Di Istana Kerajaan....
Sementara itu putri sang raja dan ratu juga telah tumbuh menjadi seorang permaisuri kecil yang cantik. Dia juga memiliki usia yang sama dengan Ambo Tuwo kecil yaitu berusia 6 tahun. Kemewahan dan fasilitas istana beserta segala isinya menjadi miliknya. Dia mendapatkan semuanya di istana kerajaan yang megah termasuk harta benda yang kelak dia warisi dari orang tuanya, cinta dan kasih sayang dari kakek neneknya, Ibunya, dan orang-orang. Meskipun dia hampir mendapatkan segala-galanya, akan tetapi satu hal yang dia tidak dapatkan yaitu cinta dan kasih sayang dari ayahnya sendiri yakni Raja Ambo Enre Ratulangi.
Dari awal kelahiran bocah itu di dunia, sang raja sudah tidak begitu antusias untuk menyambut anak semata wayangnya tersebut. Bukan karena anak itu memiliki cacat mental pada fisik gadis itu, namun melainkan karena dia berjenis kelamin perempuan. Sang raja jelas-jelas menolak kenyataan bahwa anak yang didambakannya selama bertahun-tahun hanyalah anak perempuan yang tidak dapat berbuat terlalu banyak di masa-masa yang akan datang.
' Melo iyaga anak makunrae? Degaga guna-gunana monro linoe. ' ( Untuk apa seorang anak perempuan? Dia tidak ada gunanya sama sekali hidup di dunia ) Begitulah pemikiran sang raja hampir tiap waktu tatkala melihat tumbuh kembang sang putri setiap harinya. Rasa-rasanya dia ingin sekali melenyapkan anak perempuan tersebut dari dunia ini sehingga dia tidak terus-terusan melihat penampakan anak tersebut di depan matanya.
Ratu Besse Rini Markonah bukannya tidak menyadari dan tidak menutup mata jikalau suaminya itu belum mampu menerima kenyataan yang sebenarnya terjadi jika anaknya itu adalah seorang putri dan bukanlah seorang putra seperti yang dia harapkan dari awal. Bahkan sampai anak tersebut menginjak usia enam tahun pun cinta dan kasih sayang sang raja belum tercurah sepenuhnya pada sang putri. Kadang sempat terbersik kesedihan dari sang ratu tatkala dia mengetahui jika suaminya itu tidak mengharapkan darah dagingnya sendiri. Namun apa boleh buat? Seperti kata pepatah ' manusia boleh berencana, namun Tuhan yang menentukan '. Begitulah pepatah yang cocok digambarkan untuk Ratu Besse Rini Markonah saat ini, meskipun dia pada awalnya meyakini jika dia mampu mengambil hati sang raja dengan segala tipu muslihat dan mantra-mantra yang dia miliki, serta dia juga berpikir mampu untuk memenangkan hati sang raja dan memisahkan dia dengan istrinya, akan tetapi seberapa hebat pun dia berusaha ingin memiliki segala apa yang dia mau, namun ternyata Tuhan berkehendak lain. Kekesalan dan kekecewaan sang raja terhadapnya akibat dia tidak mampu memberikannya seorang putra yang kelak akan menggantikan pisisinya sebagai seorang raja di Kerajaan Wajo menjadikan dirinya saat ini menjadi wanita yang patut disalahkan.
' Magi kasi nabenci ladde wijanna? Padahal taniya kasi kehendakku iyyewe mimmana anak makunrae. Kehendakna maneng Puang Marajae iyyewe. Degaga kasi kekuatangku untuk halang-halangi kehendakna Puange. ' Dengan tetesan air mata yang jatuh membasahi pipinya, dia berujar dalam hatinya yang paling dalam.
Tiba-tiba sang putri menerobos masuk ke kamar sang ratu tanpa mengetuk pintu kamar terlebih dahulu karena melihat pintu kamar terbuka lebar.
" Etta makkunrae? Meloka rayakan hari ulang tahungku. Meloka kasi undangi sibawakku rayakan bersama-sama akkoe. " ( Ibu? Aku ingin merayakan hari ulang tahunku. Aku ingin merayakannya bersama teman-temanku ) Ujar sang putri sambil merengek seolah-olah meminta dibelikan sebuah mainan baru oleh Ibunya.
" Iyye anak cantikku. Matupi upodangi etta buranemu sebab messui etta buranemu." ( Iya putriku yang cantik. Nanti aku beritahu ayahmu sebab ayahmu sedang keluar ) balas sang ratu sambil membelai pipi putrinya dengan lembut dan lalu memeluk tubuh mungil putrinya itu.
~~~~~
[ LALU APAKAH SANG RATU AKAN MENYAMPAIKAN KE SANG RAJA MENGENWI KEINGINAN SANG PUTRI UNTUK MERAYAKAN HARI ULANG TAHUNNYA? LALU APAKAH SANG RAJA AKAN MEMULUSKAN PERMINTAAN TERSEBUT DAN MEMBUKA HATINYA UNTUK MENERIMA KEHADIRAN PUTRINYA? ]