webnovel

Legenda Pendekar Naga Putih

Partai Pedang Kebenaran adalah salah satu partai persilatan terbesar yang terdapat di Kota Han Ciu. Ketua partai itu bernama Zhang Yixing. Zhang Yixing sendiri merupakan seorang pendekar yang ditakuti lawan disegani kawan. Di daerah Han Ciu dan sekitarnya, tidak ada yang tidak mengenalnya. Semua orang, baik dari kalangan awam maupun persilatan, pasti kenal kepadanya. Apalagi, dia mempunyai julukan Pendekar Pedang Tanpa Tanding. Sebuah julukan yang mungkin terdengar sedikit berlebihan. Tapi, hal tersebut memang bukan omong kosong. Semuanya sesuai dengan kenyataan. Semua orang persilatan mengetahui akan hal tersebut. Permainan pedang Zhang Ciangbunjin (Ketua) tidak perlu diragukan lagi. Justru alasan dia dijuluki Pendekar Pedang Tanpa Tanding karena di daerah sekitarnya, memang tidak ada orang yang sanggup mengalahkannya dalam hal ilmu pedang. Namun sayang sekali, semua itu harus berakhir ketika peristiwa berdarah menimpa Keluarga Zhang sekaligus Partai Pedang Kebenaran. Di malam spesial yang harusnya menjadi malam kebahagiaan, justru malah berakhir menjadi malam kematian. Semua murid Partai Pedang Kebenaran tewas. Zhang Yixing beserta istrinya juga tewas. Yang tersisa cuma anak tunggalnya. Anak itu bernama Zhang Yi. Zhang Yi berhasil lolos dari kematian karena dia diselamatkan oleh seorang tokoh sakti dunia persilatan. Kelak, jika sudah tiba waktunya, Zhang Yi akan kembali ke dunia ramai dan bakal menjalankan tugasnya sebagai seorang pendekar pembasmi kejahatan. Bagaimana selanjutnya? Apakah dia akan membalaskan peristiwa berdarah yang menimpa keluarganya? Ikuti petualangan Zhang Yi di Legenda Pendekar Naga Putih.

Junnot_senju · Đông phương
Không đủ số lượng người đọc
399 Chs

Kera Dingin

"Manusia dari mana yang berani mengacau di sarang naga gua harimau?" sebuah suara tiba-tiba terdengar dari sudut ruangan.

Tidak lama setelah ucapan itu selesai, mendadak keluar seorang tua bertubuh kurus dengan pakaian abu-abu yang longgar.

Wajah orang tua itu bisa dibilang menyeramkan. Seluruh wajahnya dipenuhi oleh luka bacokan akibat senjata tajam.

Malah ada pula satu bacokan yang membekas tepat di antara bibir atas dan bawahnya. Hal itu menambah keseraman orang tua tersebut.

Kalau orang lain yang melihatnya, mungkin dia akan ketakutan. Tidak mustahil pula akan lari terbirit-birit.

Sayang sekali, Zhang Yi bukan orang lain. Bukan saja dia tidak takut, apalagi sampai lari terbirit-birit seperti anjing yang dikempar batu, pemuda serba putih itu justru malah sudah tersenyum dingin.

"Di mana Tuan Besar Bu?" tanyanya kepada orang tua tersebut.

"Siapa kau anak muda?"

"Aku orang yang diundang datang olehnya kemari,"