webnovel

3. Raja yang tiada

Sekembalinya diri Sophie dari tempat kejadian yang barusan ia hadapi, ternyata dirinya masih haruskah menerima hal buruk lainnya lagi, ia mendapatkan berita duka yang menyedihkan sekaligus menggemparkan dunia pasalnya.

Monrac sang raja para naga dinyatakan telah tewas terbunuh oleh, Mafne si hakim dengan kondisi yang sangat mengenaskan yaitu hanya bagian seluruh tubuhnya saja yang ada tersisa, sedangkan bagian kepalanya sudah terpenggal terpisah entah kemana dari tubuhnya.

Sophie yang baru saja kembali pulang ke istana, langsung menangis sejadi jadinya pasal dirinya melihat keadaan raja juga suaminya itu dalam keadaan mengenaskan terbaring tak bernyawa tanpa kepala.

Sophie menjadi keheranan bingung akan keadaan sang suami, bagaimana bisa hanya bagian tubuhnya saja yang ada disini, sedangkan bagian kepalanya hilang entah kemana.

" Dimana kepala sang raja, kenapa hanya tubuhnya saja disini? "

tanya Sophie dalam tangisannya yang sendu Sophie menangis disebelah jasad raja Monrac, harap sang raja bisa hidup kembali tapi kenyataannya tidak mungkin sekali seperti yang Sophie inginkan, kepalanya saja sudah tidak ada mana mungkin raja bisa hidup kembali.

tapi yah itu harapan Sophie saat ini, dia tidak ingin suaminya secepat itu meninggalkan dirinya.

" yang mulia Ratu kami mohon ampuni kelalaian kami, kami tidak bisa menjaga Paduka raja dengan benar layaknya pengawal, kami malah membiarkan paduka raja bertarung sendirian tanpa menolongnya, kami layak untuk yang mulia penggal, karena tidak bisa menjalankan tugas dengan benar. "

tutur salah satu dari pasukan raja, yang tadi ikut dalam kepergian Monrac menuju hutan colossal. mereka tampak amat sangat menyesali perbuatan mereka yang malah dengan mudahnya membiarkan raja dengan sendirinya bertarung melawan Mafne. Sedangkan mereka, mereka hanya memperhatikan pertarungan itu dari jarak jauh tanpa bisa ikut campur.

seharusnya mereka bisa mendekat lalu membantu Paduka raja melawan Mafne, dalam pertarungan itu.

" jangan asal bicara kalian semua!!!, tidak ada lagi yang namanya mati cukup hanya raja seorang saja, kalian jangan aku tidak ingin ada kematian lagi dalam hidupku, kalian tidak perlu merasa bersalah aku mengampuni kalian semua. "

lirih Sophie Sudah cukup bagi dirinya, malam ini merupakan malam terburuk baginya, malam yang seharusnya menjadi malam terbaik, malah menjadi tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan

Sophie lelah dan tak mampu lagi membendung perasaan sedihnya ini, pasalnya dia telah menjadi dua saksi kematian malam ini, yang pertama adalah Nana seorang ibu manusia dari anak yang sedang berada dalam kandungan Sophie saat ini lalu yang kedua ialah Monrac suami Sophie sendiri, Monrac pergi meninggalkan Sophie sendirian di dunia tanpa sempat meninggalkan pesan sepatah kata pun.

karena itulah Sophie tidak ingin ada kematian yang terulang lagi, saat ini.

dia masih belum siap kehilangan banyak kasih sayang yang ia terima dari pengawalnya,

jangan sampai para pengawalnya pun ikut menghilang, meninggalkan dirinya.

Jika sampai itu terjadi mungkin Sophie tidak akan kuat untuk hidup lagi.

" Tolong, jangan berfikiran untuk mati, kalian itu sudah ku anggap bagai keluarga ku satu-satunya. Jika kalian mati juga siapa yang akan menjaga diriku? "

kalimat akhir Sophie berhasil membuat suasana satu ruangan itu menjadi suram dan terharu, para pengawal merasa senang diri mereka sudah dianggap sebagai keluarga sendiri bagi Sophie.

Tapi hal itu masih belum cukup untuk menutupi rasa bersalah dari diri mereka.

keesokan harinya, upacara kremasi dilakukan oleh seluruh keluarga raja mereka mengelilingi bangunan batu yang bersusun tinggi keatas, di sana sudah ada tetua para naga yang siap melaksanakan ritual kremasi.

dari bawah terlihat Sophie yang murung tanpa senyum, sembari dirinya memegang perutnya.

" para naga sekalian, kita berkumpul disini dalam duka yang dalam, raja kita paduka Monrac XII meninggalkan kita dengan begitu cepat sebelum kita, sebagai pengikutnya berterimakasih atas kebaikan paduka raja.

oleh karenanya kita semua seusai dengan arahan dari Dewi Bumi, Gia dan petuah dari dewa Matahari Artem maka kita akan melaksanakan ritual kremasi ini. "

suara gemuruh tangis dari setiap naga mulai terdengar, mereka hanya tidak terima akan kenyataan bahwa mereka telah kehilangan sosok raja yang paling disukai bagi bangsa mereka, semuanya merasakan rasa kehilangan yang begitu besar selama ritual ini.

Sang tetua para naga, mendekati jasad Monrac, dia memberikan tanda sihir penghormatan yang terakhir kepada tubuh Monrac, seketika itu juga api muncul disekitar tubuh Monrac, yang perlahan mulai merambat ke tubuh Monrac, dirinya pun pelan pelan dilahap api sampai seluruh tubuhnya kini terbakar.

para bangsa naga mulai menyanyikan sebuah lagu suci mengantar kepergian paduka raja mereka, secara bersama sama.

tapi Sophie dia tidak menyanyikan lagu tersebut dia hanya bergumam pelan.

" Idemne esset, si te in coelo vidi? "

apakah dirimu tetap sama jika aku melihat mu di surga.

nyanyian lagu penghormatan mengiringi abu Bakaran paduka raja yang berterbangan dihembuskan angin, hingga akhirnya ritual pun berakhir dan hanya menyisakan kekosongan dan kenangan.

Sophie pun kini telah pergi meninggalkan tempat ritual itu, ia ingin menyendiri dan juga mengumpulkan semangat yang baru, dia tidak sedih, hanya belum siap menerima saja.

Sophie kembali ke rumahnya ingi tidur sementara, hanya untuk mengistirahatkan dirinya dari kejadian semalam yang menimpanya.

" anakku maafkan ibu karena tidak bisa menunjukkan bagaimana rupa ayah mu nanti bila kamu lahir ke dunia, maafkan ibu yah. "

lirih Sophie kepada anaknya yang berada dalam kandungan, pupus sudah bayangan Sophie tentang bagaimana nanti dia dan sang suaminya membesarkan anak mereka.

" aku harap "

kata terakhir Sophie sebelum dia benar benar jatuh tertidur.

Kematian raja Monrac menimbulkan rasa pilu, yang mendalam bagi para naga, mereka kehilangan raja paling baik sepanjang masa.

akan tetapi dibalik sisi kesedihan, dari matinya sang raja, ada beberapa naga yang sangat menantikan hal ini terjadi.

Mereka senang dan bahagia mendengar berita tentang kematian raja Monrac, itulah hal yang mereka nanti nantikan dari dahulu.

Pergeseran tahta kerajaan, dengan kematian raja Monrac membuat kursi kerajaan menjadi terbengkalai, bukankah itu pertanda bahwa akan ada pemilihan raja naga lainnya.

" kalian tau bukan Kaka ku Monrac sang raja telah tiada dan sekarang tahta kerajaan miliknya kosong terbengkalai, maka dari itu aku Mirei. adik dari raja Monrac sekaligus juga sebagai penerus bangsa para naga akan dengan senang hati menggantikan posisi mendiang Kakak ku terdahulu, raja Monrac. "

terdengarlah sorak ramai dari beberapa naga , menunjukkan kesenangan nya Mirei pimpinan mereka bisa menjadi raja yang menggantikan Monrac.

" mantap boss, kita semua tetap bersama mendukung mu bos. "

ucap salah satu naga yang ikut senang dalam keadaan ini, dengan naga yang lainnya manganguk tanda setuju dengan pernyataan naga tersebut.

" jika memang begitu seharusnya, maka ayo kita ambil kursi itu "

terang Mirei, langsung terbang memimpin anak buahnya pergi menuju istana, ia harus mendapatkan kursi itu.