webnovel

Laskar Dewa Series Episode II Sitija (Sang Yadawa Terakhir)

Sinopsis Bag III Prabu Bhomabomantara yang Berhasil menjebak Raden Sitija Bertarung Dengan Prabu Narakasura Kembali Melancarkan Rencana Keduanya.Rencana Untuk Menikahi Putri Prabu Krentangyana, Yaitu Dewi Hyangyanawati.Karena Mengetahui Bahwa Sang Putri Adalah Titisan Batari Kamakhya.Seorang Batari Cantik Jelita Jelmaan Dewi Sathi.Istri Pertama Batara Guru (Dewa Siwa). Akhirnya Membuat Sri Krishna Meminta Putranya Yang Bernama Raden Samba Dari Dewi Jembawati, Permaisuri Keduanya.Untuk Mendahului Rencana Prabu Bhomabomantara.Karena Sri Khrisna Menyuruh Raden Samba Mencari Kejelasan Asal Usulnya Yang Ternyata Adalah Juga Salah satu Rudra Titisan Batara Guru.Raden Samba Akhirnya Meminta Bantuan Dari Raden Guritno (Gatotkaca) Beserta Keenam Mahasenopati Utamanya, Ditya Prabakesha, Ditya Pancatyana, Ditya Yayahgriwa,Ditya Anchakagra, Ditya Maudara Dan Ditya Amisundha.Untuk Menggagalkan Rencana Prabu Bhomabomantara yang Akan Melamar Kekasihnya.Sementara Sri Khrisna Dengan Istri Ketiganya Dewi Satyabhama Menyusun Rencana Rencana Untuk Membunuh Prabu Bhomabomantara Yang Membuat Raden Sitija Putra Mereka Berdua Terjebak Dalam Pusaran Anjang -anjang Kencana (Langit Tanpa Batas).Dengan Meminta Dewi Satyabhama Yang Memiliki Busur Sarngha Dan Anak Panah Naracha . Dengan Dibantu Oleh Keponakannya Raden Guritno (Gatotkaca) Dan Raden Antareja Mereka Mengumpulkan Pasukan Dari Semua Wangsa Yadawa Untuk Menyerang Prabu Bhomabomantara Kearah Bukit Nilakaliphura. Sinopsis Bag IV Dengan petunjuk dari Arya Susena(Raden Sitija/Bhoma), I Wayan Wira dan Rekan rekanya justru menemukan jalan membongkar kejahatan sebuah organisasi kriminal terlarang internasional.Organisasi terlarang Yang berusaha masuk ke wilayah Indonesia.Kemudian atas perintah atasan masing -masing Atasannya. Pada akhirnya A.K.P I Wayan Wira dan Kolonel I Made Suta diberikan mandat untuk membentuk instansi khusus yang masih dalam pengawasan Badan Agen Rahasia Negara .Bernama Liga Perwira Dan Ksatria Republik Dengan merekrut Anak buah dari semua institusi negara. Juga merekrut Arya Susena dan Kelima Sepupunya yang menyebut dirinya sebagai Bomanarakasura. Seluruh Anggota Liga Perwira Dan Ksatria Republik Yang Dipimpin Oleh Brigjend Suta Menyatakan Perang Dengan Organisasi Terlarang Pemegang Rumput Eurekha. Organisasi Terlarang Yang Beranggotakan Para Pemuja Iblis dan Para Pembunuh Berantai Dari Berbagai Penjuru Dunia. Dengan Dibantu Oleh Seluruh Laskar Dewa Yang Dipimpin Oleh Agent Bhoma (Sitija),Raden Wisangkhanta Seorang Mahasenapati Jagad Raya dan Mahasenapati Bumi Beserta Seluruh Agent Rahasia Dunia Mencoba Membongkar dan Mengobrak-Abrik Semua Tempat Di Berbagai Negara Yang Diyakini Sebagai Induk Dari Organisasi Terlarang Rumput Eurekha. Sementara Raden Wisanggeni Beserta Ketiga Sepupunya. Raden Antasena, Raden Srenggini Dan Resi Mayangkara Memburu Keberadaan Keponakan Mereka Putra Raden Guritno (Gatotkaca)yang bernama Mahasenapati Wesi Aji Di Wilayah Setra Gandhamayit. Kerajaan Makhluk Astral DiWilayah Pathala Bumi.Sedangkan Anchakagra dan IPTU Artha Diutus Oleh A.K.B.P Wira Mencari Tahu Keberadaan Orang Tua Kandung Putri Agent Bhoma Yaitu Hita Padmarani. Menemui Banyak Hambatan Dari Beberapa Pihak Dari Ayah Angkat Hita Padmarani.Dilain Dimensi Belahan Dunia Tersembunyi yang Diciptakan Mahasenapati Wesi Aji. Mahasenapati Wesi Aji yang Menawan Maharesi Aswatama Mulai Menggunakan Kekuatan Inti Wirabadhra. Pemberian Batara Guru Untuk Membuka Kerangkeng Para Ghana (Hantu )Jahat Dan Para Asura Raksasa Dari Kaum Danawa.Para Asura Danawa Yang Tertidur Untuk Menghancurkan Seluruh Bumi. Dengan Menggunakan Nyawa Para Pengikutnya Di Organisasi Terlarang Rumput Eurekha. Agent Bhoma Dan Seluruh Punggawanya Akhirnya Bisa Menemukan Keberadaan Mahasenapati Wesi Aji Dan Mengeluarkannya Dari Dimensi Yang Diciptakannya.

Hendry_Octavian · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
22 Chs

Lidah Petaka Dari Dewaloka

Dwarawati Kerajaan Besar Nan elok Dipandang mata. Di Sebuah Ruangan tertutup yang masih Di sekitar ruangan Kerajaan.Sri Narendra Khrisna yang Menjadi Rajanya Sedang Berbincang Dengan Sang Kakang Prabu Baladewa (Raden Kakrasana).

"Kita Berdua Kemarin lusa Sudah Membicarakan Kepura-puraan Kita Pada Nakmas Wisanggeni,Kakang.Sebelum Kakang dan Putra-putra Kita Bertemu Bukan…?,Dengan Nakmas Wisanggeni.Apakah Putra-putra Kita Bisa Menerima Kenyataan yang akan Mereka hadapi Nantinya.Aku Tahu Ini Berat Bagi Seluruh Yadawa.Tapi Kita tetap harus melakukannya."Kata Sang Narendra Dwarawati sambil Menghela nafas Panjang.

Prabu Baladewa yang Duduk sambil Memegangi dagunya. Sesekali Mengangguk -anggukan Kepalanya Seraya menghela Nafas panjang.

"Aku Tahu,Ini berat Adi Narayana.Sebetulnya Hati Kita Serasa Ditusuk Ribuan Tombak. Untuk Memaksa Putra-putra dan Semua Keturunan Kita,Untuk Membenci Kita,Adi.Tapi Takdir SangHyang Wenang ini sangat Berat Untuk Kita Pikul.Kita Seolah Diutus Membenci Seluruh Orang tua yang telah Melahirkan dan Membuat Kita bisa bernafas Di Bumi ini,Adi.Kita Dipaksa Membenci Kaum dan Orang -orang yang Kita Sayangi.Dengan Suatu Sa'at Nanti,Kita Akan menghabisi kehidupan Mereka Semua…!"Kata Raden Kakrasana Seraya Meneteskan Air matanya.

Prabu Khrisna Berusaha Menenangkan Sang Kakang yang bersedih dengan Mengusap -usap Punggungnya.

"Aku tahu, Kakang.Aku tahu…Tapi setidaknya Suatu sa'at Nanti.Aku, Istriku Dewi Satyabhama dan Kakang hanya bisa Meminta dengan Menginginkan. Hanya Tiga Orang dari Wangsa Kita, Yadawa.Yang Akan Tersisa Sampai Era Kaliyuga Berakhir…"Jawab Sang Narendra sambil meyakinkan Sang Kakang,Prabu Baladewa.

Prabu Baladewa pun Menganggukkan Kepalanya. Prabu Baladewa kemudian Mengusap Air matanya.Seraya tersenyum kearah Sang Adik.sambil mengangguk -anggukkan kepalanya.

"Kami yakin Uwak dan Kanjeng Rama Tidak akan melakukan hal itu,Pada Kami.Kecuali Uwak dan Kanjeng Rama Melihat Kami semua Putra-putri beserta Cucu -cucu Uwak dan Kanjeng Rama,Binasa Terlebih Dahulu …!"Terdengar Suara Pemuda Dari Arah Belakang.ternyata Adalah Suara Raden Partajumena (Pradyumna)bersama Dewi Mayawati Sang Istri yang menggendong Cucu Bayi dari Sang Narendra.

Raden Partajumena Putra adalah paling sulung dari Prabu Khrisna dengan Dewi Rukmini. Prabu Baladewa dan Prabu Khrisna segera menoleh,Mereka berdua Melihat Para Istri Beserta Putra, Putri Beserta Menantu Mereka Tersenyum Kearah Mereka Berdua.

"Kita Sudah kehilangan Kakang Karyadesna(Charudesna/Saranadewa),Kakang Sitija.Dan Sebentar lagi Kakang Embok Sundari akan meninggalkan Kita. Karena Kakang Embok akan dilantik menjadi Apsari di Kayangan Suralaya.Kanjeng Rama dan Uwak Kakrasana…!"Kata Remaja Laki-laki Berusia Belasan tahun.

Yang tak lain adalah Raden Arya Surata(Shruta).sambil tersenyum seraya matanya berkaca-kaca.Raden Arya Surata adalah Putra Sulung Sang Narendra Dwarawati dengan Dewi Kalindi kearah Ayahnya.Prabu Khrisna Tersenyum Kearah Semua Putra -putrinya. Lalu melapangkan kedua Tangannya kearah Mereka. Lalu Kedelapan Putranya Segera Merangkul Sang Ayah.

"Kita Akan Meminta Dalam Dua Pertempuran Terakhir.Kita Seluruh Wangsa Wresni Terutama Seluruh Kaum Yadawa.Yang terpenting adalah Mandhura dan Dwarawati.Tak akan Terkalahkan oleh Siapapun,Iya…Ngger…"jawab Sang Ayah Tersenyum sambil Mengusap Rambut Putra -putranya. Mata Sang Narayana Berkaca -kaca Melihat Semua Ketulusan hati Semua Putranya.

"SENDIKO DAWUH(KAMI SIAP),KANJENG RAMA…!"Seru Dua Puluh Dua Putra lainnya yang kebanyakan masih berusia Belia dan Remaja dari Sang Narendra Dwarawati. Sembari Duduk Bersimpuh Sambil Menyatukan Kedua Telapak tangannya. Sementara Semua Putri dan menantunya Menangis meneteskan Air matanya sambil Merangkul Kanjeng Ibundanya Masing-masing. Begitu pula Raden Wisata dan Wimuka juga Mengikuti semua Adik sepupu laki-lakinya.

Lalu Tiba -tiba ada Sesosok Prajurit memasuki Ruangan sambil terengah -engah. Kemudian Sang Prajurit Menghaturkan sembah nya sambil bersimpuh pada Sang Raja Dwarawati.

"Ampun,Sinuwun.Diluar Ada banyak sekali Tamu berikut Pasukan dari Kerajaan Cedi,Kalingga,Andhakapura dan Masih banyak lagi,Kanjeng Sinuwun…"kata Sang Prajurit sambil nafasnya tersengal-sengal.

Sang Narendra Dwarawati Segera mengangkat Tubuh Prajuritnya.

"Iya…,Paman.Sebentar lagi Aku akan menemui Mereka semuanya…" jawab Sang Narendra Khrisna Tersenyum sambil memegangi kedua lengan Sang Prajurit sambil mengusapnya.

"Matur Sembah Nuwun Sinuwun,Kanjeng Narendra."kata Sang Prajurit kembali bersimpuh kembali sambil menyatukan kedua telapak tangannya.

"Ayo…,Kakang Kakrasana, Ngger Putraku.Kita temui Semua Eyang,Uwak beserta Paman-paman kalian semuanya."Perintah Sang Narendra sembari tersenyum kearah semua Putra -putrinya.

Di Balairung Istana Dwarawati Tampak sangat Ramai. Diisi Oleh seluruh Kerajaan dari Para Kaum Yadawa. Tampak Prabu Damagosa Raja Kerajaan Cedi beserta Mahasenapati yang juga Putranya Raden Sisupala, Prabu Mahardika Raja Kerajaan Andhakapura dan Mahasenapati yang juga Putranya Raden Kertawarma, Prabu Setyajit Sesepuh Dwarawati yang masih Mertua dari Sang Narendra Dwarawati.Dan Masih banyak Lagi termasuk Senopati yang Menjadi Putra Mereka.

Tiba -tiba terdengar Orang Bertepuk tangan sendiri.Diantara Banyak Kaum Yadawa yang Berada di Balairung Pertemuan itu. Yang ternyata adalah Raden Sisupala.

"Bagus…Bagus…Bagus…,Jadi inilah Sosok Narendra Bejat Yang membuat Seluruh Kaum Yadawa Sengsara!"kata Raden Sisupala kearah Prabu Khrisna.

Prabu Khrisna hanya Tersenyum mendengar Hinaan Putra Mahkota Kerajaan Cedi.

"Apa Maksudnya Kau berbicara seperti itu Adi Sisupala…?"Tanya Balik Sang Narendra Dwarawati kearah Raden Sisupala.

"Heiii…Narendra Bangsat!,Aku Sekarang Tidak mau Kau anggap sebagai Adikmu.Kau telah Terlalu banyak melukai perasaanku.Jangan Engkau mengharap lebih Padaku,Khrisna.Jangan Harap Aku Mau berdamai denganmu.Meskipun Kita Lusa mempunyai Musuh yang sama.Kecuali Jika Engkau mau menyerahkan Keempat Orang Istrimu Kepadaku,Yaitu Dewi Rukmini,Dewi Mitrawhinda,Dewi Nagnajiti Dan Dewi Leksana.Baru…Aku mau menganggapmu Sebagai Kakangku kembali.Ha…Ha…Ha…!"Kata Raden Sisupala tertawa sambil mengejek Sri Khrisna. Seraya menudingkan jari telunjuknya kearah Muka Sang Narendra Dwarawati.

Seketika Mata Sang Narendra Khrisna memerah karena Marah.Jari telunjuk Tangan Kanannya terangkat. Keluarlah CakraSudarsana yang berputar-putar bersuara laksana jutaan Lebah. Ketika Akan Dihantamkan Kearah Raden Sisupala. Raden Sisupala pun Bersiap Dengan Ajiannya Tapak Wisa, Kedua Tangan Raden Sisupala berubah warna menjadi Hitam legam dan mengeluarkan asap hitam Berbau Amis Bangkai mengepul seperti bara api.

"LANCANG SEKALI MULUTMU,SISUPALA…!"Bentak Sang Narendra Dwarawati.

Tiba -tiba Perseteruan Mereka Akhirnya Dihambat Oleh Sang Ayah Raden Sisupala.Prabu Damagosa Sudah Bersimpuh Memegangi Lutut Sang Narendra.Sementara Raden Sisupala Kedua Tangannya Dipegang Oleh Raden Kertawarma dan Raden Kakrasana.Prabu Damagosa Menyuruh Agar Raden Sisupala keluar dari Balairung Pertemuan. Dengan Tetap dikawal oleh Raden Kertawarma dan Raden Kakrasana.

"Ngger,Sabarlah…Sabar…,Ngger."Kata Prabu Damagosa matanya berkaca-kaca Mendekati Keponakannya Sang Narendra Dwarawati.

Kemudian memegangi pundak seraya Mengelus Dada Sang Keponakan kesayangannya. Nafas Sang Narendra yang tersengal -sengal karena Amarah. Perlahan Nafas Sang Narendra mulai kembali reda.Sang Narendra terduduk lesu sambil memegangi kepalanya sembari menggeleng -gelengkan kepalanya. Sang Paman…,Prabu Damagosa Mengelus Punggung Keponakannya.

"Aku Bersumpah Paman!!Jika Putra Paman kembali Menghinaku Sampai Seratus Kali.Maka Akan Aku Penggal Kepalanya,Suatu hari nanti…!"kata Sang Narendra kearah Pamannya.

Pamannya Prabu Damagosa hanya Mengangguk -anggukkan kepalanya kearah Sang Keponakan.

"Iya…iya…,Ngger.Pamanmu akan mewanti-wanti (Memberi pengertian)kearah Adikmu.Sabar,Ngger…Sabar…,Iya…Ngger…"kata Pamannya berusaha menenangkan keponakannya.

Kemudian Sang Narendra Berdiri kembali dan Melanjutkan Pertemuan Guna Mengalahkan Prabu Bhomabomantara.

........................ Pemandangan sore di Kaputren Dwarawati Terlihat sangat Asri. Terlihat Banyak sekali Bunga bermekaran di taman Ayun. Hewan dari mulai yang Jinak sampai yang Liar Hidup di dalam Istal Istana yang berupa kerangkeng.Kecuali Hewan pemakan Rumput dan tanaman. Mereka bebas Berkeliaran disekitar taman. Seorang Wanita Cantik Berusia sekitar Empat puluh tahunan duduk merenung Sendiri. Dialah Dewi Satyabhama Permaisuri Ketiga dari Sang Narendra Dwarawati Prabu Khrisna. Tiba -tiba Dewi Satyabhama terkejut ketika ada yang memegangi pundaknya. Dewi Satyabhama Kemudian menolehkan wajahnya.Ternyata Adalah Sang Suami Tercinta Sang Narendra Dwarawati Sri Khrisna. Sang Suami Duduk Disebelah Istrinya sambil Memberikan Bahu kirinya Untuk Merebahkan Kepala Sang Istri. Sambil Mengusap lengan kanan Sang Istri.

"Kenapa Dinda Merenung Sendirian?"tanya Sang Suami Sang Narendra Dwarawati kepada Sang Istri.

Sang Istri tersenyum melihat kearah Sang Suami dengan Tatapan sayu sambil Menggeleng -gelengkan kepalanya.

"Lihat Kanda, Setiap Aku Melihat Binatang-binatang Liar Itu.Aku selalu teringat dengan Putra Keempatmu, Kanda Khrisna.Putra kedua yang Lahir dari Rahimku,Raden Sitija…"Kata Sang Dewi Satyabhama tersenyum sambil menitikkan air matanya.

"Kalau tidak Karena Dikejar Batara Kala.Sitija Putraku dan Putriku Sundari, Tidak pernah akan tahu.Jika ada Eyangnya Yang juga Wangsa Aditya,kan…Dinda?Kanjeng Rama Setyajit juga semakin Bertambah Usia.Setiap hari Kanjeng Rama Setyajit selalu Bertanya Tentang Cucunya yang berkurang satu.Aku selalu Membohonginya.Kasihan Kanjeng Rama Setyajit…"kata Sang Narendra Tersenyum kearah Sang Istri. Sang Istri Menganggukkan kepalanya di buaian Pundak Kiri Sang Suami.

"Dinda…,Kau sudah lama tidak berada Di Ekapratala.Kau hanya Merenung saja,Setelah kehilangan Putra kesayanganmu,Raden Sitija.Lihat ini, Ngger…Putraku.Ulahmu…Ngger.Cah Bagus,Dwarawati jadi seperti Kebun Binatang.Betul-betul Bikin susah Kanjeng Ramamu…!"kata Prabu Khrisna tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya seraya melihat kearah Istri tercintanya. Lalu menengadahkan Kepalanya Melihat Langit.

"Iya…Memang. Anaknya Narendra Dwarawati Yang juga Pemimpin Wangsa Wresni. Narendra Semua Kaum Yadawa,Sri Khrisna.Tukang Pemelihara Hewan.Ayahandanya dulu Suka Memelihara Sapi di Widarakandang.Ehh…Ini Anaknya Malah Semua Satwa Hutan dibawa kesini…"jawab Dewi Satyabhama ketus lalu tersenyum sambil melirik Manja kearah Sang Suami.

Kemudian mencubit Pinggang Sang Suami. Membuat Sang Suami Meringis lalu tertawa terkekeh Sampai Menitikkan air matanya.

Tiba -tiba Terdengar Teriakan Dari arah langit.

"KANDA WISNU…KAKANG EMBOK PRATIWI,TOLONG AKUU…!"Terlihat Kilat Menyambar -nyambar di Tanah berada depan Mereka Berdua. Badai angin menghembus kearah Pasangan Suami istri Dwarawati.

Dewi Satyabhama segera Mendekap tubuh Sang Suami Narendra Dwarawati. Tampak ada Tubuh Seorang Lelaki Muda Tergeletak dengan Luka parah berada didepan Mereka Berdua.

"ADIII…INDRAA…!"Seru Sang Narendra Dwarawati.

Mereka Berdua segera mendekati Sosok terluka parah yang Ternyata adalah Batara Indra.

"Apa yang sedang terjadi di Dewaloka,Kenapa Kamu Bisa Terluka seperti ini?ADIII…INDRAA…,JAWAB KAKANG EMBOKMU INI…,NGGER…!"Tanya Dewi Satyabhama Sambil berteriak kearah Batara Indra sambil mengguncang -guncangkan tubuh Batara Indra.

Dewi Satyabhama menitikkan kembali Air matanya. Batara Indra yang Terluka sangat parah Akhirnya tak sadarkan diri. Sang Narendra Dwarawati Segera Menggendong Tubuh Batara Indra memasuki Istana Dwarawati. Diikuti Oleh Sang Istri yang Tidak Berhenti Menangis melihat Sang adik Adityanya Terluka. Seketika Pemandangan Di dalam Istana Dwarawati terlihat sangat Ricuh. Melihat Dewi Satyabhama menangis Sambil mengikuti Sang Suami. Dewi Rukmini, Dewi Jembawati, Dewi Kalindi dan Semua Istri Sang Narendra juga Ikut Menitikkan Air matanya kearah Batara Indra.