webnovel

Life is not a game

Eideth membenarkan Reinhardt untuk yang kedua kalinya, "benar, Aku seorang Catalyst" Ia kaget itu sangat sulit dipercaya. "Tidak bermaksud mengejek atau semacamnya Eideth, tapi Catalyst, gaya bertarungmu sedari tadi adalah seorang Breaker" ungkap Reinhardt. Eideth tidak menyanggahnya namun Ia lanjut menjelaskan.

 

"Pangeran, kekuatanku adalah tipe kekuatan bersyarat, semua yang kulakukan harus memenuhi syarat tertentu baru bisa tercapai, jadi penggunaan terus menerus tidaklah efisien, ditambah, Aku hanya bisa merapal beberapa sihir per hari sebagai syarat tambahan, meskipun Aku diasupi begitu banyak Mana, Aku hanya bisa memakai sihir ini tidak lebih dari batas itu" jelasnya. "Jadi Talent tipe Ability ya…" gumam Reinhardt, Eideth lanjut menjelaskan sedikit-sedikit tentang Talent miliknya.

 

Eideth tidak menjelaskannya dengan spesifik karena tidak ada gunanya, Eideth akan memakai [Stasis] untuk merubah kelasnya menyesuaikan strategi. Eideth mengatakan tugasnya adalah untuk mengisi kekurangan dan mendukung petarung lain. Eideth tidak bisa memberi serangan terbaik secara konsisten, Ia tidak bisa melindungi rekan yang lain karena tubuhnya yang lemah, tapi Ia bisa diandalkan dengan tugas khusus untuknya. 

 

Selesai memperkenalkan diri, kini saatnya sang pemimpin dan rekan Naganya memperkenalkan diri mereka dengan jelas. "Panggil saja Aku Reinhardt, spesialisasiku adalah berpedang dan sihir manipulasi cuaca" ungkapnya, karena peringatan tabu Ia menjelaskan kemampuannya tidak begitu detail. Lalu giliran Claudias memperkenalkan diri. "Aku Claudias, dari ras Naga merah" jelasnya singkat, Eideth bertanya apakah Reinhardt mengetahui beberapa mantra sihir dan Ia menjawab tidak. 

 

Eideth bersyukur Claudias tidak merapal mantra pada saat bertarung, tapi sekarang Ia harus menutupi kekurangan timnya dalam serangan mantra sihir. Ia tidak keberatan namun mengingat Talent miliknya hanya memiliki Spell Slot terbatas, serangan sihir bukanlah senjata terkuat mereka. Claudias bertanya bagaimana Eideth bisa melukai Carmilla dengan mantra sihirnya padahal serangan mereka tak berdampak apa-apa. Eideth hanya menjawab itulah efek dari Talent miliknya, setelah memenuhi semua syarat, serangannya dapat menimbulkan kerusakan pasti. Tapi Ia segera memberitahu kelemahan, jika pengaktifkan sihirnya dibatalkan atau diganggu, mantra sihirnya akan terbuang sia-sia.

 

Hari mulai malam selagi matahari terbenam, Reinhardt menghentikan diskusi mereka dan menyuruh mereka beristirahat. Eideth mengundang Reinhardt dan Claudias untuk bepergian menggunakan kereta kuda mereka, dengan begitu mereka tidak akan terlalu menarik perhatian sampai di Larcova. Dimana mereka setuju dengan ide itu. Claudias berubah menjadi wujud manusianya agar tidak menakuti kuda mereka. Reinhardt mengambil kemudi mengusulkan diri untuk tetap berjaga selagi membawa kuda sementara yang lain beristirahat. Eideth mengambil giliran terakhir agar Ia bisa mendapat tidur yang cukup untuk mengisi Spell Slot miliknya.

 

[Dengan begitu, Eideth pun tertidur mengistirahatkan tubuhnya] Zatharna bermonolog. Eideth menyadari kesadarannya dibawa pergi lagi saat Ia tidur. Ia tidak mempermasalahkan tata cara seperti itu, karena itu adalah hal yang umum dalam permainan. Eideth sebagai karakter permainan tertidur, dan kini Eideth sebagai pemain kembali ke meja bersama GM. 

 

Eideth meregangkan tubuh astralnya seperti sehabis bermain TTRPG untuk waktu yang lama. Permainan mereka berhenti tanda Zatharna mengesahkan Ia naik level. Eideth melihat lembar karakter miliknya yang berantakan, berpikir untuk menambahkan satu kelas lagi yang tidak sesuai komposisi, hanya demi memuaskan kesenangannya. Tidak ada gunanya hidup jika Ia tidak menikmatinya dengan caranya sendiri. Meskipun pikiran buruk seperti konsekuensi akan terus menghantuinya. 

 

"Kerja bagus Eideth, Kamu sudah bekerja keras" puji Fawn, Dewi Keteraturan. "Benar, Aku tidak menyangka Kamu memakai kemampuanmu seperti itu" puji Ryx, Dewi Kekacauan. Eideth mengaku Ia hanya beruntung untuk mendapat ide seperti itu sambil menuliskan sesuatu pada buku catatannya. Zatharna sebagai Gm utama menyadari suatu hal, "Eideth, apa yang Kamu tulis di buku itu, Kamu selalu merahasiakannya dari Kami" ujar Zatharna. Ia meminta Eideth untuk membagikan rahasianya tersebut tapi Eideth berkata. "Masih belum saatnya Aku membuka buku ini seluruhnya pada Kalian," ungkapnya santai, "jujur, buku ini berisi berbagai eksploitasi permainan yang pemain bisa gunakan".

 

Zatharna kaget mendengar itu, terlebih Fawn yang merupakan Dewi Keteraturan/Keadilan. Ryx hanya duduk disana melihat Eideth membuat keributan mengharap tontonan yang bagus. Zatharna memikirkan jutaan alasan di kepalanya seketika mengapa Eideth membuat buku itu, hanya untuk menyerah dan bertanya mengapa. Suasana ruangan menjadi tegang karena perdebatan tersebut. Eideth menutup buku itu dan mengulurkannya pada Zatharna.

 

"Kalian adalah Dewa, dari pandanganku, Kalian adalah Dewa dunia lain, cara pandang Kita berbeda, Aku begitu senang saat Kamu mengizinkanku berubah memakai kertas karakter Halq, seorang Chronomancy Wizard," Eideth tersenyum sedikit mengingat itu lalu melanjutkan. "Aku menyadari banyak hal setelah itu, Kamu yang melukai dirimu sendiri saat mengizinkanku mengobrak-abrik dunia dengan Talent milikku, Aku menyadari adanya hawa membunuh karena Aku sebagai pemain menganggap kehidupan ini permainan," Eideth tersenyum ramah dan meletakkan buku itu. "Ini adalah rencana cadanganku, dimana Kita berdua bisa memanfaatkan ketidaktahuanmu dan ketidakberdayaanku, untuk mencurangi permainan ini"

 

"Aku ingin hidup Zatharna, dalam TTRPG, kematian karakter hanyalah permulaan sesi berikutnya menggunakan karakter cadangan lainnya, tapi Aku bukan karakter biasa bukan" Eideth bertanya. Zatharna terdiam sambil mengingat sesuatu, sesuatu yang Talent milik Eideth katakan padanya terkhusus dalam menjalankan tugasnya menjadi GM. Eideth sudah menyadari kenyataan dari Talent miliknya.

 

Talent miliknya memberinya kekuatan untuk memandang dunia seperti permainan, dan itu juga berlaku pada dunia memandangnya. Hal yang menunda kematian sempurna dari Eideth hanyalah tiga guliran dadu dari Death Saves. Ketika Ia kalah dalam guliran dadu itu, Ia kalah dalam kehidupan. "Tidak adil bukan, tiga titik pada sebuah kertas menentukan kematianmu semudah itu, maksudku ini hanyalah sebuah permainan jadi tidak perlu dianggap serius" ujarnya sedikit emosional.

 

"ini bukanlah permainan Eideth, ini adalah hidupmu" jawab Zatharna. Ia memandang Eideth dengan penuh perhatian dan simpati. Ia mendorong kembali buku itu padanya, Eideth pun tidak percaya. "Aku sadar tanggung jawabku sebagai Dewa untuk berbuat keadilan, menjalankan aturan sebagaimana seharusnya" Zatharna melihat kearah Meja itu dimana Ia bisa melihat dunia Artleya dari kejauhan.

 

"Kami tidak mengerti pandanganmu sepenuhnya, tapi Kami bisa tahu dari pandangan manusia di dunia Kami, Kamu hanya menginginkan yang terbaik untuk orang lain, karena itu Aku akan mempercayai keputusanmu untuk membagikan ini dengan Kami ketika waktunya tepat, sama seperti Kamu mempercayai keputusan Kami menjalankan permainan dan dunia Kami ini". Zatharna mendorong kembali buku itu pada Eideth, ingin membentuk hubungan kepercayaan dengannya. Zatharna tahu jiwa Eideth adalah entitas dunia lain bukan ciptaan dari dunianya, tapi Ia percaya cintanya untuk dunia ini sama dengan dirinya.

 

Eideth dan Zatharna sedikit melakukan permainan dorong mendorong dengan buku itu, sama sama ingin menunjukkan ketulusan mereka tapi Eideth tahu kapan harus kalah. Ia mengambil buku itu dan meminta maaf karena menyimpan begitu banyak rahasia sampai saat ini. "Tidak apa, asalkan Kamu tidak akan membuat rahasia lagi di masa depan," ujar Ryx melihat Eideth, "Kamu tidak akan menyimpan rahasia lagi bukan". Eideth berkata hanya selagi rahasia itu dapat Ia bagi tanpa komentar tambahan. 

 

"Kalian tau apa, sudah saatnya, Aku menjalankan sebuah permainan untuk kalian, dengan ciri khas dari duniaku dulu" ungkapnya. Zatharna dan kedua saudarinya menyadari apa yang Ia maksud dan mulai bersemangat, mereka bertanya untuk memastikan. "Apa Kamu maksud", "benar, Aku membicarakan tentang itu" Eideth meminta izin pada Zatharna untuk memberinya kekuatan moderator di domainnya. Mereka memindahkan catatan dari permainan Eideth saat ini ke tempat yang aman, dan memulai permainan baru.

 

Eideth membentuk sebuah meja baru, bersebelahan dengan meja permainan mereka sebelumnya. Eideth setelah menyiapkan susunan GM miliknya sendiri, mulai membagikan kertas karakter untuk mereka semua. "Oh, Aku benar-benar tidak sabar—", "tunggu sebentar Kalian semua, Kita harus membahas jenis permainan yang Kalian inginkan terlebih dahulu". Setelah diberi izin moderator, Eideth menjentikkan jarinya dan membentuk sebuah televisi raksasa. Mereka berbincang mengenai topik, TTRPG jenis apa yang ingin mereka mainkan.

 

Eideth melakukan ini karena sadar Ia baru saja membuat suasana ruangan mereka menjadi sedikit tegang dari biasanya. Eideth tanpa sadar membawa masalah pribadi dalam permainan. Meskipun ini hanyalah permainan kecil dalam skala yang lebih besar, Ia merasa ikut menjatuhkan yang lain ke dalam masalahnya walau Ia hanya meminta pengertian. Eideth menebus hal ini dengan membuka buku rahasianya dengan memberi contoh dalam permainan yang Ia jalankan. Secara tidak langsung, Eideth benar-benar mempercayakan buku itu pada mereka. 

 

Setelah memutuskan permainan seperti apa yang mereka inginkan, keputusan terakhir adalah Reverse-Isekai RPG. Mereka memilih pilihan itu tahu pasti apa yang mereka inginkan dan Eideth dapat melihatnya dengan jelas. Untuk Dewa dunia lain seperti mereka, konsep dunia lain adalah hal baru dan unik. Mereka memang maha tahu dalam perkara dunia mereka, tapi mereka tidak tahu apa-apa mengenai dunia yang lain. "Oh iya, ayo ajak Sphyx dan Mystra, mereka akan menyukai ini" ajak Zatharna hanya satu telepon lebih jauh dari mengundang mereka.

 

Eideth tidak membenci perubahan tiba-tiba ini karena Ia sudah menduga. Ia tidak bisa memprediksi semua hal seperti Dewa, tapi Ia bisa melakukan satu level lebih rendah, berimprovisasi. Eideth tidak menyangka contoh permainan kecil yang hendak Ia jalankan akan jadi pesta hiburan untuk Dewa dari Artleya. Meski Eideth kesulitan untuk memulai permainan mendadak seperti ini, Ia percaya mereka takkan menilai dirinya terlalu keras.

 

Setelah Sphyx dan Mystra tiba di domain Zatharna, permainan pun dimulai. Pertama, Eideth menjelaskan sedikit tentang konteks besar permainan ini, lalu mulai menerangkan peraturannya. Karena mereka masih pemula, sudah seharusnya Ia memberi perlakuan yang spesial untuk mereka. Ia sangat ingin mengatakan kalimat klise ini lagi dan lagi, hanya untuk kesenangan. 

 

"TTRPG adalah permainan yang dimainkan oleh sekelompok orang diatas sebuah meja seperti namanya, namun dalam segi permainan, Ia adalah permainan dimana hasil dari sebuah guliran dadu menentukan keberhasilan sebuah usaha, tujuan sebenarnya dari permainan adalah bekerja sama dalam kelompok untuk bersenang-senang sambil menceritakan cerita yang unik dan menyenangkan untuk semuanya" Eideth melakukan sedikit apreasiasi karena sudah menjelaskan itu. Karena semuanya sudah siap, Eideth mulai menjalankan permainan. "Aku menamai petualangan ini, Earth Game" ungkapnya dengan bangga.

 

Setelah delapan sesi panjang yang masing-masing berkisar selama 6 jam, Eideth menunda permainan itu hingga waktu yang tidak ditentukan. Hal ini membuat Zatharna dan yang lain kecewa tapi Eideth menjelaskan alasannya. Eideth ingin mereka menjalankan permainan dengan pertimbangan mereka sendiri. Eideth sudah mencontohkan dalam permainannya, bahwa Ia tidak punya semua peraturan untuk menangkal semua situasi, Ia akan membuat peraturan sementara dan terus mempertimbangkan hal tersebut hingga semuanya setuju. Walau bagian terakhir tidak terlalu penting karena GM yang memegang kendali betapa aslinya dunia itu, Ia hanya memberi sebuah contoh dan menyerahkan keputusan pada mereka.

 

"Tidak ada jalan yang benar ataupun salah, tetap saja berjalan membentuk cerita itu" pesannya terakhir sebelum mereka membubarkan sesi permainan. Ia benar-benar lelah walau secara fisik Ia sedang tertidur saat ini. Zatharna memuji kemampuan Eideth untuk menciptakan jalan cerita menarik itu dan berimprovisasi dengan realistis mengingat dunia dalam ceritanya. Eideth berkata kemampuan itu bukanlah hal yang spesial melainkan kumpulan pengalaman dari menceritakan kisah dunia itu. "Aku yakin Kalian pasti bisa melakukannya sendiri" ujarnya.

 

Eideth bertanya untuk terakhir kali hari itu, "syarat apa yang harus Aku penuhi untuk mendapat kelas itu". Setelah menjalankan sesi permainan selama dua hari waktu dunia nyata, Eideth masih tidak lupa dengan permainan lama mereka. Zatharna membuka buku panduan pemain dan mencari persyaratan apa yang Ia butuhkan untuk kelas barunya itu. "Halaman 52, disini Kamu membutuhkan…"

 

Eideth terbangun dalam kereta kudanya, dibangunkan oleh Vista yang selesai melakukan gilirannya mengendalikan kemudi. Eideth segera menggantikannya dan melihat Reinhardt dan Claudias masih terbangun mempertimbangkan lagi rencana mereka. Eideth hanya permisi selagi Ia mengambil tali kemudi. Eideth mencoba untuk fokus dengan jalan didepan agar tidak keluar jalur seperti sebelumnya, tapi sulit untuk tidak mendengar percakapan mereka. 

 

"Claudias, Reinhardt, bisa ke depan sebentar, Aku ingin bicara dengan Kalian berdua" pinta Eideth. Mereka maju ke depan dan duduk bersebelahan di tempat kusir. Ia mengajak mereka kesana agar Ia bisa berbincang dengan mereka tanpa harus menoleh ke belakang. "Silahkan lanjutkan pembicaraan Kalian, Aku hanya mau dengar" ujar Eideth selagi Ia tepat di tengah mereka berdua. Ide yang cemerlang Eideth.

 

Reinhardt hanya mencoba memperkirakan apa yang Apostle akan lakukan di Larcova. Ia berpikir untuk memperingatkan bangsawan di daerah itu atau menginvestigasi terlebih dahulu. Eideth ingin memberi pendapatnya tapi Ia perlu bertanya lebih dulu, "Yang Mulia Pangeran, apakah kerajaan punya catatan apapun mengenai kemunculan Apostle ini". Reinheardt menggelengkan kepalanya, "hingga saat ini, hanya sedikit catatan tentang mereka, invasi yang mereka lakukan sebelumnya hanya menebar menara Sixen di berbagai tempat untuk merusak ekosistem Mana di Artleya, Menara itu kemudian membangun pasukan sendiri untuk melindunginya dari serangan luar, hanya itu yang Kita tahu saat ini".

 

Eideth tidak menyangka keadaan Artleya sesulit ini. Setelah lebih dari seratus tahun semenjak Artleya dijajah, Apostle tidak menunjukkan keberadaan mereka hingga saat ini. Eideth mengingat Ayah dan Bibinya terkadang pergi melakukan perjalanan kerja untuk menumbangkan menara Sixen yang mengkhawatirkan. Mereka hanya pernah bertemu dengan seseorang yang mengaku seorang Apostle Dewa dunia lain satu kali semenjak itu. 

 

"Aku penasaran, bagaimana Kalian bertemu dengan Carmilla waktu itu, apa dia mengejar Kalian atau bagaimana" tanya Eideth. Claudias mulai menjelaskan semuanya dari awal. "Beberapa ratus tahun lalu, keluarga kerajaan membangun hubungan dengan ras naga, Ayahku ditugaskan oleh Raja Naga untuk membentuk kontrak dan melindungi kerajaan, kontrak itu hanya bertahan selama 30 tahun dan harus terus diperbarui oleh keturunan raja yang selanjutnya, kemarin adalah hari Aku membentuk Kontrak dengan Reinhardt" ungkapnya. 

 

"Kami disergap oleh Carmilla tepat setelah Ia melihat pembentukkan kontrak Kami," sambung Reinhhardt, "Ia berkata ingin melihat seberapa kuat kontrak itu kemudian menyerang Claudias menggunakan kekuatan aneh, Ia tidak bisa mengendalikan dirinya setelah itu". "Wow, dia mengganggu Kalian cuma itu, kenapa klise sekali seperti di manhwa" cetus Eideth tanpa berpikir. "Man-wa" mereka berdua tidak mengerti apa yang Eideth bicarakan, "buku cerita, itu adalah buku cerita" balasnya. 

 

Karena mereka masih kekurangan begitu banyak informasi, Eideth menyarankan sebuah usulan. "Reinhardt, Aku punya ide, aku punya sebuah mantra untuk meramal masa depan, jujur saja, hasil ramalan itu hanya memperkirakan hal baik atau hal buruk yang akan terjadi, masalahnya, Aku butuh bahan untuk mantra ini". "Benarkah, apa yang Kamu butuhkan" tanya Reinhardt bersemangat. "Punya 25 koin emas?" tanya Eideth padanya dengan wajah serius.

 

Setelah berkendara semalaman, Eideth segera menyiapkan semua persiapan yang dibutuhkan untuk mantra ramalan itu. Eideth membuat ukiran lingkaran sihir di tanah, Ia meniru mantra yang digunakan oleh para Pendeta kuil lalu mengimprovisasi mereka. Ditengah lingkaran sihir itu, Eideth menaruh sebuah piring, Reinhardt bingung kenapa ada piring disana tapi Ia hanya mengikuti arahan saja. Eideth mengeluarkan sebuah coklat dari otoritasnya, coklat spesial yang tidak dapat habis yang dapat mengikuti kemauannya. 

 

Eideth menyerahkan coklat itu pada Reinhardt, "tolong uangnya Pangeran" pinta Eideth. Mengikuti arahan Eideth, Reinhardt memberinya 25 koin emas dan menerima koin itu. "Terima kasih atas transaksinya, senang membuat kesepakatan dengan Anda" ujar Eideth. Eideth langsung mendapat omelan dari GM. [Eideth, itu curang, mana boleh seperti itu] tulis Fawn mengeluh, [hahaha, Kamu bisa saja Eideth] Ryx tertawa. Zatharna melihat ulang peraturan di buku panduan, [Fawn, itu sah menurut buku peraturan] ujar Zatharna.

 

Eideth memerintahkan Reinhardt untuk meletakkan kepingan coklat itu di piring persembahan. Mengikuti instruksi Eideth, Reinhardt menepuk tangannya dua kali lalu berdoa pada Dewi Zatharna. Eideth membakar beberapa ranting untuk menggantikan dupa dan meletakkannya mengelilingi lingkaran sihir. Setelah prosesi ritual selesai, Eideth membacakan nama mantra itu di luar lingkaran sihir menunggu doa Reinhardt terjawab. "Answer me, [Divination]" Eideth memakai bahasa asing dari dunia lamanya agar terdengar keren.

 

Mereka semua melihat Eideth dengan tatapan bingung, "apa" Eideth bertanya. "Eideth, Kamu bukan penganut agama sesat bukan," tanya Claudias, "seumur hidupku, Aku tidak pernah mendengar nama Dewi Zatharna" ujarnya. Eideth menjelaskan sedikit tentang Zatharna, "Zatharna adalah Dewi yang berkuasa akan takdir, jika ingin menanyakan masa depan, Ia Dewi yang cocok untuk Kita minta bantuan, Kamu masih terlalu muda adik kecil". Claudias terkagum dengan pengetahuan dan kebijaksanaan Eideth, Ia memperhatikan baik-baik ritual itu setelahnya.

 

Setelah Ritual selesai, sesosok makhluk kecil muncul. Ia memperkenalkan dirinya sebagai Avatar dari Dewi Zatharna, Avatar itu membisikkan jawaban dari pertanyaan pemanggilnya. Reinhardt tak percaya apa yang Ia dengar tapi Ia sudah mendapat apa yang Ia mau. Avatar itu mengambil coklat di piring persembahan kemudian menghilang.

"Ini enak sekali, manis" Zatharna langsung memuji coklat itu setelah menerimanya. Fawn dan Ryx sedikit iri sehingga Zatharna membagi coklatnya dengan mereka. Eideth tidak menghiraukan perkataan mereka dan lebih penasaran dengan jawaban apa yang diterima Reinhardt. "Cepat, pesan apa yang Kamu dapat" tanya Eideth, "orang-orang yang Kamu bersembunyi dalam kerumunan, cari mereka dengan hati bukan mata Kalian" jawab Reinhardt. 

 

Eideth memang tidak mengharapkan ramalan yang jelas, tapi itu tidak apa pikirnya. Eideth memberitahu mereka bisa melakukan ritual itu lagi untuk menanyakan pertanyaan lain. Eideth membuka ponselnya mencoba membaca kembali buku panduan pemain sambil memikirkan apa yang bisa Ia lakukan untuk berkontribusi. Claudias menyarankan agar mereka semua berlatih terlebih dahulu sebelum ke Larcova. Dengan begitu mereka dapat memahami cara bertarung satu sama lain dan dapat merencanakan strategi ujarnya.

 

Setelah menunjukkan kemampuan masing-masing, mereka jadi punya pandangan tentang kelebihan dan kekurangan dari kemampuan mereka. Mereka mulai memberi saran atau usulan, Reinhardt bisa melihat kesalahan kecil yang menghambat kemampuan mereka. Disisi lain Eideth memberi usulan yang unik dengan pandangan kreatif miliknya, berkebalikan dengan Reinhardt yang punya pemahaman teknis yang baik. "Eideth, mengapa Kamu tidak memakai pedangmu" tanya Reinhardt, Ia melihat Eideth memiliki belati dan pedang terikat di sabuknya tapi tak pernah memakainya. Ia malah memakai tongkatnya Flatline, namun kini sudah patah karena pertarungan terakhir.

 

"Aku… tidak bisa menjelaskan alasannya" ujar Eideth. "Aku tahu ini hal yang aneh mengetahui latar belakang keluargaku dan sifatku yang Pangeran sudah lihat, tapi alasan Aku memakai tongkatku ini…," Eideth masih merenungkan Flatline yang patah di tangannya, "… Aku sedang melatih teknik bertarungku" ujarnya seperti membuat alasan. Reinhardt menerima jawaban itu dan tidak bertanya lebih lanjut. Mereka memutuskan untuk istirahat setelah latihan yang memuaskan. 

 

Eideth mengambil giliran tidur paling lama agar Ia bisa mengisi ulang mantranya seperti biasa, tapi sebelum Ia tidur Ia merasakan sesuatu. Eideth merasa terlupa hal penting yang seharusnya Ia lakukan. Eideth mencoba membuka ponselnya melihat tanggal di ponselnya, melihat catatan atau apapun yang bisa mengingatkannya tapi tak ada hasil. Walau tidak dapat tenang, Ia tetap tidur mengetahui hal itu berpikir perasaan itu akan hilang setelah Ia bangun. Betapa besar kesalahannya itu.