webnovel

Let Go (Omegaverse)

Bercerita tentang bagaimana para tokoh Let Go meraih kebahagiaan mereka. Baik itu lewat pencarian yang panjang, menemukan dengan mudahnya, mempertahankan yang sudah ada, maupun dengan melepaskan yang selama ini berada di genggamannya. . . Berlatar belakang "Omegaverse", dimana selain laki-laki dan perempuan ada gender kedua yaitu Alpha, Beta dan Omega. Karena berlatar omegaverse, jadi dalam cerita ini, baik laki-laki maupun perempuan, dua-duanya bisa hamil. So, bagi yang merasa tidak nyaman dengan tema 'homoseksual' dan juga 'male preganancy', diharapkan untuk tidak membaca cerita ini. # LGBTQ+ # Male Pregnancy # Omegaverse # 17+

Leuchtend · LGBT+
Không đủ số lượng người đọc
48 Chs

There was Someone He Loved the Most

Beberapa hari setelah pesta ulang tahun pernikahan Mr. dan Mrs. Landydn, Aelius dan Elatha akhirnya akan pulang ke Indonesia, meninggalkan Nala yang akan kembali menjalani hari-harinya seperti biasanya. Hari dimana dia sibuk dengan segala macam yang berhubungan dengan perkuliahannya.

Dalam perjalanan menuju bandara, Elatha dan Eckart yang berada di depan sibuk berbicara mengenai proyek yang sedang mereka jalankan. Nala dan Aelius duduk di belakang sambil berpegangan tangan. Aelius bersandar pada pundak Nala sambil menatap lurus kedepan. Sedangkan Nala sibuk memperhatikan mobil-mobil yang bergerak melalui kaca mobil.

"Kak."

"Hmm…"

"Kamu udah ngobrol soal 'itu' sama dia?" Tanya Aelius ragu.

Tubuh Nala menegang setelah mendengar pertanyaan yang meluncur dari mulut adiknya. "Aku gak berani Al." Jawabnya.

"Tapi kamu tetep harus ngasih tau dia. Mau gak mau." Ucap Aelius sambil menegakkan kepalanya.

"Ya, nanti aku kasih tau kalau udah waktunya."

"Jangan ditunda-tunda, kamu tau kan Papa sama Mr. Robert udah ngobrolin tentang pertuna- bukan, tapi pernikahan kalian? Semakin kamu nunda ngasih tau ke dia, semakin rumit nanti jadinya. Cukup Aa' Jora aja yang bikin kita pusing kak."

"Iya, iya, aku kasih tau, tapi nanti bukan sekarang, okay?"

"Tap-"

Sebelum Aelius melanjutkan kalimatnya Nala sudah membekap mulut saudaranya itu dengan tangannya. "Bisa gak sih ga usah bawel, mending kamu tidur aja."

"Apa kita tukeran tempat duduk aja Nal?" Tanya Elatha menawarkan diri.

"All good, Aelius cuma butuh tidur kok."

Mendengar hal itu, Aelius langsung beringsut menjauh dari kakaknya, tapi masih sambil mengeluarkan protes dari mulutnya.

Nala kembali pada posisinya sejak masuk ke dalam mobil. Menatap keluar kaca mobil dengan kepala yang di topang oleh tangan kanannya.

Pikirannya masih seputar percakapannya dangan Aelius beberapa saat tadi. Benar kata Aelius, mau tidak mau, siap tidak siap, hal 'itu' memang harus dibicarakan dengan Eckart. Apalagi sekarang beredar kabar kalau mereka akan segera menikah.

.

.

.

Anala Wicaksana, mahasiswa tingkat pertama yang sangat bersinar pada saat itu. Seorang omega jenius yang baru berusia lima belas tahun tapi sudah menduduki bangku perkuliahan. Pada umumnya omega akan segera mencari pairnya dan kemudian menikah setelah lulus sekolah menengah atas, maka Nala menolak semua aturan itu. Dia membuktikan pada orang-orang negaranya bahwa seorang omega juga bisa bersinar, seperti para alpha.

Permbuktian itu terwujud, Nala menjadi sosok yang benar-benar bersinar sangat terang dan bahkan menjadi sosok inspiratif bagi para omega di luar sana.

Bukan hanya omega yang memuja Nala, segelintir beta dan bahkan alpha juga turut memuja sosok Nala si 'omega cemerlang' ini.

Nala mulai menerima banyak ajakan untuk berkencan, bertunangan dan bahkan menikah. Namun sayang, hati Nala sudah terikat pada sosok alpha yang sudah menemaninya sejak Nala masih kecil. Alpha itu bernama Ernawa Darmasunya.

Ayah Ernawa, Baskara, adalah sekretaris dari Agnibrata, ayahnya Nala. Mengingat ayah Ernawa adalah single parent, jadi ketika Brata dan Baskara sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar kota, Ernawa akan dititipkan pada keluarga Brata atas permintaan Brata sendiri. Hal inilah yang membuat keduanya – Ernawa dan Anala, menjadi dekat.

Di keluarga Wicaksana sendiri, Ernawa sudah dianggap sebagai anak sendiri oleh Brata dan pasangannya Gardana. Bahkan, ketika Anala sudah mencapai umur yang legal untuk menikah, Gardana sampai meminta Baskara untuk menjodohkan Ernawa dengan Anala. Tentu saja hal ini disambut baik oleh Baskara, mengingat bagianya kebahagiaan anaknya adalah kebahagiaan Baskara juga.

Rencananya mereka akan bertunangan dulu baru melangsungkan pernikahan, tapi Brata memiliki plan yang berbeda, dia sudah menyiapkan pesta pernikahan untuk keduanya tanpa sepengatuhan siapapun.

Pesta pernikahan itu diadakan tepat di hari ulang tahun Anala yang ke tujuh belas. Private party itu diselenggarakan dengan mewah. Tidak ada satu orangpun yang tidak takjub dengan kemewahan pesta pernikahan keduanya.

Anala sangat bahagia, baginya menikahi sosok yang dia yakini sebagai belahan jiwanya itu adalah hal paling membahagiakan dalam hidupnya. Anala menyerahkan seluruh jiwa dan raganya hanya untuk Ernawa.

"Nawa." Panggil Nala sambil masih terus memandangi cicin yang melingkar di jari manisnya.

"Iya sayang." Jawab Ernawa lembut.

"Kamu bahagia?"

"Bahagia, sangat bahagia sekali." Ucapnya sambil membawa Nala ke dalam pelukannya. "Aku sampe gak tau lagi harus bilang apa ke Papa sama Papi kamu. Kayaknya bilang makasih aja gak akan pernah cukup."

Anala terkekeh geli, "Alah, kamu tuh bisa aja ngomongnya."

"Loh, bener La, kalau bukan karena Papa kamu yang nyuruh Ayahku nitipin aku di rumah kalian dulu, aku kan gak akan kenal kamu. Kalau bukan karena Papi kamu yang minta ayah buat jodohin kita, aku gak akan nikah sama kamu."

Anala tersenyum, "Tapi ya Wa, aku yakin walaupun dulu kamu gak dititipin sama Ayah, aku yakin kita pasti tetep ketemu, tetep kenal, tetep dekat dan juga tetep menikah. Tau gak kenapa?"

"Kenapa, hm?"

"Karena kita kan 'soulmate' Wa."

Mendengar jawaban Nala, Nawa tertawa geli, "Soulmate darimana, yang bener itu bukan karena kita soulmate, tapi karena emang udah jalannya gitu La. Langit udah ngatur semuanya."

"Jadi, kalo misalnya waktu itu kamu gak dititipin berarti belum tentu kita bisa kenal dong?"

"Ya bisa jadi." Jawab Nawa.

Nala kemudian berbalik dan memuluk dada Nawa dengan sedikit keras. "Gak asik ah, kamu bikin bete."

Nawa tertawa puas setelah mendapatkan reaksi seperti itu dari Nala.

"Gak usah ketawa ya Wa. Sumpah kamu ngeselin ih."

"Ga apa ngeselin, yang penting kan kamu sayang aku dan kita udah resmi nikah."

Ya, Nala say– bukan, bukan sayang, tapi sangat sayang dan juga mencintai Nawa sepenuh hatinya. Bahkan jika seandainya Nala di minta untuk menyerahkan seluruh jiwanya demi Nawa, Nala bersedia.

Rasa sayang itu tidak pernah pudar, bahkan semakin bertumbuh setiap harinya, apalagi sekarang Nala sedang berbadan dua, eh, tiga. Nala resmi dinyatakan hamil anak kembar setelah tiga bulan pernikahannya.

Tidak ada yang tidak senang dengan kabar gembira dari Nala dan Nawa, pesta kecil-kecilan tapi mewah diadakan di kediaman Wicaksana untuk merayakan kehamilan Nala. Semua anggota keluarga Wicaksana dan Darmasunya memberikan doa yang terbaik untuk kedua calon orang tua muda itu dan juga bayi kembar yang juga hidup dalam tubuhnya.

Kedua calon orang tua muda itu menikmati hari-hari yang mereka lewati selama masa kehamilan Nala dengan perasaan bahagia.

Namun, kebahagiaan itu harus berakhir di hari itu. Hari dimana Nala harus kehilangan belahan jiwanya dan juga janin kembar yang sudah tumbuh selama enam bulan di rahimnya.

Hal naas itu terjadi ketika keduanya sedang pergi untuk melakukan checkup ke dokter kandungan kepercayaan Gardana. Sebuah mobil pick up yang membawa muatan berlebih oleh dan menabrak mobil yang sedang dikendarai oleh Nawa. Kecelakan itu tidak bisa terelakkan. Nawa dan sopir mobil pick up meninggal di tempat, sedangkan Nala dilarikan ke rumah sakit dalam keadaan kritis.

Kecelakaan itu membuat hidup Nala berubah sepenuhnya. Tidak adalagi Anala yang ceria, yang selalu tersenyum lembut ketika seseorang menyapanya, yang selalu tertawa hanya karena lelucon konyol dari kembarannya Jora, yang padangannya selalu penuh cinta dan kasih sayang ketika melihat orang-orang di sekelilingnya.

Saat itu hanya ada Nala yang suram. Pandangannya kosong, tubuhnya kurus, rambutnya panjang tak terawat, kulinya pucat karena tidak terkena sinar matahari sama sekali, bahkan kantung matanyanya terlihat mengerikan dengan warna hitam di sekelilingnya. Nala benar-benar kacau.

Tidak ada yang tidak sedih melihat keadaan Nala. Hamir setiap malam mereka dapat mendengar tangisan Nala. Setiap ada yang ingin menenangkannya, Nala akan berteriak sambil meminta mereka menjauh. Namun, semua orang menyayangi Nala, mereka punya banyak cara untuk mendekati Nala. Usaha mereka berhasil, lambat laun Nala mulai berhenti menangis, dia mulai mengikuti perkuliahan kembali setelah cuti selama satu tahun yang digunakan Nala untuk berkabung. Walaupun Nala menjadi sosok yang dingin, keluarga tetap bersyukur Nala masih ingin melanjutkan hidupnya.

Hari berganti menjadi bulan, bulan berganti menjadi tahun, dan lembat laun, Nala si manusia es perlahan menyembuhkan dirinya sendiri dengan bantuan dan doa dari orang-orang tersayangnya.

Nala lulus dengan nilai yang memuaskan dan langsung melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih di tinggi di salah satu universitas ternama di Negeri Paman Sam.

Walaupun semua sudah menjadi masa lalu, satu hal yang selalu mengingatkan Nala bahwa dia pernah memiliki seseorang yang dia cintai yaitu tanda gigitan yang masih membekas di tengkuknya. Bekas ini tidak akan pernah hilang, walaupun efek dari 'bonding' itu sendiri sudah sepenuhnya hilang tepat ketika Nawa menghembuskan nafas terakhirnya.

Sejujurnya, banyak yang mendekati Nala, baik itu pria beta maupun alpha. Namun Nala menolak mereka mentah-mentah. Selain karena hatinya masih belum dapat berpaling dari Nawa, bekas gigitan di tengkuknya ini menjadi salah satu alasan Nala menolak para pria tersebut.

Nala takut, pria-pria itu tidak bisa menerimanya. Nala tidak mau tersakiti. Dia sudah cukup merasakan sakitnya di tinggal sosok yang sangat dia cintai sekali saja. Nala tidak mau merasakn sakit untuk kedua kalinya. Biarlah dia membawa hati dan bekas ini selamanya sampai akhirnya Nala meninggal. Nala rela dan ikhlas, karena bagi Nala cintanya hanya ada untuk Nawa, tidak untuk yang lainnya.

Namun, langit dan bumi memiliki banyak rahasia yang belum terungkap. Salah satunya adalah Eckart. Makhluk yang hidup di semesta yang ternyata mampu untuk menembus dindin pertahanan 'anti jatuh cinta' Nala yang sudah di bangunnya selama bertahun-tahun.