Sahabat dan teman, atau rekan memiliki peranan penting dalam kita bersosialisasi dalam ruang pemikiran kita. Secara tidak langsung mereka adalah cerminan dirimu, meski tak semuanya tepat menggambarkan siapa dirimu itu, ada beberapa hal yang berdampak langsung atau tidak, dan itu penyebabnya adalah dari ucapan orang-orang terdekatmu. Dari mereka itulah kau akan ketularan atau dirimu yang mampu menularkan jati dirimu, yang jelas tidak semua orang terdekat adalah yang terbaik. Mereka ada bukan hanya karena ketulusan, ada pula yang hadir karena misi tertentu atau niat untuk kebaikan mereka saja.
Dalam kehidupan Lifa yang sejak kecil berteman dengan orang-orang yang sederajat mengajarkannya hal yang tidak baik dalam memperlakukan orang lain.
itu karena dia memiliki teman yang juga berperilaku kurang sopan kepada orang lain. Merasa berkuasa, merasa memiliki yang tidak di miliki orang lain, dan itu membuat mereka akan selalu haus pujian, dan mereka mengharuskan kepada teman yang lain untuk tunduk dengan kehendak mereka. Sejak di dalam lingkungan sekolah hingga menjadi mahasiswi mereka masih kompak kebersamaannya mereka menyebut anggotanya yang berisi enam orang itu dengan julukan Bintang Bunga Surga atau di singkat BBS.
Mereka terdiri dari enam gadis-gadis yang cantik, ada satu yang paling berkuasa di antaranya, dia adalah Sharyn. ada yang paling menonjol dari mereka yaitu Qia dan Tia mereka berdua adalah sodara kembar. Meski penampilannya berbeda tapi dari wajah sangatlah sulit di bedakan. Ada pula salah satu di antara mereka yang sangat pelupa menjadi ciri nya dia bernama Gita. Dan yang penurut selain Lifa ada Icha.
Icha dan Lifa adalah yang paling menurut terhadap apa saja yang menjadi keinginannya Sharyn. Mereka berdua anggap aman saja selama mengikuti apa yang Sharyn inginkan.
Kehidupan tidak lah sama. Lain kiri lain kanan, lain kawan, lain kegiatan.
Khifdza pemuda yang rajin dan sangat peduli terhadap lingkungannya terlebih dalam urusan kebersihan lingkungan. Dia juga memiliki banyak teman, tapi hanya ada satu yang bisa di ajak berbagi tentang kisah hidupnya dalam suka dan duka. Saat Khifdza terpuruk lemah dalam keputusasaannya dialah yang menjadi penyemangat. Seorang teman yang jenaka dan suka konyol tapi dia mampu mengubah hidupnya Khifdza menjadi pribadi yang lebih baik dalam menghadapi masalah. Dia adalah Maula.
Nama Maula itu bukan nama aslinya, ini hanya nama julukan karena nasib dia sama seperti khifdza , nama Maula adalah nama pemberian dari khifdza kepadanya, karena Khifdza menganggapnya sebagai anaknya, ini lantaran perbedaan umur yang jauh, jika saja Khifdza ingin menganggapnya sebagai adik, akan menjadi risih karena Khifdza punya adik perempuan yaitu Aira. Dia tidak ingin menduakan adiknya, dan tidak enak juga jika orang beranggapan jika Khifdza berniat ingin menjodohkan adiknya dengan Maula.
Khifdza dan Maula bagaikan kopi dan gula yang saling melengkapi. Keduanya seakan tercipta untuk saling mendukung, saling melengkapi.
Pagi hari adalah awalan yang harus si sambut dengan semangat, Khifdza memulai pekerjaannya setelah beres dengan aktifitasnya di rumah, meski dia seorang cowok tapi dia peduli dengan pekerjaan di rumahnya. Dari menjemur bajunya sendiri sampai mencuci gelas yang dia pakai minum untuk dirinya setiap saat. Dan setelahnya dia bersiap untuk ke Kebun kopinya. Di sana ada banyak yang perlu di kerjakan.
"La' aku punya firasat dech kalau bulan depan aku bakal ketemu dengan orang yang menjadi pujaan hati aku."
ucap Khifdza dengan keyakinan serta pandangan yang fokus menatap awan yang menghiasi siang itu. sedang Maula hanya diam karena meski penasarannya memberonta juga tetap saja itu masih susah di tebak. hanya kata "Ooh" saja untuk menjadi jawaban yang pas. hingga tak terasa lelah mereka berkebun dan terus saja ada yang menjadi bahan topik perbincangannya. Sambil memetik biji-biji kopi yang siap untuk di panen ada saja yang bikin seru.
Seru bagi Khifdza tapi tidak dengan Maula. Karena Maula merasa jika Khifdza itu tidak mengajaknya berbicara, melainkan untuk menjadi pendengarnya saja. Sampai akhirnya Khifdza pun sadar bahwa Maula tidaklah merespon apa yang dia bicarakan padanya. Kecuali hanya di tiap Khifdza berkata "Bidadari" Maula baru fokus memahami. Tapi untuk kata-kata selain itu tidak membuatnya semangat untuk menjadi pendengar. Tetapi juga Khifdza tidak sadar bahwa yang membuatnya jenuh adalah curhatannya sendiri.
"Iichh... jutek amat lu... , kenapa..?
apa lu liat dia lagi di suapin nasi goreng kaya waktu lalu?"
tanya Khifdza yang dengan fokus perhatikan wajahnya Maula yang cemberut.
Mendengar hal itu Maula langsung tertawa lirih hingga semakin kencang tawanya karena kata-kata yang terdengar konyol di telinganya.
"Yaa terus aku harus jawab gimana Bos, kalau aja aku indigo bakal ku terawang .. kira-kira firasat bos itu melenceng enggak, dan kira-kira seperti apa bidadari yang akan jadi pujaan nya bos itu?" jawab Maula.
"Namanya juga firasat hati, tapi janganlah kalau lu indigo gue apa La'?"
"Ya indobos hahaha"
"Enggak. wkwkkk gak indobis aja"
"Eh.. bos inget gak sama cewek yang dulu kita temui itu..?" tanya Maula.
"Cewek apa La'?"
"Itu lhooo yang berantem dari dalam Mobil!"
"Hahaha itu.. , kenapa .. apa kamu liat lagi?"
"Bingung aku Bos, mereka itu kenapa yaa, sungguh aneh."
"Gue yakin kalau mereka itu sodaraan La'." ucap Khifdza meyakinkan kepada Maula.
"Sodara gimana Bos? udah jelas mereka itu berantem."
"Ya iyaa lah gak mungkin kalau bukan sodara terus berantem dan berantem lagi."
"Maksudnya udah berantem rukun lagi dan berantem lagi gitu Bos?"
"Iyaa kali ... entar aja kalau kamu ketemu lagi La' langsung saja tanyain ... uuuuuuu ..."
Hari pun semakin siang Khifdza dan Maula segera menyeselesai kan pekerjaannya di Kebun Kopi, lalu memulai dengan kesibukannya di Kedai Kopi.
Sementara kakek dan neneknya yang membantu menjemur biji-biji kopi yang nantinya akan di olah sebagai minuman istimewa di Kedainya Khifdza.
Meski usianya sudah tak lagi muda tapi nenek dan kakeknya mampu menjadi penyemangat seorang Khifdza dalam menciptakan minuman yang banyak di sukai oleh kalangan muda atau pun tua.
Di kedai yang sederhana yang Khifdza ciptakan memiliki banyak langganan karna suguhan utamanya adalah kenyamanan saat ada di Kedai Kopi adalah keramahan senyumnya menjadi kehangatan di kala sejuk dan kesejukan di kala terik. Begitu juga menu minuman yang di fariasikan dengan beberapa macam rasa yang berbeda. Bukan karena takut kebosanan pengunjung tapi lebih kepada perbaruan yang menambah banyak macam rasa yang tersaji.
Sore hari adalah saat yang paling di sukai para pelanggan kopi. Bukan hanya untuk menikmati minuman saja namun juga untuk sejenak bersantai bersama teman ataupun rekan, dan bisa juga untuk melepas penat setelah seharian beraktifitas.
Begitu juga dengan kegemaran Lifa dia sangat suka dengan senja. Tidak jarang dia habiskan untuk berjalan-jalan menghirup udara bebas di kala sore hari. Meski hanya di sekeliling rumahnya saja itu udah cukup membuatnya tersenyum lepas dan sedikit tersingkir beban yang selalu ada di benaknya. Di tambah lagi jika melihat anak-anak kecil berlarian sambil tertawa riang menambah ceria hatinya.
"Eeiiic...h.. tumben Mama telfon , aaaaa h.... pasti ini aku di suruh pulang cepet."
dan Lifa pun segera mengangkat telfonnya.
"Iyaa Ma ... iyaaa aku pulang."
dan telfonnya terputus.
Dengan sambil terus berjalan Lifa kesal sebenarnya dia tak ingin mengikuti acara keluarganya apalagi acara di malam ini ada di rumah keluarga besar ayahnya. Sedikit terfikir dalam benaknya untuk pergi jalan yang lebih jauh saja. Dengan begitu Lifa tidak perlu ikutan acara orang tuanya. Dan dia pun memiliki gagasan untuk pergi ke taman saja. Lifa sengaja membeli makanan di sana sampai nada telfon kembali terdengar.
"Iyaaa Ma .... aku makan dulu, di taman." jawab Lifa dengan malas-malasan.
dan ternyata Mobil yang menjemputnya sudah ada di depan mata dan terdengar suara kakaknya yang tampak kesal.
"Eh... gue hitung mundur dari Tiga yaa kalau lu gak masuk mobil jangan harap bisa masuk rumah entar .."
Ajak Ketryn dengan tegas. Agar Lifa segera menurutinya.
dengan muka jutex dan kesal Lifa pun meng iya kan kemauan kakak nya itu.
"Drre..p!" suara kencang dari pintu Mobil yang tertutup.
"Fa... bisa gak sii kalau nutup pintu itu gak usah kebiasaan di kencengin kaya gitu?" ucap Ketryn dengan serius.
Namun Lifa hanya diam dengan pandangan jutexnya. Sedang orang tua mereka yang menyaksikan kelakuan kedua anaknya itu hanya menepuk kepala tak bisa berkata apapun.
sesampai di depan rumah neneknya semua turun dari mobil dengan suka ceria. Namun beda dengan Lifa yang justru tambah muram raut wajahnya, bertambahnya langkah kian menyesak kan dadanya.
"Iii....h... males banget rasanya .."
gumam hati Lifa yang dengan langkah tanpa tujuan, dia mulai tak bisa menyembunyikan kekesalan di wajahnya.
Suasana meriah sudah tampak dari halaman rumah, terdengar canda tawa dari dalamnya dan seorang yang cantik jelita menyambut keluarga Lifa, dia adalah adik dari ayahnya.
"Hay... Ket... apa kabar? lama gak ketemu
ayooo masuk .. masuk .. ibu udah nungguin dari tadi di dalem mungkin sedang sibuk juga biasa ngurusin masakan" sapa hangat tantenya kepada mereka yang baru saja datang.
Obrolan mereka pun sudah termulai, Lifa hanya diam dengan langkah malasnya dan kejutekannya pun masih lekat di wajahnya yang manis. Dan itu membuat langkahnya sampai di taman sebelah rumahnya. Di sinilah memang dia suka menghabis kan waktu saat ada di rumah neneknya. dan mulai terdengar suara neneknya yang sedang memuji Ketryn, suasana hati Lifa semakin tak berperaturan entah gundah atau iri atau sadar diri. Air matanya mulai menetes.
"Fa..... "
terdengar ada suara yang memanggilnya dan Lifa segera mengusap air matanya, Lifa menoleh dengan senyumannya karena dia kenal dengan pemilik suara tersebut. Dan Lifa segera menoleh kepadanya.
"Fa.... Mama tau perasaan kamu, tapi sudahlah jangan hirau kan lagi sikap nenek yang masih saja dingin padamu, masuklah semua menyayangi mu, acara malam ini begitu special bagi keluarga kita sayang."
mendengar mamanya berkata demikian Lifa justru semakin ingin menangis, tapi kali ini dia harus kuat menahannya.
"Enggak kok Ma... aku lagi nikmati angin aja. Di sini begitu segar ... hemmmmmm wangi bunganya aku suka .. Ma"
Sambil berjalan hati Lifa berkata-kata dia ingin punya sahabat yang selalu ada di saat seperti ini. Bukan sahabat yang hanya ada di kala suka saja, namun juga seorang yang bisa di ajak berbagi beban yang dia rasa hingga penat dalam benak nya ada penawarnya.
Ayah Lifa adalah anak ke dua dari tiga bersaudara, dan semuanya sudah menikah meski tinggal berjauhan mereka tetap meluangkan waktu untuk berkunjung menikmati kebersamaan di kala liburan dan waktu tertentu. Seperti acara malam ini bukan hanya karena libur, namun juga karena ada kabar gembira bahwa anak dari kakak ayah Lifa akan melamar pujaan hatinya besok sore. Dia tampan bagaikan artis yang memiliki banyak penggemar. Dan memang pantas sejajar dengan artis karena dia adalah model yang cukup terkenal.
" cieee... artis kita ini udah mau nikah cieee... " kata Ketryn menggodanya.
Vito pun langsung tersenyum dengan rasa yang amburadul, entah bagaimana kata yang tepat untuk mengungkapkan kebahagiaannya itu, dan dari pada salah tingkah dia menanyakan kabar Lifa.
"Eh... mana Lifa kok gak keliatan Ket?"
"Ada kok di belakang sama tante ada Mama juga!"
namun ternyata Lifa ada di belakang mereka.
"Uuuuuuu.... ngomongin gue yaaa, baiklah kali ini kita gantian yaa kalian yang gosipin gue." ucap Lifa dengan percaya diri.
"Pede ! amat lu...." jawab Ketryn dengan tertawa.
"F... lu mau kadoin apa nie buat artis kita?" tanya Ketryn dengan iseng.
"Kodok." jawab Lifa dengan menahan tawanya.
Mendengar jawaban Lifa itu Ketryn menjadi gemas dan menggelitiki Lifa.
Lifa pun tertawa tak karuan sambil minta tolong kepada Vito untuk membantunya agar lepas dari kakaknya, namun vitto pun hanya ikutan tertawa.
"Eeh... sudah ... sudah, kalian ini gak di rumah gak di manapun berantem aja." ayahnya yang ikutan gemas melihat tingkah mereka.
"Hhmmm.... itu bawa apa ... Yah? tanya Ketryn.
"Es krim!"
"Minta ... Yah" ucap Lifa sambil mendekat,
"Ambil sendirilah sana!" suruh ayahnya.
Malam pun semakin larut. Suasana mulai hening yang terlanjut dengan kesibukan untuk berkemas pulang ke rumah masing-masing.
"Jangan lupa yaa sayang besok siang jangan sampai telat, acara akan di mulai beranjak senja agar tak kemalaman nantinya." ucap nenek Lifa kepada Harun.
"Iyaa Ma .. besok kita sengaja cuti sehari Lifa juga sudah izin libur dari kuliahnya besok."
Sedang Lifa dan Ketryn sudah lelah mereka hanya mendengarkan saja apa yang di katakan oleh neneknya dan mereka pun berpamitan untuk pulang.
Siapa sii yang tak kenal dengan BBS ( Bintang Bunga Surga ) selain karyna kecantikan mereka pula gadis-gadis yang cerdas terlebih lagi di dukung oleh fasilitas yang menyimbolkan kehidupan mereka yang kaya raya.
"Uuuh... masih ngantuk banget gue rasa nya."
ucap Lifa kepada Qia. Sedangkan Tia yang sedang sibuk memilah milih warna baju yang akan di pakai nanti sore.
"Aah sama apalagi gue .. capek banget liatin dia yang sibuuuuk.. banget dari kemaren cari warna beloooooom juga nemu katanya" ucap Qia yang menyindir Sodara kembarnya.
"Ah diem dech, jadi yaa gue itu pokoknya harus pake baju yang sangat mewah di acara nya idola gue lamaran." sahut Tia dengan kesal.
"Capek dech .. siapa yang lamaran siapa yang sibuk." jawab Lifa
"Lah.... bukan tentang siapa yang melamar, tapi yang di lamar itu siapa, heraaan dech gue punya kembaran parah amat kayaknya gini" tambah Qia.
mendengar itu Lifa hanya menahan tawanya.
Memang dari dari mereka ber-enam yang ada di BBS hanya satu yang begitu mengidolakan Vito. Kalau yang hanya sebatas mengagumi tak sampai terlalu memuji hingga hampir sesak nafasnya itu sii hal biasa. Iyaa sii siapa yang bisa memejamkan matanya dari ketampanannya Vito. Ketenarannya di dunia fashion bukan rahasia lagi. Di kalangan muda mudi dia bagaikan bintang besar yang banyak pengikut nya, foto-fotonya terpajang di banyak distro yang sangat berpengaruh kepada pelanggannya. Bahkan setiap apa yang di kenakan oleh Vito menjadi trend mendadak entah itu sepatu atau hanya kaca mata, atau meski hanya caranya dia berdiri atau duduk saja, banyak mata yang terpana kepadanya. Dari gaya pakaiannya maupun kepribadiannya selalu mengundang kagum para fensnya terlebih untuk para remaja putri ya .. seperti Tia contohnya, yang sangat .. sangat suka dari segi apapun dari seorang Vito.
"Aaauuu.... "'
Tia terkejut hingga terjungkal karena kehadiran Maya yang tiba-tiba nemplok di punggungnya, sedangkan dia masih sibuk memilah-milih warna yang pas dari hapenya.
"Dasar kutu hape, sibuk apaan si lu, gue kirim pesan dari satu tahun lalu .. beloooom juga di baca." ujar Maya sambil meremas - remas pundak Tia.
"Bodo amat , iiih... sakit tau!" ucap Tia
"Wah udah siang , masuk kelas yuk..!"
ajak Lifa kepada mereka.
"Ah iyaa ... kayaknya Sharyn udah nunggu dari tadi, dia gak kesini kan? tadi?" tanya Maya.
"Mmmmmmmmmmmmm, mungkin."
"Mungkin apaan? dia itu udah bilang dari kemaren, kalau dia gak masuk hari ini , paling juga bentar lagi kita di jemput.
"Lah... jadi hari ini kita libur ... ? yaaaa ... kok mendadak si...?" ucap Maya penasaran.
"Mendadak apanya lagi ...?" sahut Tia dengan heran.
Dan benar saja klakson dari Mobil Sharyn terdengar.
"Aaaa.... kan bener kalau kita bakal di jemput." ucap Lifa dengan bernafas lebih dalam.
"Yesssssss ... akhirnya waktu yang ku tunggu-tunggu datang juga " guman Tia yang sangat bahagia. Tia yang kegirangan langsung berlari meninggalkan mereka.
"Di mana yang lainnya, suruh cepetan!" ucap Sharyn kepada Tia yang baru masuk Mobil.
Namun Tia merasa masa bodo dengan ucapannya Sharyn. Dia langsung masuk Mobil dan tersenyum saja kepada penghuninya.
"Eeeeeh.... gak sopan banget siii ada Nona cantik dateng tanpa permisi .." kata Gita iseng.
"Iyaaa non Gita... permisi.." jawab Tia dengan sengaja lemah lembut dan senyum yang di lebarkan.
"Udah?" tanya Gita
"Mmhm.. udah"
"Turun!kalau udah!" sahut Sharyn yang duduk di depan mereka.
"Maksud aku .."
"Sudah-sudah pusing gue dengerin lu ngoceh doang dari tadi" jawab Sharyn dengan tegas.
Tak berapa lama Lifa dan yang lainnya pun masuk Mobil dan langsung berangkat untuk mempersiapkan diri untuk segala keperluan dalam menghadiri acara lamarannya Vito.