webnovel

10. Hari biasa dan Yang terbaik

Tak terasa semua makanan di piring telah kosong, masuk kedalam perut semua, anak-anak juga telah pergi, mereka berlarian bersiap ingin pergi ke sekolah dasar, yang akan ditemani oleh pak Aget.

" This days, feel like a another day "

so warmfull

...

Kini dimeja makan hanya tersisa bibi Jean, bunda, Mira dan aku, kami semua membereskan piring anak-anak dan membawa semuanya ke belakang untuk dicuci, bunda juga ikut membantu, bunda dan aku membersihkan ruang makan, lalu Mira dan bibi Jean mencuci piring dibelakang.

Aku dan bunda berdua membersihkan ruang makan bunda menggunakan sihirnya, mengerakkan lap dan sapu, aku tidak memakai sihir, kalian pasti penasaran kan kenapa aku tidak menggunakan sihir dari tadi, padahal seluruh orang di panti ini sudah menggunakan sihirnya, hmmm bisa dibilang aku bisa menggunakan sihir tapi sihirku belum stabil, kata bunda itu wajar nanti kalau aku sudah belajar sihir di sekolah sana, aku juga bisa mengendalikan sihirnya,

tapikan aku malu, masa cuma aku doang yang nggak bisa pakai sihir dengan mudah, Mira juga terkadang juga menertawakan sihir ku yang berantakan, pak Aget yang mengajarkan ilmu sihir aja sampai nyerah mengajari aku, apa akunya emang bodoh yah?, entahlah jangan difikirkan.

hening seketika, saat aku tengah menyusun kursi bunda mulai angkat bicara.

" Liansi, bunda sudah membicarakan tentang kamu yang bakalan menumpang besok di kereta paman Jansen, dan dia mengiyakan permintaan bunda, jadi kamu hari ini bersiap siap yah "

ucap bunda memperhatikan aku, bunda tersenyum diakhir kalimatnya, jadi besok aku bakalan diantar paman Jansen menuju stasiun magi, disana kita bakalan berpisah aku harus naik kereta sihir menuju ibukota sedangkan paman Jansen akan pergi ke desa lainnya, aku cuma numpang perjalanan sampai di stasiun magi aja.

. " baik bunda, terimakasih bunda udah mau mencarikan Lian tumpangan, sayang bunda "

balas Lian berterimakasih kepada bundanya karena mau bersusah payah, meminta pertolongan demi dirinya Lian tak pernah berfikir bagaimana jika tidak ada bunda dalam hidupnya mungkin dia tidak bisa melakukan apa-apa sekarang.

Lian berlari langsung memeluk tubuh bunda, dia ingin menunjukkan rasa sayangnya pada bunda sebesar apa.

Bunda membalas pelukan itu dengan tangannya sambil menggosok punggung Lian perlahan dengan lembut, mereka berpelukan sebentar sampai bunda menginterupsi kegiatan itu.

" liansi sampai kapan, mau peluk bunda terus, kapan beres-beres barang kamu buat besok. "

perkataan bunda membuat Liansi melepaskan pelukannya lalu terkekeh geli, dirinya sudah besar kok suka peluk-pelukan.

Liansi lalu berlenggang pergi dari ruang makan menuju kamarnya, dia sedikit lari untuk sampai ke kamar dirinya karena masih merasa malu dengan tadi.

liansi yang pergi meninggalkan diri bundanya ditempat membuat bunda senang dengan tingkah Lian ini, Mira yang baru saja keluar dari dapur bertanya pada bunda dimana Liansi, dan bunda tentunya menjawab,

" Dia ada dikamar, lagi mengemasi barang-barang yang perlu dia bawa buat besok "

Mira langsung pamit pada bunda menyusul lian yang berada dikamarnya.

" woi "

datang-datang Mira langsung mengejutkan Lian yang tengah melipat baju, reflek Lian melemparkan bajunya kehadapan Mira yang berhasil mengenai wajah nya itu, Lian yang sadar langsung tertawa melihat keapessan Mira.

" makanya jangan ngerjain orang, kan kena batunya ahahah "

tawa Lian masih dengan kejadian dia melempar wajah Mira dengan baju yang ada ditangannya.

" lagian lu, bunda malah ditinggal sendirian di ruang makan durhaka lu " sungut Mira pada Lian.

" bunda juga, yang nyuruh aku cepat beresin barang-barang " balas Lian membela dirinya dengan pandangan pada Mira, " makanya tadi nggak sengaja, ninggalin bunda sendirian ".

" sama aja itu dong " Mira yang berkata sembari berjalan mendekati Lian duduk disebelahnya membantu menyusun barang- barang bawaannya, " btw, lu bawa semua ini baju, emang muat?" tanya Mira agak sedikit kaget setelah baru menyadari bahwa selama ini ternyata baju milik Lian sebanyak itu, baju yang Lian punya bahkan kalah-kalah dengan baju yang Mira miliki, mungkin tidak sampai seperempat nya.

" yah enggak lah gila kali lu " kesal Lian dengan perkataan Mira masa semua bajunya dibawa, mana cukup koper Lian dan juga pake nanya emang muat, helllo menurut Lo aja muat kagak.

" sans bunds, lagi pms yah " balas Mira menggeserkan tubuhnya sedikit menjauh takut diamuk Lian, dan yaps Lian seketika mengamuk setelah di bilang lagi pms.

" pa maksud hah!!, gue laki anjer "

marah Lian kepada Mira yang tak henti hentinya membully dia.

Mira dan Lian bertengkar omong, saling melontarkan kalimat kasar demi kalimat, sampai-sampai mereka tak sadar tengah menjadi tontonan seseorang dari pintu di belakang mereka.

" Ekhem "

deheman seseorang itu, membuat Mira dan Lian tiba-tiba bungkam seolah mengenal suara deheman itu siapa, mereka berdua membalikkan badannya terkejut senang bukan main, mereka berdua berlari mengejar seseorang di pintu itu, terlihat aura kerinduan mereka berdua terhadap sosok yang dikejarnya ini, mereka langsung memeluk tubuh seseorang itu dengan erat dan penuh sendu.

" akhirnya Michael, kamu balik ke desa "

ucap Lian diikuti Mira yang berkata demikian

" iya, udah lama nggak ketemu kamu Michael kita kangen tau "

sosok yang mereka peluk bernama Michael, ia adalah teman baik mereka berdua istilahnya kita itu trio famous di desa ini, tapi si Michael ini karena ikut kedua orang tuanya yang punya ekspedisi magic, membuat dirinya sangat jarang untuk bisa sekadar bertemu dengan Lian dan Mira, karena itulah juga membuat perasaan bahagia seketika dikala bertemu lagi.

" maklum orang sibuk, banyak kerjaan nya "

sombong Michael yang mengatakan tidak bisa bertemu dikarenakan sibuk banyak kerjaan, padahal Mira dan Lian tau itu sebuah kebohongan mana mungkin Michael bisa masuk kedalam kesibukkan.

" iya, terserah yang penting kita lagi kangen "

balas Lian kepada Michael yang ingin permasalahan tadi lewat saja, karena sekarang dirinya tengah melepaskan kerinduan kepada sahabatnya.

selang beberapa menit kemudian, mereka melepaskan pelukan kangen itu, dan jalan mundur pelan saling menatap satu sama lain.

Lian menawarkan duduk dikamarnya yang tengah seberantakan ini, tentu Michael menerima tawaran Lian dengan senang hati.

" This day, can make you more happier "