Alam akan menjadi saksi bisu dari pembantaian sadis sebuah klan penyihir besar yang hidup untuk menjaga berdamaian. Pembantaian yang hanya berlandaskan rasa iri hati, tamak dan kesombongan.
Tanpa rasa belas kasih mengambil nyawa setiap orang. Tak peduli itu orang tua, anak ataupun balita, dan ketika teriakan kesakitan terdengar maka, para pendosa itu akan tertawa kegirangan seolah mendapatkan keinginan untuk terus menumpahkan darah.
Diatas sana langit nampak suram ketika, awan-awan hitam berbaris rapi menutup sang bintang pagi. Berjajar membentuk simpul yang berputar di angkasa. Angin pun berhembus kencang, membawa perasaan hampa seluruh penjuru dunia. Para hewan dan tumbuhan yang mendengar kabar yang dibawa sang angin pun, tak luput dari rasa duka. Mereka semua saling bersautan-sautan mengirimkan sinyal kesedihan.
Langit berguruh dengan kilatan petir yang menyambar dengan ganas memberikan rasa ngeri keseluruhan antero negeri. Menyalurkan semua bentuk luka alam semesta bersama. Hujan mulai mengguyur dengan deras, tanah tak lagi berwarna kecoklatan ketika air bercampur darah mengalir ke semua bagian yang ada.
Disaat derasnya hujan yang jatuh. Terlihat seorang gadis berpakaian hitam lusuh yang diikat ditiang ditengah-tengah para mayat yang ditumpuk mengelilinginya. Kepalanya tertunduk dengan rantai yang mengikat seluruh tubuhnya. Tangan, kaki, pinggang bahkan terdapat rantai pemberat yang menggantung di lehernya. Kulitnya yang putih nampak kontras dengan luka yang terlihat dibagian tubuhnya yang tak tertutup kain.
Sedangkan disisi lain, orang-orang berpayung hitam menatap gadis itu dengan senyum penuh kepuasan. Orang-orang yang menyebut diri mereka sebagai Mormon, para pengikut Tuhan.
Perlahan mata gadis itu terbuka, menampilkan iris mata berwarna ungu cerah yang terlihat sayu. meskipun masih dengan kondisi kepala menunduk, sudut matanya bisa menangkap gambaran mayat-mayat yang ada disekelilingnya. Seluruh klannya tewas hanya karena petisi gila yang menyebut klannya berbahaya dan termasuk golongan penyembah 'Satan' atau Iblis. Padahal klannya adalah penyihir alam yang bertugas menjaga kedamaian dan keamanan dunia.
"Lepassss!! Lepaskan aku!!" Gadis bermata ungu tersebut langsung mendongak ketika mendengar suara yang tidak asing di telinganya. Iris matanya membola ketika melihat seorang gadis lain yang diseret paksa.
Lidahnya mendadak kelu, suara hujan seakan menghilang menciptakan keheningan sesaat. "Thalla" Lirihnya menatap nanar kepada gadis yang tak lain adalah saudarinya.
Orang-orang itu akhirnya menyadari gadis yang mereka ikat ternyata sudah bangun. Hal itu membuat mereka semakin senang. "Kakak!!" Teriak Thalla
Air mata yang sedari tadi dia tahan akhirnya jatuh melebur bersama tetasan hujan yang membasahi seluruh tubuhnya. Sama seperti dentuman langit, hatinya pun bergemuruh. Dirinya marah dan juga kecewa 'kenapa?' itu pertanyaan yang berputar di kepalanya sekarang. 'Kenapa kau mengkhianatiku, Vernon' Batinnya menatap nyalang pada laki-laki yang datang dengan menyeret saudarinya.
***
Sebelum dirinya berakhir dengan rantai diseluruh badannya. Dirinya, sang adik dan laki-laki bernama Vernon sempat berhasil kabur dari kota berkat bantuan sihir sang Ayah yang mengirim mereka ke hitam bagian selatan.
Tetapi, di tengah jalan dirinya mendadak berhenti dan mengatakan akan kembali ke kota membantu klannya. Sang adik, Thalla tentu saja melarang hal itu. Dia tidak akan membiarkan kakaknya pergi kesana lagi. Thalla adalah salah satu penyihir alam yang mempunyai bakat berkomunikasi dengan tumbuhan itu sebabnya Thalla tau bagaimana kondisi Klannya saat itu. Dia rasa sudah cukup kehilangan keluarganya yang lain, jangan sampai kakaknya pun juga ikut tiada.
Pada akhirnya kedua kakak beradik itu terlibat pertarungan. Tidak sampai ditaraf saling membunuh, hanya saja berakhir dengan Thalla yang pingsan akibat mantra dari gadis bermata ungu. "Pergilah sejauh mungkin dari sini. Aku percayakan adikku padamu, Vernon," Gadis itu menatap penuh harap kepada laki-laki yang merupakan sahabatnya sejak kecil. Mereka berdua terlahir dan tumbuh bersama di tanah klan Elfean hingga gadis itu sanggup memberikan kepercayaan padanya.
"Lalu bagaimana denganmu?," Tanya Vernon. Laki-laki berambut hitam dengan mata hijau tua.
"Jangan pedulikan aku. Mungkin dengan aku menyerahkan diri, mereka akan berhenti mencari kalian" ucapnya sambil tersenyum getir.
Gadis itu berbalik dan mulai melangkah pergi. Namun, sebelum semakin jauh dirinya untuk terakhir kali memandang kedua orang itu. "Maaf" Ucapnya pelan
***
Mengingat hal itu, membuat matanya kembali memanas. Bibirnya masih terasa Kelu untuk mengucapkan sesuatu. Tangisan yang tertahan membuatnya merasa sakit begitu dalam di dada 'Sesak'.
Harapannya benar-benar hancur. Orang yang dipercaya olehnya bahkan membuatnya rela berkorban seperti ini malah mengkhianatinya. Terlebih adik yang dia harap bisa selamat malam berakhir tertawan juga.
Vernon yang dulu dia kenal berwajah ramah dan lembut kini telah berubah menjadi nampak arrogant dan angkuh. Berubah menjadi sosok yang tidak pernah dirinya kenal sama sekali.
"KENAPA KAU BERKHIANAT PADA KLANMU SENDIRI, VERNON!!! KENAPAAA!!" Gadis itu berusaha melepas rantai yang melilit tubuhnya. Tapi, sayang. Sekeras apapun mencoba nyatanya rantai ini dibuat dari gabungan mantra dan element yang mana ditujukan khusus untuk mengalahkan Klannya.
"Kenapa? Bukannya kau yang terlalu bodoh karena mempercayaiku, Aberaa?. Lagi pula sejak awal aku bukan bagian dari klan busukmu itu, lantas mengapa aku harus berpihak pada kalian"
"Apa? Apa maksudmu, Vernon?"
"Aku adalah keturunan asli Klan Veerz yang dulunya pernah memimpin sebelum kalian para klan Elfean"
"Veerz? Jadi kau"
"Apa kau terkejut, Abeera? Sama seperti nasib klan ku yang hancur maka, klan Elfean juga akan bernasib sama" Ucap Vernon dengan tatapan marah. Tangannya semakin kuat mencengkram tangan gadis yang ada bersamanya, Thalla.
"Kakak" Suara sang adik bertambah lirih. Kini dirinya baru menyadari bahwa kondisi adiknya sangat buruk dengan darah yang jatuh dibawah kakinya.
"Jangan membuang waktu, Vernon. Segera habisi mereka berdua lalu kita pergi dari sini" Ucap salah satu orang berpayung hitam. "Aku mengerti" Jawab Vernon
"Tidaaakk Vernon!! LEPASKAN DIAA!! JIKA KAU INGIN MAKA AMBIL SAJA NYAWAKU!! jangan dia!!" Pintanya sembari terus berusaha melepas rantai miliknya. "Kau pun akan mati, Abeera. Tapi, setelah dia"
"TIDAAAKKKK, KU MOHON JANGAN!!"
Sriingggggg...
Jleebbb...
Bruukkkk..
"Thallaaaaa!!!"
Sambaran petir kian menggelegar bersamaan dengan jatuhnya tubuh gadis yang mulutnya telah dipenuhi oleh darah. Thalla ambuk ketika Vernon mendorong lalu menusuk tubuhnya dari belakang dengan menggunakan sebuah pedang
"Kakak" Adiknya masih saja memanggilnya walaupun dikondisi sekarat seperti sekarang. Wajahnya memperlihatkan sebuah senyuman yang tulus, seolah-olah mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja. "
"Aku benar-benar terharu melihat drama membosankan ini. Bagaimana jika aku bantu agar lebih cepat selesai?"
Abeera semakin berteriak tak karuan menyesali segalanya. Tindakan, kepercayaan dan ketidakberdayaan sekarang.
"Tunggu, Vernon. Jangan apa-apakan gadis itu" Ucap rekanya. Kumpulan orang-orang Mormon. "Biarkan saja. Lagi pula tak lama, gadis itu akan mati" Ucapnya lagi.
"Kau benar" Jawabnya lalu kembali menyarungkan pedang miliknya
"Lantas bagaimana kita mengurus gadis yang satunya?" Ucap yang lain. "Villian, kemarikan barang pemberian Ketua" Ucap Vernon
***
Setelah mengurus semuanya Vernon dan para anggota Mormon pun meninggalkan kedua gadis yang masih ada didalam kota yang perlahan mulai dilahap oleh kobaran Api tingkat tinggi yang tak akan padam oleh air biasa.
"Maafkan aku Thalla. Semua ini salahku" Sesalnya menatap sendu sang adik. Thalla tersenyum lembut ke arah kakaknya lalu mengerakkan bibir mengucap sesuatu dengan lirih.
"Tidaak, Thalla!!. Jangan lakukan itu!" kepalanya menggeleng kencang ketika menangkap gerakan bibir dari sang adik.
"Aku selalu bangga terlahir menjadi bagian dari klan Elfean dan aku sangat bersyukur memiliki kakak sepertimu. Aku menyayangimu, Kakak. Selamat tinggal" Thalla menutup kedua matanya untuk selama-lamanya.
***
Hujan mendadak berhenti menyisakan langit yang malah bertambah gelap. Angin berhembus semakin kencang disertai sautan suara hewan-hewan seperti serigala, harimau, burung dan lainnya.
Rombongan itu terhenti ketika dihadapan mereka muncul sosok gadis berjubah merah dengan tampilan mengerikan. Wajahnya di penuhi banyak tulisan kuno berwarna hitam dan salah satu matanya menyala sedangkan yang lain berwarna kemerahan.
Tess...
Darah menetes dari salah satu matanya yang mana membuat keadaan bertambah mencengkam.
"Abeera?!" Vernon menatap tak percaya pada sosok yang ada dihadapannya. Bukankah mustahil gadis ini bisa terlepas dari belenggu rantai itu, lalu bagaimana Abeera bisa ada disini.
"Setelah melakukan dosa, bagaimana mungkin kalian bisa hidup tenang?. Kalian telah melanggar aturan Tuhan dan memilih bersekutu dengan Iblis"
"Diam kau!! Kalian semua cepat serang dia!!' Ucap Vernon
Whuusss..
Bruukkk...
Mereka semua terlempar kebelakang dan menabrak pepohonan yang ada disekitar. Cuma butuh satu kali hempasan tangan untuk Abeera melakukannya.
Abeera dengan cepat menggerakkan tangannya menggambarkan sebuah mantra di udara.
AAGGHRRRRRHHH...
Teriakan kesakitan yang menggema ketika tubuh mulai terbakar oleh api suci yang biasanya digunakan untuk membersihkan diri para pendosa. Dimana berfungsi untuk membebaskan diri dari belenggu dosa yang mengikat jiwa pada rantai kesengsaraan.
Sedangkan untuk Vernon, Abeera tidak mau memberikan kebebasan padanya. Api suci tidak pantas diberikan kepada Vernon. Laki-laki itu harus mendapatkan hukuman yang lebih berat ketimbang terbakar sesaat.
"Abeera. Maafkan aku"
"Aku bukan Tuhan dan Aku juga bukan manusia berhati baik. Aku hanya seorang pendosa yang jika terluka akan menuntut balas secara setimpal" tangan Abeera mencekik kuat lebar Vernon menghantarkan rasa sakit yang teramat kuat. Tak hanya pada tubuhnya namun, juga pada jiwanya
"Maka dengan itu, aku Abeera Kimberly Elfean mengutukmu"
Jeeeduuaarrrrr...
Mata sebelah kiri Abeera menyala kian terang menyorot tajam tepat kearah Vernon yang sudah terpaku pada mata Abeera.
"Sama seperti kalian mengikatku dengan sebuah rantai, setelah ini jiwamu juga akan terbelenggu dengan rantai yang sama. Setiap detiknya jiwamu tak akan pernah bisa mendapatkan kedamaian. Kau akan berkelana tanpa tujuan dengan rasa sakit dan penderitaan"
"Jiwamu akan menanggung beban dari seluruh klan ku yang sudah kau khianati. Kau akan mati tidak hanya sekali namun, berkali-kali setiap saat hingga akhir kehidupan dunia. Itu lah kutukan dariku padamu, Vernon"
Tubuh Vernon membeku. Nafasnya perlahan terhenti dan tak lama jiwanya terpelas dari raga. Menandakan akhir dari hidupnya. Sedangkan Abeera hanya bisa memandang datar tubuh tanpa nyawa itu.
Jleebbb...
Tanpa diduga Abeera menancapkan sebuah belati sihir tepat di jantungnya sendiri. Abeera kemudian duduk dalam posisi bunga lotus dan mulai merapalkan sesuatu dari mulutnya.
Tiba-tiba simbol rumit muncul dibawahnya dan membentuk heksagonal. Perlahan tubuhnya limbung ketanah bersamaan dengan jiwanya yang menghilang