webnovel

Laluna

kehidupan bahagia bersama keluarga tidak seperti yang ia harapkan, semuanya berubah dalam satu malam. Eden Georgia Ludwig dijadikan persembahan untuk dewa, dikirim ke neraka dunia demi menyelamatkan kotanya. tak disangka ia berhasil diselamatkan oleh tiga orang yang memanggilnya "nona". hidup sebagai perempuan normal hal ini lah yang menjadi keinginan besar Eden setelah berhasil selamat di dunia asing tersebut namun ia malah harus terjerat dengan ikatan pernikahan seorang tirani kejam dan harus melaksanakan misi besar di masa depan

msrully · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
93 Chs

Berburu

Louise tanpa belas kasih membunuh wanita yang baru saja ia sentuh dengan lembut, melihat kejadian itu Eden tak kuasa menahan rasa kagetnya.

ia berjalan pergi dan masih tak percaya dengan hal yang yang baru saja ia lihat, ia masih mengingat dengan jelas sorot mata Louise yang tanpa ragu mengayunkan pedang ke arah wanita tersebut.

ia terus berjalan sampai tak memperhatikan jalan dan menabrak seseorang di depannya. Eden terpental karena orang yang ia tabrak, "aduhhh"

ucapnya merintih kesakitan

"anda tidak apa-apa?"

tanya seorang pria di depan Eden sambil mengulurkan tangan untuk membantu Eden bangkit

"iya aku tidak apa-apa"

ucap Eden lalu memegang tangan si pria dan perlahan berdiri

"seperti nya aku tidak pernah melihat anda sebelumnya, apakah anda kekasih Louise yang baru?"

tanya pria tersebut sambil memandangi Eden mencoba memastikan wajahnya

"ah bukan, aku bukan kekasihnya, aku dan Louise sebenarnya kami, itu anu kami" menjawab pertanyaan si pria dengan canggung.

"siapa disana?"

seru Louise, ia berjalan keluar mencoba memastikan siapa yang berada di luar.

ia melihat Eden sedang bersama adiknya,

"ahh kakak"

ucap si pria sambil menggaruk-garuk kepalanya dan sedikit tersenyum masam

'kakak?'

Eden, matanya sedikit melotot, terkejut mendengar si pria memanggil Louise dengan sebutan kakak

"sedang apa kau disini?"

tanya Louise pada Arthur sambil berjalan mendekat

"aku sedang menuju istana Vie rose, aku ingin menemui seseorang yang pernah menyelamatkan ku dulu"

ucap Arthur yang masih saja tersenyum masam seolah tak nyaman dengan kehadiran kakaknya

"dia orangnya"

ucap Louise sambil menunjuk ke arah Eden.

Eden kembali menatap Arthur dan memberikan salam,

"selamat malam yang mulia, aku hanya sedang berjalan-jalan"

ucapnya sedikit menundukkan kepala memberi hormat

"ohh jadi kakak ipar yang sudah menyelamatkan ku?"

tanya Arthur mencoba memastikan kebenaran

"kakak ipar apanya?! jelas-jelas wajahmu menunjukkan bahwa usia mu lebih tua dari ku" sahut Eden ketus dan jengkel atas apa yang di ucapkan Arthur

"ahahah kakak ipar lucu sekali, perkenalkan nama ku Arthur"

menunduk dan memberi salam pada Eden kemudian menegakkan kepalanya kembali

"aku Eden"

menjawab singkat kemudian memalingkan muka

"tenang kakak ip.. ahh maksud ku nona Eden, aku hanya ingin menemui anda untuk berterima kasih karena telah menyelamatkan nyawa ku" ucap Arthur pada Eden sambil menyatukan kedua tangannya seolah sedang meminta maaf

"tunggu sebentar, kapan aku menyelematkan mu? aku tidak ingat"

sambil menggaruk kepala mencoba mengingat kejadian yang lalu

"sudah hentikan, dia berkata tidak ingat. kembalilah ke kamar mu. biarkan dia beristirahat. kau bisa menemuinya besok" Louise memotong percakapan keduanya dengan menggertak Arthur

"ahahaa aku merasa sedang dalam situasi yang aneh, dari raut wajah mu sepertinya kau habis membunuh wanita yang sedang ham.." mengentikan ucapannya dan melirik ke arah Eden kemudian berbicara kembali

"ahahahaa maksudku membunuh musuh, ahahaa aku permisi dulu.. sampai bertemu besok nona Eden "

buru-buru pergi meninggalkan Louise dan Eden.

Eden tertunduk dan diam, ia tidak bisa berkata apa-apa,

"mau berlatih pedang bersama ku?"

tanya Louise sambil terus menatap ke arah Eden, ia tak pernah sekalipun mengalihkan pandangan matanya bahkan saat berbicara dengan Arthur seperti sebelumnya.

"apa?"

ucap Eden sedikit terkejut dengan tawaran Louise lalu melihat ke arahnya

"suasana hati ku sedang tidak baik"

imbuh Louise dan masih saja terus menatap Eden

"ta tapi, hamba tidak memiliki baju dan celana untuk berlatih, semua nya tertinggal di rumah kayu"

menjawab Louise dengan suara yang lirih lalu menundukkan kepalanya.

Louise memalingkan pandangannya ke arah pakaian yang di kenakan Eden lalu berkata,

"ciihhh , tapi aku sedang ingin bertarung bersama mu"

imbuh Louise lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"kalau panah mungkin hamba bisa dengan menggunakan pakaian ini"

ucap Eden seraya menegakkan kepala menatap Louise.

"lupakan, aku tidak berminat, kembalilah ke kamar mu!"

jawab Louise ketus

"tu tunggu, bagaimana dengan berburu?"

Eden mencoba memberikan penawaran lain

"berburu? kau ternyata tidak pernah mengecewakan ku, tetapi malam-malam seperti ini tidak ada hewan yang berkeliaran bukan?"

tanya Louise antusias dengan tawaran Eden

"tetapi masih ada hewan yang berkeliaran di tengah malam seperti ini, itu di bar, bukankah banyak hewan buronan disana"

jelas Eden

"hah. hahahaha, hewan buronan katamu" tertawa terpingkal-pingkal

"iya hewan buronan, anda pasti belum pernah merasakan kenikmatan berburu dan mendapatkan uang?"

ucap Eden seolah paling tahu dengan istilah berburu buronan.

tatapan mata Louise mulai berubah, seolah tidak senang dengan apa yang diucapkan Eden

"apakah hamba salah berbicara?"

suasana seketika berubah menjadi canggung, begitupun Eden yang merasa canggung dengan tatapan Louise padanya

" bagaimana kalau begini saja, kau yang berburu, aku hanya akan melihat"

ucap Louise.

Eden tak punya pilihan lain untuk menolak karena Louise memiliki mood yang tidak bisa di tebak,

"ya baiklah hamba setuju.. tunggu sebentar hamba akan berganti baju dulu"

kemudian memohon pamit dan berjalan kembali ke istana Vie rose untuk mengganti pakaiannya.

"anak ini, menolak berlatih pedang bersama ku dengan alasan pakaian tapi menawarkan diri untuk berburu.. ciihhh"

sambil bergumam dan duduk di sebuah kursi untuk menunggu Eden.

(10 menit kemudian)

Eden menghampiri Louise sambil menepuk pundaknya dari belakang,

"ayo berangkat.. ehh tapi tunggu dulu.. yang mulia, anda tidak mengganti pakaian? motif emas itu sangat mencolok"

ucap Eden sambil menunjuk pakaian Louise

"aku hanya tinggal melepaskan saja"

sambil melepas jubah yang ia pakai

"waaah busana kerajaan memang di desain secasual itu"

ucap Eden dengan raut wajah yang menunjukkan kekaguman terhadap apa yang ia lihat

"ca ca casu apa maksud mu?"

tanya Louise sedikit bingung dengan istilah baru yang di ucapkan Eden.

"ahh bukan apa-apa, itu adalah istilah yang sangat terkenal diluar sana, mari berangkat yang mulia, hamba akan menunjukkan jalannya"

ucap Eden lalu berjalan di depan Louise namun tiba-tiba berhenti dan membuat Louise sedikit menabrak Eden dari belakang,

"ahhh tunggu dulu, sepertinya aku tersesat, jadi bagian belakang kerajaan ke arah mana? kesini atau kesini"

ucap Eden sambil menoleh ke kanan dan ke kiri mencoba memastikan arah yang benar.

sedikit kesal dengan tingkah lugu Eden, Louise pun memegangi pundak Eden dan mengarahkannya ke kiri, lalu mereka berdua terus berjalan dan sampailah di halaman belakang kerajaan.

Eden mengajak Louise keluar kerajaan melewati jalur tersebut.

sedikit terkejut, pertama kali Louise melewati jalur yang tak ia ketahui selain itu penjagaan tidak begitu ketat.

selama berjalan di belakang Eden, Louise terus memandangi Eden dari belakang, sesekali ia tersenyum bahkan tertawa kecil karena senang melihat Eden bersamanya saat ini. sepuluh menit berlalu, mereka berdua berhasil keluar kerajaan,

"jadi ini jalur yang sering kau lewati?"

tanya Louise sambil membersihkan tangannya yang terkesan debu lalu menoleh ke kanan dan ke kiri

'mati aku, kenapa aku menunjukkan jalan rahasia itu'

Eden terdiam, ia membelakangi Louise dan tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut.

"ya baiklah anggap saja aku tidak tau jalur rahasia itu"

imbuh Louise berpura-pura tidak tau dengan jalur tersebut agar Eden merasa nyaman

"cepat tunjukkan jalannya"

sambungnya sambil terus menatap ke arah Eden.

Eden kemudian berjalan mengantarkan Louise menuju bar.

belum sampai di lokasi, Eden meminta Louise berhenti, sambil menoleh ke kanan dan ke kiri Eden mengajak Louise untuk bersembunyi di sebuah gang kecil yang berada di seberang bar. kini Eden mulai mengawasi pergerakan buronannya dari jarak jauh..

30 menit berlalu, Eden masih saja diam dan tak menunjukkan tanda-tanda akan bergerak.

tak sengaja keduanya mendengar suara desahan dari ujung gang, sepasang kekasih sedang bercumbu dengan panasnya tanpa mempedulikan bahwa Eden dan Louise sedang berada di gang tersebut.

"ahhh.. ahhh... ahhh..."

sontak desahan keras itu membuat wajah Eden memerah dan merasa tak nyaman, ia bahkan menutup kepalanya dengan mantel agar tak mendengar suara aneh tersebut.

melihat tingkah Eden yang terlihat canggung membuat Louise menggodanya,

"apakah kau mau melakukan seperti mereka"

berbisik di telinga Eden kemudian sedikit meniup telinganya,

bisikan Louise membuat Eden menoleh padanya, ia terlihat sangat tak nyaman, wajahnya memerah dan menatap malu kemudian menendang kaki Louise.

"ahhh..."

teriak Louise namun Eden buru-buru menutup mulut Louise dengan tanggannya agar tak terlihat mencurigakan.

lagi-lagi Louise berusaha menggoda Eden, ia menjilat tangan Eden yang menutup mulutnya, sontak perbuatan Louise tersebut membuat Eden melepaskan tangannya.

kali ini tatapan nya pada Louise berbeda dari sebelumnya, terlihat jelas bahwa Eden memandang Louise dengan tatapan yang menjijikkan.

Louise merasa tak enak hati dengan perilakunya tersebut, ia mencoba mengalihkan pembicaraan,

"untuk apa jauh-jauh datang kesini kalau hanya untuk melihat saja"

ucap Louise dengan sedikit meremehkan Eden,

Eden kemudian meletakkan jari telunjuk di mulut Louise sambil berkata,

"diamlah, kita sedang mengamati. apakah yang mulia tidak tau seni nya berburu? yang harus dilakukan adalah mengawasi buruan dan pada saat yang tepat bunuh dia dengan sekali serang"

ucap Eden ketus lalu melepaskan jarinya

"aahh benar kita sedang berburu, kau bahkan tidak membawa senjata, ahh bodohnya aku telah ditipu anak kecil"

dengan nada sedikit mengeluh

Eden kemudian menutup mulut Louise dan memberikan kode untuk diam..

Louise merespon dengan menganggukkan kepala..

salah satu buronan kelas S keluar, di susul dengan buronan lain, terjadi perkelahian di antara keduanya..

meskipun di luar bar namun tidak ada seorangpun yang berani melerai ke dua bandit tersebut.

'inilah kesempatan nya'

ucap Eden dalam hati, ia melihat ke arah Louise dan membuat gestur dengan menunjuk matanya menggunakan jari tangan yang berarti 'lihatlah baik-baik'.

Eden terdiam sambil menutup mata dan cincin yang ia kenakan mulai bercahaya, sebuah busur dan anak panah keluar dalam genggamannya.

ia mulai mengarahkan busur dan panahnya mencoba membidik ke dua buronan itu dan 'ttcccaaaaassssss'

anak panah Eden berhasil melesat, menembus jantung dan membuat keduanya mati di tempat..

kemudian anak panah yang melesat kembali ke tangan Eden, dan setelah itu senjatanya menghilang.

Eden beranjak dari tempat persembunyiannya untuk mendekati ke dua bandit tersebut, namun Louise menghalangi jalannya.

"apa yang anda lakukan, minggirlah, anda menghalangi jalan ku"

dengan lirih berkata pada Louise

tanpa menjawab pertanyaan Eden, Louise memegangi lengan Eden dan menarik nya untuk pergi dari daerah tersebut..

Eden berusaha memberontak, namun Louise semakin mengancangkan pegangannya pada tangan Eden, ia menariknya dengan paksa hingga sampailah mereka di pintu rahasia Eden,

"iya baiklah kita kembali, lepaskan aku"

ucap Eden sedikit mengeluh.

Louise kemudian melepaskan pegangannya, Eden berusaha lari untuk kembali ke bar, namun dengan sigap Louise berhasil menangkap Eden dari belakang dan memeluk pinggang Eden dengan erat.

Eden berusaha meronta namun tangan Louise semakin erat mendekap tubuhnya..

"iya baiklah aku mengaku kalah, lepaskan aku" ucap Eden sambil memegangi kedua tangan Louise.

Louise masih tidak melepaskan dekapannya

"aku bersungguh-sungguh dengan ucapan ku, aku tidak akan lari"

sedikit menoleh ke belakang dan berusaha meyakinkan Louise.

"aku berjanji tidak akan lari, baiklah aku berjanji tidak akan kembali ke bar"

sambil mengangkat tangan kanannya seperti sedang menyatakan sumpah.

Louise kemudian melepaskan dekapannya

"kau duluan masuk"

ucap Louise mempersilahkan Eden

"ya baiklah, kau takut sekali aku kembali kesana"

sambil pelan-pelan masuk ke pintu rahasia

"memangnya kenapa aku tidak boleh kembali ke sana? aneh sekali"

ucapnya sedikit ketus sambil membersihkan lengan baju nya dari debu yang menempel

kemudian melihat Louise dan membersihkan lengan bajunya juga.

"sudah bersih, ayo kembali, ahh aku lelah sekali"

sambil memegang leher bagian belakang dan berjalan perlahan kemudian menoleh kearah Louise,

"ada apa? kau sepertinya ingin mengatakan sesuatu?"

tanya Eden pada Louise

"aku baru pertama kali melihat senjata seperti itu"

menatap Eden, raut wajah kebingungan terlihat jelas dari wajah Louise.

"senjata? ahh panah maksud mu? itu adalah senjata milik keluarga kami, mungkin sudah tidak ada yang mewarisinya kecuali aku dan.. ahh sudahlah lupakan"

ucapannya terhenti begitu saja

"dan? teruskan ucapan mu"

sambil berjalan mendekat pada Eden

"hal itu tidak penting, bukankah kesehatan mu jauh lebih penting dari masalah apapun di negeri ini?"

ucap Eden mengalihkan pembicaraan.

"kau menghina ku?!!"

ucap Louise sedikit tak senang dengan perkataan Eden tentangnya

"ahhh tidak-tidak bukan itu maksudku, lihatlah kaki mu, sepertinya terluka saat kau melewati pagar sempit itu"

sambil menunjuk ke arah kaki Louise

"kau adalah pemimpin negeri ini, kesehatan mu jauh lebih penting agar bisa mengurus negara" ucap Eden sambil tersenyum

"kau pandai sekali bermain kata, lalu apakah kau akan mengobati ku?"

tanya Louise

"untuk apa aku mengobati mu, kau kan sudah punya dokter kerajaan"

"ngomong-ngomong apakah kita sudah berteman? tiba-tiba kau berbicara tidak formal pada ku"

ucap Louise sambil mengerutkan alisnya

Eden merespon dengan menunduk dan mengucapkan

"ahh maaf hamba tidak sadar dengan ucapan hamba tadi"

sedikit merasa canggung

"sudahlah, lupakan"

sambil berjalan melewati Eden

percakapan kembali di mulai,

"Hansel mengatakan besok kau ingin menemui ku, apa yang ingin kau bicarakan?"

terus berjalan pelan membelakangi Eden dan menyilangkan tangannya di belakang

"hamba tidak tau apakah ini sopan atau tidak, tetapi hamba ingin meminta bantuan yang mulia"

ucapan Eden membuat langkah Louise berhenti

"bantuan apa yang kau inginkan?"

tanya Louise kemudian berjalan kembali

"i i itu sebenarnya mengenai pertandingan..."

"kau keberatan?"

menyela perkataan Eden

"Bu bukan begitu maksud hamba, hamba tidak memiliki pakaian untuk bertanding apakah yang mulia bisa mem.."

"sudah ku siapkan"

kembali menyela perkataan Eden lagi

"a apa?"

Eden berhenti karena terkejut begitupun Louise yang menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Eden

"sudah ku siapkan, pakaian untuk pertandingan, kau bisa memakainya lusa nanti"

sambil tersenyum kemudian berjalan kembali.

senyuman Louise baru pertama kali ia melihatnya, Eden lalu berkata,

"benarkah? terimakasih yang mulia"

ucap Eden dengan nada senang dan wajahnya sedikit memerah

"tapi tidak cukup dengan terimakasih"

imbuh Louise

"lalu apa yang harus hamba lakukan?"

"apa ya... aku akan pikirkan apa yang pantas dilakukan oleh nona Eden untuk membalas bantuan ku"

ucap Louise

"baiklah hamba mengerti"

"kita sudah sampai, istana Vie rose disana.. beristirahatlah"

ucap Louise pada Eden sambil menunjuk ke arah kiri

"yang mulia juga beristirahat lah, sampai jumpa besok"

sedikit menundukkan kepala seolah memberi hormat lalu pergi.

"tunggu dulu"

mencoba menghentikan langkah Eden.

ucapan Louise yang membuat Eden tiba-tiba berhenti berjalan dan kemudian menoleh ke arah Louise,

"mulai sekarang kau akan semakin sibuk"

ucap Louise

Eden sedikit kebingungan dengan ucapan Louise tapi dia tetap diam dan tidak merespon ucapannya

"akan ada banyak wanita yang datang kepadamu dan mengaku sebagai calon istri ku" melanjutkan perkataannya pada Eden

"ahhh itu, hamba mengerti yang mulia"

jawab Eden sedikit berteriak

"dalam situasi seperti apapun jangan pernah meminta bantuan ku untuk mengusir mereka, lakukan sendiri dengan cara mu"

imbuh Louise

"bahkan meskipun harus membunuh?"

imbuh Eden mencoba memastikan batasan dari kata menghentikan

"kau tidak perlu pergi sampai sejauh itu"

ucap Louise mencoba menenangkan Eden

"ahahaha hamba hanya bercanda yang mulia, lagi pula hamba tidak bisa membunuh seseorang yang tidak memiliki kemampuan bela diri"

Eden berbicara dengan sedikit canggung

"beristirahatlah"

ucap Louise menutup pembicaraan malam itu kemudian berlalu pergi ..

setelah percakapan tersebut Eden kemudian pulang ke istana Vie rose dan beristirahat.