webnovel

29. Tiba di Kota

'lupakanlah segala hal yang kau dengar dan engkau lihat hari ini, karena itu semua tidaklah benar'

Sayup kudengar suara itu yang entah berasal dari mana, dan juga dimana aku saat ini.

Aku mengerakkan mataku perlahan walaupun terasa sangat sulit, yang aku lihat hanyalah gelap cuma ada cahaya yang menyinari wajahku saja, aku tidak tau menahu tentang apa yang terjadi.

Tapi apa yang aku ketahui sekarang ini ialah, aku merasa seperti tengah tengelam didasar air yang dingin, sapuan dingin airnya yang menerpa kulitku terasa menusuk hingga ketulang belulangku.

"Apa aku masih hidup?"

Tanyaku pertama kali dalam benak, ketika tubuh ini terasa jatuh semakin dalam, semakin kuat pula rasa dingin yang menerpa.

'lupakanlah....., Lupakan..... Segalanya'

Suara itu semakin menguat, siapa?.

Mataku mencari cari darimana sumber suara itu, akhirnya terfokus pada satu bayangan yang kini kian mendekat berada tepat di hadapanku, bayangan hitam dan besar, hanya matanya saja yang bewarna merah terang.

Bayangan ini mengambil tanganku lalu berujar kembali, 'akan aku ambil ini'

Dia mendekat kan jarinya pada gelang tanganku, dia ingin mengambil gelang ku!! Tidak!!!, Aku berusaha menghindari tangannya tapi itu semua percuma, aku bahkan tidak mampu mengerakkan sekujur tubuhku.

Tangan bayangan itu mendekat menyentuh pergelangan tanganku, dengan kuat dipegangnya kemudian ditariknya keatas, tangan satunya bergerak ingin mengambil gelang tangan ku.

Tapi baru saja dia menyentuh sedikit dari ujung mata gelang, gelang ku tiba-tiba bereaksi dengan mengeluarkan cahaya yang kemudian gelang ku berguncang sangat hebat.

'sial, ada pelindung....akhhhhh'

Makhluk itu mengeram tajam dikala gelang ku berguncang dengan sangat hebat, pelindung? Aku tidak mengerti.

Kemudian gelang ku semakin bercahaya hingga menyilaukan mata, putih itu yang aku lihat bahkan geraman bayangan tadi menghilang menjadi sunyi.

"Pemberhentian kita selanjutnya, stasiun Khalajeri dimohon kepada penumpang bersiap diri pada pemberhentian kita yang selanjutnya"

Suara pemberitahuan kereta, mengenai pemberhentian selanjutnya menggema di setiap gerbong kereta, Lian perlahan membuka kedua matanya, merenggangkan tubuhnya yang sedikit kaku.

Wajahnya kini terlihat polos dan pasih ciri khas seperti orang yang baru bangun dari tidur nyenyak nya.

Lian merasa sesuatu yang aneh, bukanya tadi dia bertemu Gia yah?, Apa salah cuma mimpi doang.

Lian melihat ke kanan kiri, memperhatikan sekitarnya ternyata memang benar dia cuma bermimpi saja, hah mana mungkin sekali dirinya yang bahkan belum bisa mengontrol sihir dengan baik, malah dipilih sebagai pahlawan aduh... Kayaknya mimpi aku ketinggian deh, jadi maluuu.

Lian yang tersipu dengan pemikiran nya sendiri, bagaimana bisa dia ini baru saja masuk sekolah sihir dan malah langsung di tunjuk sebagai pahlawan dunia menyelamatkan inti bumi ahaha, lucu deh mimpi aku.

Mungkin ini pertanda kalau aku harus berjuang dengan lebih keras lagi supaya bisa menjadi penyihir kuat ahaha.

"Okeh kalau begitu jangan sampai kamu berbuat kesalahan yah Lian"

Semangat Lian kepada dirinya sendiri.

Eh iya tapi di mimpi tadi ada Aqma muncul yah, akkhhhh nggak-enggak kok aku bisa-bisanya mimpin Aqma sih, mana lagi ganteng-ganteng nya lagi Hhhhhh.

Lian kini menggeliat geli sendiri dikala dia mengingat bagaimana dengan heroiknya Aqma membopong dirinya.

Lian bergerak kesana kesini pada kursinya dia terlalu geli dengan mimpi mesumnya itu, sampai sampai dia tak sadar gelang yang dia miliki memancarkan warna hijau zamrud redup.

"Sepuluh menit lagi kita sampai pada stasiun Khalajeri, dimohon para penumpang segera bersiap untuk pemberhentian berikutnya"

Suara pemberitahuan itu lagi, oke Lian harus bersiap-siap untuk segera turun jangan sampai kelewatan stasiun.

Lian mengambil tas gendongnya mengalungkan pada pundaknya, lalu berdiri menarik koper di samping kursi tempat duduknya, dia berjalan sambil menyeret koper miliknya menuju pintu keluar gerbong kereta.

"Akhirnya udara luar, dan aku telah tiba pada stasiun Khalajeri ahhhhh rasanya luar biasa sekali"

Ucap Lian senang dikala dirinya telah keluar dari kereta dan melihat pemandangan stasiun Khalajeri ini, satu kata untuk menggambarkan stasiun ini adalah megah.

"Baiklah sekarang tujuan utama ku sekarang ini adalah menuju ke Academy Draconis"

Tunggu dulu sebentar tapikan aku juga nggak tau Academy nya berada dimana, Lian kemudian tampak berfikir sejenak sebelum memutuskan langkah berikutnya.

"Hmm yaudah tanya orang aja nanti, sekarang aku mesti jalan dulu"

Lian pasrah tidak ada ide lagi yang bisa dia gunakan selain bertanya pada warga sekitar dimana Academy nya berada.

Langkah kaki pertamanya menginjak kota besar, di sana ada gerbang besar jalan masuk utama menuju ibukota, aku dan beberapa orang yang akan melewati gerbang pergi bersama.

Disana para penjaga gerbang atau prajurit raja tengah mengecek dan memastikan siapa saja yang masuk kami yang tidak membawa kargo atau kereta kuda berada di sisi kanan dan mereka yang membawa barang-barang dalam kargo berada disebelah kiri.

Mereka melakukan pengecekan terhadap barang bawaan para pengendara itu, sepertinya itu barang yang akan di jual hmm seperti paman Jansen mereka.

Kami disini berbaris menunggu giliran pengecekan data diri, beberapa dari mereka bahkan ada yang disuruh mengeluarkan sihir mereka, oh iya aku harus menunjukkan surat pendaftaran Academy ku kepada para penjaga itu.

Lian mengambil sebuah kertas yang berada pada tas gendong miliknya itu, ini itu kertas pendaftaran Academy dia harus menunjukan kertas ini pada para penjaga biar bisa di izinkan masuk.

Lian kemudian kembali hanya fokus pada antrian miliknya yang cukup panjang ini dengan kertas pendaftaran pada tangannya, hingga tidak sadar dirinya ternyata tengah diperhatikan lekat dengan seksama oleh seorang lelaki dari sisi seberang nya.

"Pah, papa apakah hari ini ada test ordo di Academy Draconis"

Ucap lelaki itu kepada seseorang yang kita bisa tau sebagai ayah dari lelaki tersebut.

"Sepertinya ada, memang kenapa nak"

Balas ayah tersebut kepada anaknya, ayahnya juga kurang yakin dengan adanya tes ordo atau tidak karena dia kesini hanya ingin menjual bahan pangan dan beberapa peralatan saja jadi dia tidak terlalu memikirkan hal lainnya.

"Jika ada test ordo nanti boleh kita melihatnya papa, karena sepertinya akan ada hal yang menarik disana"