webnovel

18. Hujan dan Anta

"Khusus untuk Anta kali ini, paman akan kasih gratis bukunya hitung hitung pelanggan setia juga, sama kayaknya paman udah tau alasan kenapa Anta mau beli buku seperti ini ".

" Jangan, terlalu cepat menjadi dewasa "

karena engkau akan merasakan nya nanti

...

Louis yang berkata demikian dengan dirinya diakhiri sebuah senyum yang mengembang diwajahnya, Anta yang memperhatikan itu menjadi semakin malu dan malah sekarang dia menundukkan wajahnya menyembunyikan warna merah pada wajahnya itu, emang ada alasan apa sampai Anta mau beli novel ini lalu sampai wajah dia jadi merah banget, dan kenapa Louis bisa tau.

Sudahlah jangan terlalu dipikirkan, mungkin maksudnya Louis karena Anta udah gede jadinya udah mulai bosen baca Nimar yang notabenenya buat anak-anak, iya mungkin.

Karena itu tak kuhiraukan permasalahan tadi karena yang beli juga Anta jadi terserah dirinya, eh tapi tadi lumayan loh dapat gratisan buku kayak gitu,

"Kalau begitu terimakasih yah Louis, aku mau pulang dulu udah mau malam dadah"

ucap ku yang memang sudah terlanjur mulai malam, jika aku tak pulang sekarang bunda dan semua yang di panti pasti akan khawatir, Louis juga mengucapkan selamat jalan padaku, kini aku keluar dari toko buku dengan Anta yang berada di gendongan ku, sepertinya Anta kelelahan itu pasti karena kita terlalu lama didalam gudang aneh Louis itu yasudah lah biarlah.

Oh iya buku yang Anta beli eh salah diberikan gratis oleh Louis itu judulnya 'Time' entah kenapa namanya waktu, tapi yang penting gratis eheh, dan sekarang aku harus buru-buru pulang karena malam mulai menjelang.

Langkah kaki kecilku berjalan dengan perlahan melewati beberapa pohon pohon rindang yang bertiupan, aduh kayaknya bentar lagi bakalan hujan deh, soalnya angin nya kenceng banget ini dan lagi awan awan pada gelap harus buru buru ntar malah kehujanan.

Aku sedikit mempercepat langkah kaki ku supaya bisa dengan cepat sampai panti, karena kalau aku terlalu lama berjalan bisa bisa malah turun hujan duluan.

tes.., air yang jatuh tepat mengenai wajahku, aduh udah turun hujan kalau gini bisa-bisa kebasahan nanti aku sama Anta.

Kini aku terburu lari dengan kencang karena jalan ke panti masih lumayan agak jauh, aku coba berlari menghindari hujan tapi kayaknya nggak bakalan sempat deh soalnya aku udah denger suara gemuruh air dari jauh, Mak mati aku kebasahan ini.

Sebenernya aku nggak apa apa kena hujan, cuman masalahnya ini aku lagi bawa si Anta kasian dia nanti kalau sampai demam karena hujan-hujanan, dan jangan berharap buat aku pake sihir berhentiin hujan plis, gue bukan pawang hujan ya, sihir aku juga nggak bisa bantu apa apa.

Yaudah terobos aja, aku menutup mata berlari sekencang kencangnya tidak lupa Anta aku gendong dengan erat supaya tidak terjatuh, akhhhhgggg lari pokoknya jangan sampai kehujanan.

"Auchh, sakit"

aku merasakan sesuatu menusuk leherku tidak lebih tepatnya mengigit, apa Anta yang melakukan, ku buka mata lalu menoleh ke samping arah dimana leherku terasa digigit tadi dan kudapati wajah Anta lah yang memang mengigit leherku, aku berhenti berlari mencoba fokus pada Anta yang sekarang sudah melepaskan mulutnya dari leherku.

Baru hendak aku ingin protes pada anta anak ini malah menyelanya "Udah sampai kak" jangan bercanda plis deh Anta, jangan ngalahin perhatian aku, orang jelas jelas kita masih dijalan bukan di depan panti kayak sekarang ini, eh.

tunggu nggak salah lihat kan, ini beneran aku udah ada didepan panti bukanya masih, aku urungkan niat ku untuk berfikir sejenak dikarenakan ada suara petir yang menyambar, segera aku masuk setelah mendengar suara petir yang menggelegar itu, untung saja aku sudah masuk dalam panti karena sekarang ini, hujan benar benar turun dengan derasnya bersamaan dengan suara petir yang menyambar.

Entah tau darimana Bunda tiba tiba saja ada didepan aku terlihat khawatir, "kamu, kemana aja beli buku doang kok lama banget, sampe turun hujan tuh mana deras lagi "

tanya bunda yang memang sangat khawatir pada Lian dan Anta ini, karena tadi janjinya cuma beli buku aja tapi mereka malah lama sekali pulangnya mana cuaca mendung lagi untung aja mereka tidak basah kuyup.

"hehe, maaf bunda tadi Lian salah belok jalan, jadinya muter dulu "

aduh jahat banget, aku bohong sama Bunda tapi mau gimana lagi kan perasaan aku di toko nya Louis cuma sebentar doang nggak sampai satu jam lebih, terus juga tadi cepat banget aku sampainya ke panti soalnya aku masih ingat itu jaraknya masih jauh buat bisa secepat tadi.

"hmm, yaudah bunda percaya kalo gitu sana kalian berdua mandi, karena sebentar lagi makan malam".

"Bunda, jadi tadi yang masak siapa"

aku ini rencananya mau bantu bunda sama bibi Jean masak makan malam tapi karena kejadian tadi, jadinya aku agak lupa.

"ya bunda sama bibi Jean lah, emang kenapa"

ucap bunda setelah itu berlalu pergi ke arah ruang makan.

Yah kelewatan lagi ngebantuin bunda, padahal kan ini yang terakhir aku bantu bunda sebelum pergi ke kota, ishh, Anta turun dari gendongan ku, dia berjalan pergi meninggalkan aku sendirian, nah ini lagi budak Kecik main ninggalin aja nggak ada terimakasih-terimakasihnya udah capek-capek kakaknya ini lari-lari biar nggak kehujanan.

aku pun lantas beranjak dari pintu depan panti ingin segera mandi dan ikut bergabung di meja makan sesuai perintah bunda, oh iya buat yang nanya itu 'buku kalian berdua gimana kan nggak bawa tas, atau apa pun'.

Iya memang kita nggak bawa apa apa pas pergi ke toko buku tadi, karena si Anta ini punya sihir ruang jadilah nggak perlu bawa apa apa jadi kayak tas berjalan si Anta ini.

Sihir ruang ituloh yang bisa membuat kita punya seperti penyimpanan pribadi, nah kurang ajar banget kan masa si Anta masih kecil gitu bisa pake sihir ruang, walaupun masih terbatas sihirnya si Anta.

Sekarang mandi lalu kita keruang makan, soalnya aku kayak dengar suara ramai gitu disana, walaupun tertutup suara hujan masih bisa kedengaran kok

'masa depan adalah rahasia'

.