu jugalah yang membawaku ke sini, mengantarku dengan suka rela pada kaumnya.

Sialan, Key. Rasanya aku ingin menghancurkan pria itu, sekaligus ngeri akan bayangan pria itu yang terluka.

Namun, jika memang kekuatan yang kumiliki ini benar, bahwa aku memiliki kekuatan Penghancur dan Pelindung, aku mungkin bisa melakukan sesuatu. Jika aku bisa melindungi diriku sendiri, Key tidak akan perlu melawan kaumnya. Aku akan mencari jalan pulangku sendiri tanpa melibatkannya, dan menghancurkan siapa pun yang berusaha menghalangiku.

Sialnya, pikiran tentang menghancurkan orang lain saja sudah membuatku mual. Sepertinya, aku benar-benar tak cocok berada di dunia ini.

***